Sudah pernah dengar tentang panjangnya proses adat pernikahan Jawa? Menjelang hari pernikahan, ada banyak persiapan yang sudah dilakukan dari jauh-jauh hari. Persiapan pernikahan tidak hanya dalam bentuk fisik saja, melainkan persiapan mental calon pengantin juga perlu disiapkan.
Jika kamu orang keturunan asli Jawa, pasti tidak asing dengan istilah “dipingit sebelum menikah”. Istilah dipingit ini sering kali ada di dalam proses adat pernikahan Jawa yang merupakan salah satu tradisi adat pernikahan di Indonesia yang banyak digunakan.
Pada tradisi adat pernikahan Jawa, Pingitan sudah ada sejak zaman dulu kala dan biasanya tradisi ini diberlakukan untuk calon pengantin sebelum menikah, khususnya untuk calon pengantin wanita. Dalam proses Pingitan, kedua calon pengantin tidak diperbolehkan bertemu dan berinteraksi secara langsung sampai hari pernikahan tiba.
Jika dahulu proses pingitan membutuhkan waktu satu sampai dua bulan, maka saat ini proses pingitan lazimnya hanya membutuhkan waktu tiga sampai lima hari saja! Selama dipingit, calon pengantin wanita tidak diperbolehkan keluar rumah dan hanya diperbolehkan melakukan aktivitas di dalam rumah. Terdengar membosankan memang jika kamu tidak dibolehkan keluar rumah dan hanya melakukan aktivitas di dalam rumah sampai berhari-hari, tetapi itulah yang dinamakan tradisi adat pernikahan tradisional dengan aturan yang sudah ada sejak dulu.
Penjelasa Pingit Dalam Adat Pernikahan Jawa
Namun, sejatinya proses Pingitan dalam adat pernikahan Jawa ini mempunyai makna yang penting dan harus kamu ketahui. Prinsip sederhananya agar calon pengantin bisa lebih fokus dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi hari pernikahan: mempersiapkan mental agar jadi pribadi yang lebih baik setelah melaksanakan pernikahan.
Kedua calon pengantin selama masa dipingit, akan mendapatkan pengarahan dan nasihat dari keluarga besar pengantin. Hal ini sudah menjadi tradisi turun temurun dalam adat pernikahan yang dilakukan oleh para orang tua kepada anak-anaknya yang kelak akan menikah. Untuk calon pengantin laki-laki akan diajarkan tanggung jawab sebagai imam di keluarga dan kepala rumah tangga untuk mengayomi istri dan anaknya kelak. Sementara untuk calon pengantin wanita, akan diarahkan serta diajarkan beberapa hal terkait pekerjaan rumah tangga serta tanggung jawab baru sebagai ibu rumah tangga.
Pingitan dalam adat pernikahan Jawa ini sebenarnya mempunyai tujuan melatih kesabaran calon pengantin dalam menghadapi beberapa rangkaian acara tradisi sebelum menikah. Kelak ketika sudah menikah, pasangan pengantin ini bisa lebih sabar dalam menghadapi berbagai ujian dalam kehidupan berumah tangga.
Tidak hanya melatih kesabaran, Pingitan juga mampu membangun rasa saling percaya kepada pasangan. Di saat calon pengantin tidak saling bertemu, tentu ada rasa khawatir yang mampu menimbulkan keresahan. Maka, inilah momen dimana kedua calon mempelai diuji untuk saling menumbuhkan rasa saling percaya, bahwa semua akan baik-baik saja dan berjalan lancar sampai hari pernikahan tiba!
Merawat Tubuh Saat Di-pingit
Merawat tubuh dan merawat kecantikan saat proses Pingitan juga merupakan hal yang selalu dilakukan dan sudah menjadi tradisi dalam adat pernikahan. Proses perawatan tubuh yang dilakukan oleh calon pengantin laki-laki bertujuan untuk menjaga kebugaran tubuh agar bisa tampil prima dan mempesona.
Sementara bagi calon pengantin wanita, merawat kecantikan biasanya dilakukan dengan beberapa hal, seperti melakukan luluran dan pijatan. Sehingga di hari pernikahan, calon pengantin wanita akan terlihat lebih segar serta terpancar aura kecantikannya. Biasanya, dalam adat pernikahan Jawa ada momen di mana calon pengantin wanita akan dipakaikan sebuah perhiasan seperti kalung, yang mana merupakan perhiasan warisan turun temurun dari orang tua.
Masa Pingitan juga bisa kamu manfaatkan sebagai momen untuk bersilahturahmi dengan saudara dari keluarga besar. Ini sudah menjadi ciri khas dalam adat pernikahan Jawa sebelum hari pernikahan tiba, dimana banyak saudara yang datang dari berbagai daerah, berkumpul untuk menghadiri acara pernikahan kamu. Pada kesempatan ini, kamu bisa saling berbagi pengalaman dari beberapa saudara kamu yang sudah menikah dan berkeluarga. Tanyakan berbagai pengalaman saudara kamu yang tentunya sudah mengalami masa-masa persiapan pernikahan dan dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
Selain itu, bisa diskusikan tentang persiapan pernikahan kamu dengan pihak keluarga untuk setiap kebutuhan pernikahan kamu. Bisa juga tanyakan hal-hal terkait pernikahan, seperti bagaimana cara bersikap di awal pernikahan, kesulitan serta permasalahan terbesar yang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang akan datang, serta cara menyikapi dan mengatasi konflik antara suami dan istri.
Jangan lupa mintalah juga saran serta nasihat kepada orang-orang yang lebih tua dalam menjalani kehidupan rumah tangga nantinya. Jadikan semua pesan, saran, serta masukan dari saudara-saudara sebagai bekal kamu dalam membina hubungan rumah tangga dengan pasangan kamu nantinya.
Proses Pingitan dalam adat pernikahan Jawa seiring berjalanya waktu tidak menjadi sebuah kewajiban. Semakin hari, kian banyak orang yang lebih memilih acara pernikahan dilakukan secara modern tanpa ada unsur adat pernikahan di dalamnya. Berbagai alasan seperti perbedaan suku dari kedua pihak, keterbatasan waktu, tidak mendapatkan izin dari keluarga sebelah pihak, serta tidak ingin melalui berbagai ritual tradisi dalam pernikahan adat yang panjang.
Namun, tidak menutup kemungkinan jika kedua calon pengantin sepakat melakukan proses tradisi adat pernikahan Jawa. Menjalani serangkaian acara tradisi adat pernikahan, tidak ada salahnya bukan untuk melalui proses Pingitan sebagai sebuah penghormatan budaya?