Pilih Kategori Artikel

Pernikahan Adat Tionghoa serta Tata Caranya Sebelum dan Sesudah Menikah
Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 10-12 Januari 2025
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Begitu sah menjadi suami istri status kamu dan pasanganmu akan berubah. Berarti kamu sudah siap mengarungi rumah tangga. Tanggung jawab yang besar sudah siap untuk kamu pikul tanpa melibatkan orang tua lagi. Kamu juga akan siap menanggung beban pasanganmu menjadi bebanmu juga. Tapi sebelum memikirkan itu semua kamu juga harus melewati sesi pernikahan adat. Jika kamu keturunan Chinese/Tionghoa kamu akan melewati pernikahan adat Tionghoa. Kamu juga harus mengetahui beberapa adat, rangkaian atau tata cara sebelum dan sesudah menikah.


Mempunyai pasangan untuk seumur hidup adalah keinginan setiap insan manusia di dunia ini. Apa saja akan dilakukan demi mewujudkan impian tersebut, seperti mencari pasangan yang ideal, belajar mandiri, bekerja dan bisa menghasilkan uang dan sebagainya.

Pernikahan itu bersifat sakral tidak untuk main-main. Kamu harus mengetahuinya, setidaknya sedikit tentang pernikahan Tionghoa agar kamu tidak buta-buta banget. Zaman sekarang ini banyak budaya Tionghoa menjalankan adat pernikahan modern, tapi kamu boleh saja belajar tentang adat pernikahan tradisionalnya. Agar kamu lebih mengerti di bawah ini akan dijelaskan tentang pernikahan Tionghoa.

Macam-macam Prosesi Pernikahan Adat Tionghoa

wm_article_img

Shio, jam, dan tanggal lahir

Pada zaman dahulu di pernikahan adat Tionghoa, sebelum melakukan pernikahan biasanya orang tua meminta tanggal lahir, jam dan shio setiap pasangan dengan bermaksud untuk menentukan tanggal pernikahan yang sesuai. Dimana mereka masih piara abu leluhur. Tanggal lahir dan jam lahir kamu akan di taruh di atas meja sembahyang selama tiga hari. Jika keluargamu dan pasanganmu merasa ada tanda-tanda buruk atau ada yang mendadak sakit, lantas tanggal akan dicurigai atau tanggalnya tidak cocok. Berarti kamu dan pasanganmu tidak cocok.

Tapi di zaman sekarang, jika kamu ingin menikah maka orangtua kamu akan mendatangi ‘tukang ngitung’ hari, biasanya menggunakan buku Tong su dan mencari tanggal yang bagus untuk kedua belah pihak. Biasanya ‘tukang ngitung’ hari akan mengeluarkan beberapa tanggal yang bagus dan kedua keluarga bisa memilih tanggal dan hari yang diinginkan.

Lamaran (Pinangan)

Di pernikahan adat Tionghoa tidak ada lamaran biasanya langsung mengirim tanda meminang, yang di dalamnya ada baju pengantin berwarna merah dan tutup kepala yang beratnya 5 kilo. Hanya di Indonesia orang Tionghoa melakukan acara lamaran. Pihak laki-laki akan memberi kabar ke pihak perempuan, hari apa, jam berapa pihak laki-laki mendatangi kediaman si pihak perempuan.

Pihak laki-laki akan mengajak kerabat yang pintar berbicara dengan kata-kata kiasan dan mengutip kalimat-kalimat yang indah. Wali pihak perempuan juga harus punya kemampuan yang sama. Selama acara berlangsung mempelai perempuan di sembunyikan di dalam kamar. Setelah acara selesai baru mempelai wanita keluar. Dimana biasanya si pihak perempuan menerima seperangkat perhiasan dari pihak lai-laki yang bermaksud untuk mengikat.

Tukar baki (sangjit)

Setelah melakukan acara lamaran, pada hari yang sudah ditentukan mempelai laki-laki akan mendatangi kediaman pihak perempuan tapi kali ini berbeda tidak membawa orang tua dari mempelai laki-laki, melainkan mereka mengirim perwakilan keluarga yang dituakan di tambah segerombolan perempuan yang belum menikah. Setiap perempuan membawa sat baki, jumlah baki tergantung kemampuan mempelai laki-lakinya, yang penting di dalam satu baki itu ada seperangkat pakaian wanita. Manisan dan permen supaya pernikahannya manis terus, buah-buahan agar cepat berbuah dan sebagainya.

