Pernikahan yang hanya sekali seumur hidup sudah sepatutnya menjadi salah satu hari paling bahagia. Kebahagiaan itu bukan hanya tentang bagaimana membuat tamu terkesan tapi juga bagaimana membuat segala detail menjadi bermakna dan dikenang seumur hidup.
Sedari awal Saya sebagai mempelai perempuan bertekad untuk bersenang-senang dan menjadi diri sendiri di hari bahagia itu. Kesukaan Saya terhadap bunga matahari Saya angkat sebagai tema utama acara 21 Juli kemarin.
Selain tentang bunga utama, Saya dan Riyan bertanya suasana apa yang ingin kita angkat. Apakah kesan mewah, modern, minimalis, dan sebagainya. Dua kata yang akhirnya kami pilih untuk keseluruhan wedding kami adalah: hangat dan ceria. Pilihan ini bukan hanya karena kami ingin adanya interaksi yang hangat dan penuh tawa dengan segenap tamu yang hadir, tapi juga karena itulah kesana para kawan dan keluarga terhadap kami berdua. Ketika kami share konsep mood yang kami pilih, kakak perempuan Saya dan satu sahabat dekat Saya berkata kompak: “iya, itu emang kalian banget”.
Suasana Ceria dan Hangat dalam Pernikahan Bergaya Modern
Suasana ceria kami berusaha wujudkan dari pre-wedding, morning session bersama bestman dan bridesmaid, konsep wedding entrance, dan adanya joget Maumere bersama-sama.
Selanjutnya nuansa ramah, dekat, dan hangat terwujud dari konsep coffee-time dan penulisan wishing card. Khusus untuk prosesi pagi, kami juga menyelipkan unsur cross-culture dan satu acara kecil yang sangat intimate. Dari adat Chinese tentu adalah prosesi teapai, sedangkan untuk adat Jawa kami memilih prosesi kacar-kucur yang sangat indah maknanya. Selanjutnya, kami saling membasuh kaki sembari mengucap personal vow.
Coffee time sendiri bisa dibilang salah satu keputusan terbaik Saya. Usai pemberkatan nikah, biasanya pengantin menjamu tamu dengan nasi kotak atau catering. Saya berpikir itu akan membosankan dan mengurangi kesempatan untuk mempelai ngobrol bersama tamu. Akhirnya Saya menjami tamu dengan memanggil coffee booth dan snack corner. Selain karena tamu bisa menikmati kopi susu dingin di tengah terik Surabaya, konsep ini sangat tepat karena membuat tamu santai dan mempelai pun dapat mengobrol dengan asik .
Selain 1 tema yang secara visual akan menonjol (penggunaan bunga matahari) dan 2 mood khusus yang diangkat, ada lagi 3 konsep yang kami selipkan namun konsisten di keseluruhan acara yang kami beri tagar khusus #haribahagiaCR.
Konsep pertama adalah penggunaan Bahasa Indonesia. Ketika banyak wedding lain terobsesi menggunakan frase Bahasa Inggris yang kerap dianggap lebih menarik, saya sedari awal membuat kalimat undangan, kata sambutan, narasi video, seluruh playlist band, semuanya menggunakan Bahasa Indonesia. Hal ini menantang tapi justru seru. Saya memilih lagu lawas Chrisye “cintaku” yang kebetulan juga lagu favorit (alm) papa Saya yang sangat cocok mendukung nuansa ceria dan hangat tapi sekaligus tetap menggunakan bahasa Indonesia dengan indah.
Kedua, konsep yang kami usung adalah ramah lingkungan. Hal ini kami pilih karena sudah seharusnya momen bahagiapun tetap minim sampah. Kami memilih gelas kertas untuk kopi, menggunakan gelas kaca untuk air putih saat resepsi, memilih souvenir zero-waste starter kit berupa alat makan tidak sekali pakai dan hand towel yang bisa diandalkan untuk mengurangi penggunaan tissue. Pilihan lain yang kami sepakati dari awal adalah tidak adanya pelepasan balon karena sudah paham betul bahayanya pelepasan balon. Kami menggantinya dengan pelepasan dua merpati putih.
Ketiga, adalah konsep “wedding yang dikerjakan teman-teman sendiri”. Vendor photo Saya adalah teman komunitas dan satu lagi teman kampus, WO pernikahan serta MC juga teman sekomunitas, dan band pengisi resepsi adalah kawan kampus.
Beberapa kawan bertanya tentang #haribahagiaCR yang bisa sedetail itu, dan tips dari Saya sederhana. Setidaknya dua hal: pertama kenali diri baik-baik. Apa yang disuka atau tidak, apa yang menggambarkan diri kita. Kedua, jadikan pernikahan untuk express diri kita bukan impress orang lain. Pilihlah segala detail yang memang kita idamkan, sesuai kapasitas, dan kita yakini kelak akan membuat kita tersenyum.
Ditulis oleh: Claudya Tio Elleossa