Tampil cantik, menawan, dan berbeda tentu merupakan dambaan setiap wanita apalagi dengan ragam gaun pengantin muslimah bagi mereka yang berhijab, tampil syar’i, dengan tidak menampilkan lekuk tubuh sesuai ajaran agama.
Gaun muslimah untuk pernikahan sudah banyak sekali model atau ragamnya, dan tinggal dipilih sesuai dengan selera yang meliputi bentuk dan warna kemudian ukuran bentuk tubuh, yang semuanya tentu saja relatif dan subjektif.
Supaya tetap kekinian, beberapa muslimah memakai gaun pengantin yang tidak hanya menutupi aurat secara keseluruhan, tetapi juga menampilkan kesan yang modern dan tidak kaku. Di samping itu ada juga muslimah yang menampilkan gaun dengan dipadukan bersama pakaian adat.
Hal tentu saja berlaku bagi para muslimah yang ingin menikah dengan tema pernikahan tradisional namun tetap ingin menampilkan kesan syar’i dalam pernikahannya sehingga seimbang antara melestarikan budaya leluhur dan menjalankan perintah agama.
Memadukan busana muslimah dengan adat atau tradisional merupakan hal yang boleh-boleh saja asalkan baju adat tersebut dimodifikasi sesuai dengan syariat Islam terutama pada bagian-bagian yang memperlihatkan tubuh seperti kepala dan bahu.
Di bawah ini adalah ragam gaun muslimah yang memakai baju tradisional dari daerah masing-masing di Indonesia. Gaun pengantin ini bisa kamu jadikan sebagai inspirasi untuk pernikahanmu nanti yang tetap mengusung unsur tradisional namun tetap syar’i.
1. Aceh
Gaun pengantin muslimah yang bisa disandingkan dengan pakaian adat yang pertama adalah dari Provinsi Aceh. Provinsi yang terkenal dengan sebutan Negeri Serambi Mekkah ini memang terkenal dengan pakaian adat yang secara alami sebenarnya sudah menyatu dengan syariat Islam sebagai pegangan sehari-hari masyarakat Aceh.
Karena itu, gaun mempelai wanitanya sudah mempunyai ciri khas tertutup dan berlengan panjang. Warna yang digunakan menggunakan warna yang lebih cerah daripada warna yang digunakan mempelai pria.
Warna-warna itu antara lain merah, hijau, ungu, dan kuning. Selain bentuk pakaian, mempelai wanita muslimah Aceh juga mengenakan perhiasan berupa mahkota di atas kepala. Mahkota tersebut bernama patam dhoe yang terbuat dari emas dengan bermotifkan pepohonan, daun, dan bunga. Pada bagian tengahnya terdapat ukiran kaligrafi huruf Arab yang bertuliskan Allah dan Muhammad. Menandakan Aceh benar-benar islami.
2. Minangkabau
Selain Aceh yang kental dengan nuansa islami pada pakaian adatnya, hal tersebut juga bisa kamu temukan pada gaun pengantin yang dikenakan oleh wanita Minangkabau di Provinsi Sumatera Barat.
Pada provinsi yang terkenal akan makanan rendangnya ini, masyarakat di sana menjalankan kehidupannya berdasarkan Basandi Syarak Kitabullah, yaitu pegangan adat yang bersumber pada Al-Quran dan Hadis. Karena itu, tidaklah mengherankan jika busana tradisional Minangkabau untuk pernikahan sebenarnya secara alami sudah mengikuti syariat Islam.
Pakaian wanita Minangkabau berupa baju kuruang merupakan baju yang secara tampilan begitu panjang ke bawah serta berlengan panjang. Para perempuannya tinggal mengenakan saja kerudung di kepala yang kemudian dipercantik dengan mahkota bernama Suntiang beserta headpiece. Menjadikan tampilannya tak hanya syar’I, namun juga cantik dan elegan.
3. Kepulauan Riau
Gaun pengantin muslimah yang bisa dipadukan dengan pakaian adat adalah dari Kepulauan Riau, provinsi yang memang kental dengan budaya Melayu, juga dengan kehidupan sehari-harinya yang islami. Provinsi yang berbatasan dengan Malaysia dan Singapura mempunyai baju adat untuk pernikahan tradisional yang disebut dengan baju kurung.