Pihak wanita akan menyiapkan tempat penerima baki sejumlah yang dibawa oleh pihak laki-laki. Biasanya kalau orangtua perempuan mengambil seluruh isi baki, berarti orang tua perempuan mengikhlaskan seutuhnya anaknya ke pihak laki-laki. Jika diambil separuh dari baki tersebut makan orang tua perempuan masih bisa ikut campur tentang anak perempuan mereka. Pihak perempuan akan memberikan seperangkat baju sebagai pengganti baju perempuan.

Acara sangjit ini juga pihak laki-laki akan memberikan ‘angpau’ pada ibu perempuan yang katanya sebagai pengganti uang susu. Pihak wanita juga akan memberikan sepasang ‘angpau’ pada pihak pria.

Acara kirim Koper dan sepasang sprei

Pada hari yang sudah ditentukan pihak perempuan akan mengirim wakil, biasanya perempuan yang sudah menikah, mapan dan mempunyai anak laki-laki untuk mendandani kamar pengantin. Pihak pria harus sudah menyediakan kamar serta tanjangnya. Wakil dari pihak perempuan yang akan memasang sprei bermaksud agar cepat ketularan mempunyai anak laki-laki, yang dimana anak laki-laki di Tionghoa itu penting untuk melanjutkan marga. Pihak perempuan saat mengirim koper, yang menandakan anak perempuannya sudah siap masuk ke keluarga pria.

Acara kirim koper ini juga cukup unik dimana koper yang dilapisi oleh uang agar saat perempuan memauki rumah mertuanya mempunyai modal agar kelak tidak direndahkan oleh mertuanya. Uang ini bisa ditebarkan atau dibentuk seperti kipas dan jumlah uangnya harus genap dan komplit dari pecahan terbesar sampai terkecil. Kemudian dikoper juga di masukkan ‘angco’ atau red dates bersama biji teratai yang bermaksud agar cepat mempunyai anak.

Koper yang dikirim harus sepasang (2 biji). Isi koper biasanya baju baru terserah seberapa banyak, pakaian dalam, sikat gigi, parfum, make-up, perhiasan, intinya segala keperluan yang dibutuhkan perempuan, agar saat pindah nanti tidak lagi repot.

Isi koper akan dibuka oleh perwakilan dari keluarga wanita yang disaksikan sama kerabat dari pihak laki-laki, dipindahkan ke dalam lemari. Semakin lengkap isi koper semakin ‘dipandang’ calon menantu di keluarga pihak laki-laki. Acara ini calon pengantin perempuan tidak boleh ikut. Pokoknya isi kamar pengantin bakalan menjadi surprise bagi kedua mempelai.

Sehari Sebelum Pernikahan

wm_article_img

Cukur kumis

Sebelum pernikahan adat Tionghoa biasanya ada cukur kumis, mungkin di zaman sekarang sudah tidak ada lagi. Bukan hanya kumis tapi bulu-bulu kasar yang ada di muka, agar muka kamu kelihatan halus dan begitu bersih. Alat yang digunakan itu ialah 2 utas benang. Dua utas benang direntang, dibelit ke jari tangan, lalu didekatkan ke wajah calon pengantin, kemudian dua tangan bekerja dan benang itu seperti ditarik-tarik dengan pelan.

Sisir rambut

Sehari sebelum menikah dan didandani, ibunya akan menyisir rambut anak perempuannya. Sebagai lambang anak gadis memasuki kehidupan dewasa dan untuk terakhir kalinya di urusi oleh ibunya. Kerabat juga bisa untuk menyisir, tapi perempuan yang sudah menikah, pernikahannya langgeng dan mempunyai anak banyak. Saat menyisir biasanya mengucapkan kata-kata yang bagus setiap kali sisiran dan saat disisir tidak boleh macet di tengah jalan, maka sebelumnya perlu disisir lebih dulu agar licin. Biasanya kata bagus yang dilontarkan pertama saat  di sisir itu pernikahan langgeng sampai akhir. Saat menyisir juga hanya boleh 4 sampai 5 kali.

