Pilih Kategori Artikel

Dharma Suaka, Acara Lanjutan setelah Upacara Mepamit Mahalini & Rizky Febian dalam Tradisi Bali
Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 26-27 Oktober 2024
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Tak hanya kental dengan warisan budayanya, Bali juga masih memegang teguh serangkaian ritual pernikahan adat leluhur mereka. Dalam budaya Bali, pernikahan bukan hanya tentang persatuan dua individu, tetapi juga tentang penyatuan dua kerabat dan keluarga besar. Salah satu tradisi pernikahan yang paling dihormati dan dijunjung tinggi adalah Dharma Suaka. Prosesi ini tidak hanya bisa memperkuat ikatan antara mempelai saja, tetapi juga mengikat jalinan sosial dan budaya yang telah terpelihara selama berabad-abad.

Setiap langkah dalam prosesi Dharma Suaka memiliki makna mendalam, yang mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Bali. Bahkan dalam tatanan modern, Dharma Suaka tetap menjadi tonggak penting dalam kehidupan masyarakat Bali, di mana tradisi dan adat masih dijaga dengan kuat.

Salah satu pesohor yang masih melakukan adat Dharma Suaka sebagai salah satu prosesi pernikahannya adalah Mahalini Raharja, yang melangsungkan prosesi ini setelah melakukan upacara Mepamit atau berpamitan. Upacara ini dilakukan karena Mahalini akan segera dipersunting oleh Rizky Febian, pelantun hits keturunan Sunda yang beragama Islam.

Lalu, apa itu prosesi Dharma Suaka yang dilakukan oleh Mahalini dan Rizky Febian? 

Prosesi Mepamit dan Dharma Suaka Mahalini - Rizky

wm_article_img

Menghadapi momen sakral pernikahan mereka, Mahalini Raharja dan Rizky Febian memilih untuk menghormati tradisi dan nilai-nilai leluhur dengan melaksanakan upacara adat Mepamit dan Dharma Suaka pada hari Minggu, 5 Mei 2024. Upacara ini dilakukan di kediaman Mahalini di Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung, Bali.

Dalam suasana yang penuh haru, Mahalini dan Rizky Febian memohon restu dan izin dari keluarga juga leluhur mereka, sebagai langkah awal keduanya menuju ikatan suci dalam pernikahan. Prosesi Dharma Suaka yang dilakukan setelah upacara Mepamit atau berpamitan kepada leluhur ini bukan hanya sekadar serangkaian acara ritual Bali saja, tapi juga merupakan sebuah upacara untuk mempersatukan keduanya dalam kesucian dan keberkahan dalam mengarungi bahtera kehidupan bersama-sama kedepannya. Sederhananya, prosesi Dharma Suaka merupakan acara ramah tamah antara kedua keluarga sebelum prosesi dan upacara pernikahan dilakukan, atau bisa juga disebut dengan acara bertunangan. 

Tentang Dharma Suaka

wm_article_img

Dharma Suaka, yang secara etimologis bersumber dari dua kata Sansekerta, yakni "Dharma" yang merujuk pada konsep kebaikan, etika, dan nilai-nilai moral, dan sopan santun. Sementara "Suaka" yang berasal dari kata "su" yang berarti baik, dan "wak" yang berarti ucapan, menggambarkan arti dari ucapan yang positif dan penuh harapan. Bisa diartikan, Dharma Suaka adalah sebuah pertemuan yang dilakukan atas dasar nilai-nilai kebaikan dan kebudayaan, dimana kedua keluarga calon mempelai bertemu untuk membahas pernikahan dengan landasan kebijaksanaan dan moralitas.

Dalam momen yang penuh haru ini, calon mempelai pria dengan penuh kesungguhan memohon izin kepada keluarga mempelai wanita untuk meminang putri mereka dan melangkah menuju jenjang pernikahan. Tindakan ini tidak hanya merupakan ungkapan dari niat baik dan komitmen yang tulus, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi dan leluhur masyarakat Hindu di Bali.

Bagi keluarga calon mempelai wanita, momen ini juga memegang arti penting. Mereka dengan penuh cinta dan haru menyerahkan putri mereka kepada kepala keluarga calon mempelai pria, sebagai tanda persetujuan dan dukungan untuk pernikahan yang akan datang. Ini adalah momen emosional yang melambangkan kepercayaan dan kesediaan untuk melepaskan dan mempercayakan anak perempuan mereka kepada keluarga yang akan menjadi bagian dari kehidupannya yang baru.

Dalam pelaksanaannya, prosesi Dharma Suaka menghadirkan kedua keluarga calon pengantin yang duduk bersama di bale dangin, suatu ruangan khas di rumah mempelai wanita yang dihiasi dengan penuh makna dan keindahan. Di sinilah kedua belah pihak berkumpul untuk menyampaikan niat baik, memohon izin, dan memperkuat hubungan keluarga yang akan terjalin melalui pernikahan yang akan datang.

Pertemuan ini tidak hanya melibatkan kedua keluarga calon pengantin, tetapi juga disaksikan oleh para keluarga, tetua adat, dan tokoh masyarakat yang hadir sebagai saksi dan penjaga nilai-nilai tradisional yang turun-temurun. Mereka hadir untuk memberikan dukungan, nasihat, dan berbagi kebijaksanaan dalam rangka memastikan bahwa acara ini berlangsung dengan lancar dan dijalankan sesuai dengan adat dan budaya yang telah diwariskan

Tujuan Dharma Suaka dalam Tradisi Hindu Bali

wm_article_img

Dalam tradisi Hindu Bali, tujuan utama dari pelaksanaan Dharma Suaka adalah menciptakan keluarga yang harmonis dan bahagia. Hal ini sejalan dengan tujuan pernikahan dalam agama lain, yang juga mengejar keselarasan dan kedamaian dalam ikatan pernikahan. Dalam bahasa Bali, aspirasi untuk memiliki keluarga yang harmonis ini dikemas dalam istilah "Sukinah Bhawantu".