Baju kurung dari Kepulauan Riau sebenarnya mempunyai bentuk yang sama dengan baju kurung pada umumnya terutama yang berkebudayaan Melayu, yaitu panjang ke bawah dan berlengan panjang, dan dari kain yang ditenun.
Baju ini juga dilengkapi dengan motif hias yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari seperti itik pulang perang atau semut beriring yang mempunyai makna gotong royong, keberanian, dan kebebasan. Warna pakaian yang digunakan pun beraneka raga mulai dari merah , biru, kuning, sampai hitam.
Untuk memperindah tampilan, baju pengantin Kepulauan Riau ditambahkan dengan selendang beserta mahkota yang penuh dengan hiasan kembang goyang, jurai yang panjang menjuntai ke dada, hingga gandik semacam mahkota untuk menutupi kening, dan semuanya berpadu dengan kerudung atau hijab yang dipakai sang mempelai wanita.
4. Palembang
Busana pengantin tradisional Palembang juga bisa diterapkan dengan gaya syar’i terutama bagi kamu yang berasal dari kota tersebut, dan ingin melestarikan budaya tanpa harus meninggalkan hal-hal yang disyaratkan agama dalam pernikahan.
Busana yang bisa dipadukan itu adalah Aesan Paksangko, salah satu baju pengantin tradisional dari Palembang selain Aesan Gede. Aesan Paksangko sendiri berbentuk baju kurung yang bermotif detail keemasan yang disempurnakan dengan tengkupan terate dada.
Bagian bawahnya dipadukan dengan balutan songket berkilau sehingga memberikan kesan yang mewah. Tak lupa terdapat juga mahkota sebagai penghias kepala yang diperkaya dengan ragan aksesori keemasan untuk menunjukkan akulturasi budaya lokal dengan budaya Tionghoa di masa silam. Para perempuan Palembang hanya perlu mengenakan kerudung untuk menutup aurat.
5. Lampung
Provinsi terakhir di Sumatra yang baju pengantin tradisionalnya bisa dipadukan dengan baju muslimah adalah Lampung. Provinsi yang terkenal dengan Taman Nasional Way Kambas itu mempunyai baju pengantin wanita bernama Pepadun, yang sesuai dengan nama tempat pakaian itu berasal.
Sebenarnya selain Pepadun terdapat juga Saibatin. Perbedaannya adalah pada warna. Pepadun menggunakan warna putih sedangkan Saibatin menggunakan warna merah. Namun yang dibahas di sini adalah Pepadun yang memang sudah menjadi ciri khas pakaian Lampung.
Gambaran Pepadun adalah kain putih yang berlengan pendek, dengan memakai Siger sebagai mahkota kepala. Siger Lampung sendiri berukuran lebar dan panjang ke atas, dan bermotif bunga. Namun ketika kamu ingin menerapkannya dengan gaya islami, kamu tinggal memanjangkan saja lengan serta membuat tampilan baju menjadi longgar.
Karena bagian atas leher pada Pepadun terlihat terbuka kamu bisa menutupinya dengan hijab kamu yang menutupi kepala hingga leher. Penampilanmu akan semakin tambah cantik karena memakai kalung papan jajar yang berwujud tiga perahu pada bagian dada.
6. Betawi
Dari Pulau Sumatera sekarang kita menuju ke Pulau Jawa untuk melihat pakaian pengantin tradisional yang bisa dipadukan dengan gaya islami. Pertama kamu akan melihat pada pakaian pengantin adat Betawi yang berasal dari Provinsi DKI Jakarta.
Pada provinsi yang menjadi ibu kota negara ini pakaian adat Betawi sebenarnya secara tampilan sudah sesuai dengan syariat Islam yang memang sudah menjadi ciri khas kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi yang kental dengan Islamnya terutama dalam berpakaian sehari-hari.
Pakaian Betawi untuk mempelai wanita ini bernama Dandanan Care None Pengantin Cine, dan jika dilihat dari namanya merupakan pakaian yang dipengaruhi oleh pakaian Cina. Karena pakaian ini aslinya longgar, berbentuk panjang ke bawah, serta berlengan panjang, kamu tinggal mengenakan jilbab kamu pada bagian kepala dan leher, yang kemudian ditutup oleh mahkota burung Hong dan siangko untuk muka.
7. Sunda
Gaun pengantin muslimah juga bisa dipadukan dengan baju adat Sunda yang berupa kebaya berwarna putih yang dipanjangkan bagian bawahnya beserta lengannya. Karena kebaya merupakan pakaian yang bermotif tembus pandang, kamu yang ingin mengenakan kebaya Sunda bisa menutupinya dengan dalaman tebal sehingga auratmu akan tertutup.