Terkadang acara sisir rambut ini dilewatkan karena sudah sibuk ke salon. Zaman dulu sesudah didandani akan langsung di pasang cadar berupa kain merah atau untaian mutiara yang menutupi wajah terkadang dua-duanya dipakai. Selama pernikahan berlangsung perempuan hanya bisa memandangi kaki mempelai laki-laki. Zaman sekarang baju pengantin sudah kebanyakan ala barat, pakai bajunya juga sudah di sablon, jadi orang tua hanya menutupi wajah dengan menggunakan slayer, veil atau cadar ala barat. Katanya cadar ini sebagai lambang keperawanan pengantin perempuan.

Pakai baju

Di pihak perempuan penyambutan dewasanya dengan sisir rambut di pihak laki-laki dengan cara di pakaikan baju. Zaman sekarang rata-rata busana pengantin pria biasanya menggunakan jas, biasanya orang tua membantu saat pasang sabuk, pakai jas dan sarung tangan.

Jemput pengantin

Biasanya setelah selesai berpakaian pengantin pria akan menjemput pengantin perempuan, orang tua tidak boleh ikut hanya kerabat laki-laki atau temannya saja. Tapi, zaman sekarang menjemput menggunakan mobil, tetap saja mempunyai aturan saat tiba di kediaman perempuan yang bisa membuka pintu mobil adik kandung pengantin perempuan atau sepupu kandung. Setelah dibukakan pintu baru pengantin laki-laki turun dan memberi ‘angpau’ kepada yang membuka pintu.

Setelah acara buka pintu, pengantin laki-laki disambut oleh orang tua perempuan dan diajak masuk ke kamar, dimana si perempuan menunggu dengan menggunakan cadar. Lalu pengantin laki-laki akan membuka cadar pengantin perempuan dan pengantin perempuan akan memasangkan bunga di jas pengantin laki-laki sebagai tanda melayani suami.

Di Taiwan setelah pengantin perempuan keluar pintu rumah, orang rumah biasanya akan buang air sebaskom agar anak perempuan yang sudah menikah sama seperti air yang dibuang tidak akan kembali lagi ke dalam baskom tersebut. Maksudnya, supaya anak perempuannya hidup langgeng bersama suami dan jangan sampai kembali lagi ke orangtuanya yang berarti bercerai atau menjadi janda.

Tea pai atau upacara minum teh

Acara yang paling penting di hari pernikahan adalah upacara minum teh ini. Zaman dulu upacara ini dilakukan di keluarga laki-laki yang menandakan bahwa keluarga laki-laki menerima seutuhnya pengantin perempuan sebagai bagian dari keluarga. Dan melayani mertua sebagai orang tua sendiri. Pihak perempuan juga boleh melakukan acara ini sebelum pihak laki-laki datang menjemput pengantin perempuan, sebagai tanda terima kasih kepada orang tua yang telah merawat selama ini.

Zaman sekarang dilakukan setelah pengantin laki-laki tiba di rumah pengantin perempaun, kemudian akan melanjutkan acara sembahyang di altar leluhur keluarga wanita sebagai tanda pamit, kemudian upacara minum teh dilakukan sebagai tanda terima kasih kepada orang tua wanita dan juga sebagai acara ‘pamitan’ kepada kedua orang tua wanita.

Untuk upacara ini biasanya perempuan harus disebalah kiri pria baik pengantin maupun tetua yang melayani upacara ini. Semua keluarga yang hadir atau kerabat dekat mendapat giliran minum teh ini. Mulai dari keluarga ayah dulu misalnya kakek atau nenek intinya dari yang tertua sampai yang paling muda kemudian di lanjut ke keluarga ibu. Kedua pengantin biasanya berlutut tapi ketika orang tua menganggap tidak perlu maka akan berdiri. Pengantin laki-laki akan memegang nampan sementara perempuan menyuguhkan teh dengan kedua belah tangan.

Sementara adik laki-laki dari pengantin laki laki tidak diberi teh melainkan hanya merangkap tangan di dada sebagai tanda menyambut kaka ipar perempuan.  Dilanjut lagi, setelah meminum teh biasanya orang tua atau kerabat lainnya yang hadir akan memberikan ‘angpau’ atau buah tangan. Sebagai kaka ipar, pengantin perempuan memberikan ‘angpau’ kepada adik ipar pengantin laki-laki.