"Sukinah Bhawantu" merupakan harapan yang mendalam untuk mencapai kebahagiaan dan kedamaian dalam kehidupan berumah tangga. Istilah ini mencerminkan aspirasi spiritual yang kuat di dalam masyarakat Hindu Bali, di mana keselarasan, kasih sayang, dan kedamaian menjadi pilar utama dalam hubungan antara suami, istri, dan anggota keluarga lainnya.

Kata Sukinah Bhawantu juga diucapkan sebagai doa bagi pengantin Hindu Bali yang menikah. Doa tersebut berbunyi: “Om Sarwa Sukinah Bhawantu. Om Lasksmi, Sidhis ca Dirgahayuh astu tad astu swaha”. Doa ini memiliki arti yang sangat mendalam, yakni:

  • "Om Sarwa Sukinah Bhawantu": Dalam doa ini, pengantin memohon kepada Tuhan agar seluruh keluarga mereka diberkahi dengan kebahagiaan dan kedamaian yang abadi. "Sukinah" berarti kebahagiaan, kedamaian, atau keharmonisan, sementara "Bhawantu" berarti semoga terwujud atau terjadi.

  • "Om Lasksmi, Sidhis ca Dirgahayuh astu tad astu swaha": Bagian ini memohon kepada Dewi Laksmi, dewi keberuntungan, kemakmuran, dan kekayaan, agar memberkahi pasangan dengan kebahagiaan lahir dan batin. "Sidhis" mengacu pada keberhasilan atau pencapaian dalam hidup, sementara "Dirgahayuh" berarti umur panjang atau kehidupan yang berumur panjang.

Secara keseluruhan, doa ini mengekspresikan harapan bahwa pasangan pengantin akan membangun keluarga yang harmonis, sejahtera, dan berbahagia, serta mampu menghadapi segala rintangan dan masalah dengan tegar dan kuat. Kedua pengantin juga diharapkan akan diberkahi dengan kehidupan yang langgeng dan bahagia selamanya.

Pentingnya Dharma Suaka bagi Pasangan

wm_article_img

Dharma Suaka dianggap sebagai langkah awal yang penting menuju mencapai tujuan pernikahan yang bahagia dan langgeng. Melalui prosesi ini, kedua keluarga calon mempelai berusaha untuk memperkuat hubungan, membangun pemahaman yang lebih dalam, serta mencari restu dan dukungan dari leluhur dan masyarakat untuk pernikahan yang akan datang. Dengan demikian, Dharma Suaka menjadi fondasi yang kuat dalam membangun keluarga yang harmonis sesuai dengan ajaran agama Hindu dan nilai-nilai budaya Bali.

Saling mengenal antara calon pasangan yang akan menikah merupakan aspek penting dalam pelaksanaan Dharma Suaka untuk mencapai Sukinah Bhawantu. Mengenal satu sama lain secara mendalam tidak hanya membantu dalam memahami karakter fisik dan mental masing-masing, tapi juga memungkinkan untuk membangun hubungan yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Dalam proses ini, penting bagi calon pasangan untuk saling berbagi pengalaman, harapan, dan impian mereka, serta membuka diri terhadap pengetahuan tentang keluarga, latar belakang budaya, dan nilai-nilai yang mereka anut. Ini membantu dalam membentuk pemahaman yang lebih utuh tentang pasangan dan memperkuat ikatan emosional dan spiritual di antara keduanya.

Selain itu, memahami dan mengenal orang tua dari kedua belah pihak juga memiliki peran penting dalam persiapan pernikahan. Hal ini membantu untuk membangun hubungan yang baik dengan keluarga besar, serta memahami harapan dan nilai-nilai yang mereka anut, sehingga mempermudah komunikasi dalam keluarga baru yang akan terbentuk.

Kesehatan jasmani dan rohani juga menjadi fokus dalam persiapan ini, karena kondisi fisik dan mental yang baik memungkinkan untuk menjalani peran sebagai pasangan dan orang tua dengan lebih baik, serta memberikan landasan yang kokoh untuk mendukung dan merawat satu sama lain.

wm_article_img

Setelah memasuki kehidupan berumah tangga, kemampuan untuk hidup rukun dan toleransi dengan sesama umat juga menjadi kunci untuk mencapai Sukinah Bhawantu. Ini mencakup kemampuan untuk berinteraksi dengan masyarakat luas dengan penuh penghargaan, toleransi, dan kerja sama, sehingga memperkuat hubungan sosial dan mendukung terciptanya kedamaian dalam rumah tangga dan masyarakat.

Dengan pemahaman yang mendalam akan nilai-nilai dari ajaran agama dan tradisi budaya yang dianut, pasangan calon pengantin diharapkan mampu membangun rumah tangga yang harmonis dan penuh kebahagiaan. Ini melibatkan kerja sama, pengertian, komunikasi yang baik, serta kesediaan untuk saling mendukung dan menghormati satu sama lain.

Prosesi Dharma Suaka dalam rangkaian upacara pernikahan Mahalini dan Rizky Febian bukan hanya merupakan awal dari pernikahan keduanya saja, tapi juga awal dari perjalanan spiritual dan sosial yang penuh makna bagi keduanya yang kini sudah menganut satu agama yang sama. . 

Selamat berbahagia, Mahalini dan Iky!

Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 26-27 Oktober 2024
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Article Terkait

Loading...

Article Terbaru

Loading...

Media Sosial

Temukan inspirasi dan vendor pernikahan terbaik di Sosial Media Kami

Loading...