Kamu kemudian tinggal memakaikan hijab putih pada bagian kepala yang menutupi kepala hingga leher. Untuk mempercantik dirimu, terdapat mahkota berupa Siger yang beratnya 1,5 hingga 2 kilogram. Siger ini sendiri bermakna harapan atas rasa hormat, kearifan, dan kebijaksanaan dalam pernikahan.
8. Jawa
Apabila kamu berdarah Jawa, dan ingin menggunakan pakaian adat Jawa namun tetap bernuansa islami, pilihan yang paling tepat adalah menggunakan kebaya warna hitam pekat yang sudah mencari khas pengantin Jawa terutama dari Yogyakarta. Sebab, pakaian tersebut tertutup dan berlengan panjang tidak seperti Solo Basahan yang terbuka pada bahu.
Pada busana pengantin adat Jawa yang bernafaskan islami ini kamu hanya perlu menyempurnakannya dengan memakaikan hijab pada kepalamu yang menutup kepala hingga leher tanpa harus menggunakan paes.
Hijab itu kemudian bisa kamu tambahkan beberapa perhiasan seperti cunduk mentul, kembang goyang gunungan hingga kalung sungsun sehingga tetap memancarkan keanggunan tradisional yang berpadu dengan syariat Islam.
9. Sasak
Suku Sasak adalah suku mayoritas yang mendiami Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat, salah satu wilayah dalam Kepulauan Sunda Kecil di Indonesia. Suku ini dalam pakaian adatnya mempunyai kemiripan dengan Bali dikarenakan pengaruh budaya Bali di Lombok sejak abad ke-17 melalui Kerajaan Karangasem.
Meski begitu, yang membedakan antara suku Sasak dan Bali adalah pada agama. Suku Sasak mayoritas memeluk Islam sedangkan Bali memeluk Hindu. Karena mayoritas dihuni oleh orang Sasak yang beragama Islam, pakaian adat wanitanya yang bernama Pakaian Lambung bisa dipadukan dengan gaya busana muslimah.
Tampilan pakaian Lambung sebenarnya merupakan pakaian berwarna hitam berlengan pendek yang terbuat dari bahan beluduru atau brokat berwarna gelap dengan disampirkan kain sabuk panjang yang dillitkan pada pinggang dengan bagian ujung rumbai di sebelah kiri bernama Tongkak.
Tongkak sendiri mempunyai makna lambang ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan pengabdian kepada orang tua dan suami setelah menikah. Ketika dipadankan dengan gaya busana muslimah, adalah cukup dengan memanjangkan lengan atau memakai pakaian dalam berlengan panjang.
Sementara itu, pada bagian kepala wanita Lombok sudah memakaikannya dengan hijab, dan jarang lagi menggunakan pangkak, yaitu mahkota emas berbentuk bunga cempaka dan mawar yang diselipkan di konde atau sanggul. Selain Pakaian Lambung, wanita Lombok juga menggunakan kebaya Lombok yang beraneka warna dan bercorak emas.
10. Banjar
Ragam gaun pengantin muslimah selanjutnya yang bisa dipadukan dengan pakaian tradisional adalah pakaian adat pengantin perempuan Banjar bernama Baamar Galung Pancaran Matahari. Gaun adat suku yang berdiam di Provinsi Kalimantan Selatan ini dipengaruhi budaya Jawa, dan mulai dipakai masyarakat Banjar sejak abad ke-19.
Tampilan baju ini adalah baju poko ini adalah berlengan yang ditutupi dengan kida-kida, yaitu mantel sempit berhias yang mempunyai fungsi menutup dada. Kemudian ada sarung sebagai bawahan dan penutup pinggang atau tali gapu berhiaskan air guci.
Apabila dipadankan dengan salah satu ragam gaun pengantin muslimah, baju pengantin Banjar ini akan dipanjangkan lengannya, dan kemudian sang mempelai akan memakai jilbab pada bagian kepala untuk menutupi kepala hingga leher, dengan menggunakan mahkota yang dihias dengan kembang goyang, baquet dengan pita rambut, bunga melati yang diatur berbaris.