Pesta Pernikahan

Pada era yang modern ini, pernikahan adat Tiongha jika diadakan di Jakarta sudah terbiasa dengan ‘standing party’ atau prasmanan. Naming ada beberapa tempat yang menganggap ini tidak sopan karena tidak menghargai tamu undangan yang hadir pada saat prosesi pernikahanmu. Sehingga banyak yang melakukan pesta ini di restoran atau di rumah, pesta ini sering disebut ‘cia ciu = makan dan minum’. Tamu undangan dipersilahkan untuk duduk mengelilingi dan 1 meja bias a5 sampai 10 orang. Setelah upacara, makanan akan dihidangkan, satu per satu makan datang dari hidangan pembuka dan penutup. Saat anda meninggalkan meja saat hidangan penutup belum dihidangkan kamu akan dianggap tidak sopan, maka untuk itu kamu harus meluangkan waktu khusus minimal 2 jam.

Pengantin duduk bersama dengan orang tua. Kerabat yang duduk satu meja dengan pengantin adalah saudara laki-laki tertua dari pihak ibu pengantin pria. Sehabis pesta pihak keluarga bisa mengantarkan pengantin baru ke rumahnya, disana bisa dilanjut dengan acara ledek-ledekan sambil mengiringi pengantin baru ke dalam kamar. Setelah tengah malam, keluarga yang mengantar akan pulang ke rumah masing-masing.

Malam Pengantin

Katanya pada zaman dahulu orang tua dari pihak laki-laki akan menaruh kain putih di ranjang pengantin baru. Ya, kain itu dibuat untuk mengetahui atau membuktikan keperawanan pengantin perempuan. Keesokan harinya, kain tersebut akan diambil oleh ibu mertua, disimpan baik-baik dan akan di pamerkan pada kerabat atau ibu-ibu untuk bahan gosip. Tapi untuk sekarang itu tidak lagi digunakan karena memalukan, karena malam pengantin akan menjadi urusan kedua mempelai. Tapi ada beberapa suku yang masih memakai cara yang seperti ini.

Hari Pertama Setelah Menikah

Pasangan yang baru saja menikah harus bangun pagi-pagi sebelum matahari terbit, tidak peduli habis ‘berjuang’ semalam. Mengapa begitu? Agar nantinya di hari-hari kedepan segala yang datang pagi atau cepat-cepat, cepat datang anak cepat datang rezeki seperti itu. Matahari terbit akan dilakukan acara sembahyang di depan altar leluhur, keluarga juga akan ada yang datang. Hari itu pengantin perempuan akan dikenalkan, ini siapa, itu siapa, kesini manggil apa kesitu manggil apa. Teteapi di zaman yang sudah modern ini tidak lagi melakukan hal yang seperti itu akan dilewatkan karena telah melakukan pada saat upacara menyuguhkan teh, paling yang akan dilakukan hanya sembahyang di depan altar leluhur.

Hari Kedua

Hari ini masih termaksud hari yang tenang. Pengantin masih boleh bersantai di rumah, tapi tak boleh keluar dari rumah. Takutnya saat keluar rumah banyak kejadian yang tidak diinginkan sama pengantin baru makanya dipingit dulu. Kamu dan pasnaganmu bisa berbincang-bincang serius kemana akan melakukan honeymoon.

Hari Ketiga

Dihari ketiga biasanya pengantin baru mengunjungi kediaman orang tua. Ada peraturan juga, lho, kamu harus membawa buah tangan saat mengunjungi rumah orang tua, untuk bermaksud menghormati. Zaman dulu, ingin mengunjungi ke rumah orang tua jauh dan tidak ada kendaraan, tapi di zaman sekarang ini semua sudah mudah ditemukan.

Rajin-rajin melihat kondisi orang tua yaaa, bagaimanapun itu tetap orang tua yang melahirkan kamu walau sudah di lepas bukan berarti kamu melupakan semua kenangan bersama orang tua. Orang tua yang melahirkan dan membesarkan kamu.

Seperti itu dia Pernikahan Adat Tionghoa, Tata Cara Sebelum dan Sesudah Menikah semoga bisa menjadi pengetahuan baru bagi kamu yang belum mengetahuinya, apalagi kamu orang Tionghoa yang mau menikah. Menikahlah dengan adat yang kamu punya itu akan terlihat lebih terkesan, nanti kamu bisa menceritakannya kembali kepada anak cucu kamu.

Global Times, Though Co, Moesama

Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 10-12 Januari 2025
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Article Terkait

Loading...

Article Terbaru

Loading...

Media Sosial

Temukan inspirasi dan vendor pernikahan terbaik di Sosial Media Kami

Loading...