Tak lupa ada untaian bunga depan dan belakang. Aksesoris lainnya adalah kerabu menganyun, kalung, untaian metalik, dan untaian bunga keemasan. Kemudian ada cincin dari bunga mayang, sabuk pinggang warna emas, bunga jepun berbentuk jepitan, serta bangle yang dipakai di lengan atas dan pergelangan kaki, yang terbuay dari karet berbentuk lekuk akar atau irisan buncis.
11. Tolaki
Kamu tentu saja asing dengan nama Tolaki, bukan? Nama suku yang merupakan mayoritas di Provinsi Sulawesi Tenggara ini memang jarang didengar beritanya. Kebanyakan orang akan lebih familiar menyebut Sulawesi Tenggara atau Sultra, provinsi yang terkenal karena keindahan taman lautnya di Wakatobi.
Selain Wakatobi, provinsi ini terkenal juga dengan Buton, salah satu daerah di sana yang terkenal sebagai penghasil aspal dan benteng keratonnya. Mengenai suku Tolaki sendiri ternyata mempunyai pakaian adat untuk pernikahan yang disebut dengan Babu Nggawi.
Secara tampilan, pakaian yang menjadi ikon nasional untuk provinsi tersebut berbentuk longgar, berlengan panjang, dan memakai rok sebagai bawahan. Pakaian adat ini terdiri dari Lipa Hinoru sebagai busana atas dan Roo Mendaa sebagai busana bawahan.
Roo Menda ini berupa panjang hingga mata kaki yang warnanya sama seperti baju atsan dan berhiaskan manik-manik berwarna emas di bagian depannya dengan motif tradisional khas Tolaki seperti Pinetobo, Pinesowi, dan Pineburu Mbaku.
Apabila ingin tampil dengan gaya islami adalah tinggal memakaikan jilbab pada kepala untuk menutupi kepala dan leher. Jilbab ini bisa dihiasi dengan beragam aksesoris seperti anting yang terdiri dari dua buah, yaitu kumenda dan toe-tole.
Sedangkan bagian dada, bisa ditambahkan kalung panjang bernama eno-eno sinolo dan kalung pendek bernama eno-eno renggi. Tak lupa pada pergelangan tangan di lengan yang panjang bisa dilengkapi dengan gelang bolusu, gelang pilisu, dan gelang poto.
12. Bugis
Ragam gaun pengantin muslimah terakhir yang bisa dipadukan dengan busana pernikahan tradisional adalah yang terdapat baju suku Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan. Baju pengantin pada suku yang gemar melaut ini adalah Baju Bodo yang termasuk salah satu baju pengantin tradisional terpopuler di Indonesia.
Hal itu dikarenakan banyaknya orang Bugis di Indonesia selain Jawa, Sunda, dan Minangkabau. Mereka tidak hanya tersebar di Indonesia saja, tetapi juga di Malaysia dan Singapura.
Baju Bodo orang Bugis mempunyai tampilan yang longgar namun berlengan pendek, dengan bawahan berupa rok panjang seperti baju orang Tolaki di Sulawesi Tenggara. Baju Bodo sendiri merupakan salah satu busana tertua di dunia berdasarkan catatan-catatan sejarah.
Baju Bodo sendiri bisa dikombinasikan dengan gaya gaun pengantin muslimah dengan mudah karena tampilannya tersebut. Apalagi Islam sendiri juga sudah mengakar begitu kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bugis.
Ketika dikombinasikan dengan gaya pengantin muslimah adalah cukup dengan memanjangkan lengan Baju Bodo. Pada bagian kepala tinggal dipakaikan jilbab untuk menutupi kepala dan leher, dan pada atas jilbab terdapat mahkota bernama Saloko yang menyerupai burung merak.
Itulah ragam gaun pengantin muslimah yang bisa dipadukan dengan budaya tradisional di Indonesia apabila kamu ingin mengadakan resepsi pernikahan tradisional tanpa harus meninggalkan kesan syar’i.
Perpaduan ini sendiri tentu menjadi bukti bahwa sebenarnya gaya pengantin muslimah yang mengutamakan menutup aurat bisa bersanding dengan gaya busana tradisional dengan cara dimodifikasi sehingga terlihat benar-benar sopan.
Apabila kamu yang berhijab, dan ingin tampil dengan gaya busana seperti di atas kamu bisa mengunjungi vendor gaun pengantin Wedding Market yang menyediakan segala macam keperluan untuk keperluanmu saat resepsi pernikahan. Klik aja di sini!