Jika kamu berencana untuk melakukan pernikahan dengan adat Sunda, maka harus menjalani upacara sakral sebelum akad nikah dalam adat Sunda. Salah satunya adalah ngeuyeuk seureuh, yaitu prosesi meminta restu kepada kedua orang tua.
Untuk mengadakan upacara sakral ini, tentu saja para pengantin harus mengetahui terlebih dahulu maknanya, apa saja yang harus disiapkan, susunan acara dan juga ketentuan dalam menjalani prosesinya. Dengan demikian, kamu bisa lebih memahami dan mendalami setiap tahapan-tahapannya.
Nah, sebagai referensimu, berikut WeddingMarket akan membahas selengkapnya mengenai ngeuyeuk seureuh. Para calon pengantin adat Sunda, simak baik-baik ulasan selengkapnya, ya!
Mengenal Upacara Ngeuyeuk Seureuh
Ngeuyeuk seureuh adalah prosesi atau upacara sebelum akad nikah dalam adat Sunda. Upacara ini diadakan sehari sebelum akad nikah atau pada hari H pernikahan sebelum ijab qabul dilangsungkan. Jika diadakan sehari sebelum akad nikah, maka upacara ini akan dilakukan bersamaan dengan prosesi siraman.
Kata ngeuyeuk seureuh sendiri berasal dari kata ‘ngaheuyeuk’ dalam Bahasa Sunda yang artinya ‘mengolah/meramu’ dan 'seureuh' yang berarti 'sirih'. Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ngeuyeuk seureuh memiliki arti “meramu sirih”. Adapun tujuan prosesi ini disebut juga paheyeuk-heyeuk jeng beubeureuh, artinya bekerja sama dengan pasangan.
Dalam artian yang lebih menyeluruh, tujuan upacara ngeuyeuk seureuh ini adalah untuk meminta restu kedua orang tua terutama orang tua pihak wanita. Oleh karena itu, prosesi ini lebih baik diadakan di rumah pengantin wanita. Sekaligus, sebagai prosesi pelepasan bagi calon pengantin wanita yang akan dibawa oleh calon suaminya.
Pada acara ini, tidak hanya untuk meminta restu saja, tetapi kedua orang tua juga akan memberikan nasihat mengenai rumah tangga pada pasangan calon pengantin. Bentuk restu yang diberikan berupa nasihat itu pun dilambangkan melalui benda-benda yang ada dalam prosesinya. Tidak jarang, dari petuah yang diberikan akan disampaikan juga edukasi seks bagi para pengantin. Nasihat ini menjadi pegangan untuk para pasangan dalam menjalani kehidupan berumah tangga kelak.
Ketentuan dalam Upacara Ngeuyeuk Seureuh
Seperti yang disebutkan sebelumnya, upacara adat seperti ini tentu saja memiliki ketentuan dan syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh para pengantin. Pada prosesi Ngeuyeuk Seureuh sendiri, ada beberapa syarat dan ketentuan sebagai berikut :
- Upacara harus dipimpin oleh seorang yang bergelar Nini Pangeuyeuk. Nini Pangeuyeuk adalah orang yang paham mengenai jalannya acara sekaligus juru rias khas adat Sunda.
- Acara harus dilakukan di rumah pengantin wanita, karena sekaligus sebagai proses pelepasan pihak wanita sebelum akhirnya dinikahi dan menjadi tanggung jawab suaminya.
- Upacara adat ini harus dijalankan tanpa adanya undangan dan hanya orang dengan hubungan keluarga dekat yang boleh hadir.
- Seorang gadis, anak remaja, maupun wanita dewasa yang belum menikah tidak boleh mengikuti acara ini. Sekalipun, merupakan bagian dari keluarga dekat dari pasangan pengantin.
- Peralatan yang perlu disiapkan adalah buah pinang, dua ikat padi, sekantong beras, sepotong bambu tidak beruas, kendi, benang tenun, dan daun sirih
Setelah semua ketentuan dan persayaratan di atas dipenuhi, maka baru acara ngeuyeuk seureuh bisa dimulai. Jika tidak dipenuhi, upacara ngeuyeuk seureuh tidak boleh diadakan karena diyakini bisa mendatangkan ketidakberuntungan.
Tata Cara Prosesi Ngeuyeuk Seureuh
Setelah membahas mengenai ketentuan dan persyaratannya, berikut akan dibahas prosesi dan langkah menjalankan upacara Ngeuyeuk Seureuh ini. Prosesi dari upacara ini terbilang cukup panjang dan setiap langkahnya mengandung makna yang mendalam.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah langkah-langkah yang harus dilalui oleh para pengantin dalam menyelesaikan upacara Ngeuyeuk Seureuh sebelum akad nikah:
1. Nini Pangeuyeuk memberikan 7 helai benang tenun
Upacara dimulai dengan pemimpin Nini Pangeuyeuk memberikan 7 helai benang tenun kepada kedua calon pengantin sepanjang dua jengkal. Calon pengantin, akan diminta untuk memegang ujung benang.
Hal ini menandakan, cinta kasih yang dimiliki oleh kedua pasangan dan kepada orang tua. Selain itu, hal ini dilakukan dengan menghadap ke kedua orang tua. Sebagai perwujudan permintaan restu. Orang tua kemudian, akan memotong benang yang dipegang oleh pasangan.
2. Nini Pangeuyeuk menyanyikan kidung atau syair
Kemudian, Nini Pangeuyeuk akan menyanyikan kidung atau syair, berisi permohonan dan doa kepada Tuhan. Nyanyian ini dilakukan dengan menaburkan beras kepada calon pengantin, sebagai doa kehidupan yang sejahtera.
3. Kedua pengantin kemudian dikeprak oleh Nini Pangeuyeuk dengan sapu lidi
Sembari diberi nasihat mengenai kehidupan berumah tangga, Nini Pangeuyeuk kemudian mengeprak kedua pengantin dengan sapu lidi. Hal ini sebagai perlambangan pejuangan pengantin untuk membangun rumah tangga.
4. Nini Pangeuyeuk membuka kain putih yang menutup ‘Pangeuyeukan’
Selanjutnya Nini Pangeuyeuk membuka kain putih yang menutup ‘Pangeuyeukan’ sebagai bentuk dimulainya rumah tangga dengan baik dan tanpa cela. Pasangan pengantin kemudian mengangkat kain sarung yang melambangkan kerja sama di antara keduanya.
Kedua pakaian dan kain sarung yang sudah diangkat kemudian dipindahkan ke kamar pengantin. Sebagai lambang, penggabungan harta kekayaan keduanya, pengantin pria akan mengikuti pengantin wanita untuk masuk ke kamar menandakan keduanya telah bersatu.
5. Pemotongan mayang jambe oleh calon pengantin pria
Prosesi selanjutnya adalah pemotongan mayang jambe (bunga pinang) oleh pengantin pria. Pengantin pria harus melakukan prosesi ini dengan hati-hati. Hal ini agar mayang jambe tidak rusak atau patah ketika dipotong. Karena Mayang Jambe merupakan simbol kelembutan hati pengantin wanita. Jadi, pengantin pria harus menjaganya dan memperlakukannya dengan penuh kesabaran dan pikiran yang bijaksana.
6. Pemotongan pinang
Kedua pengantin akan diminta duduk berdampingan dan buah pinang akan diletakkan di depan mereka. Pasangan kemudian memotong buah pinang tersebut menjadi dua. Hal ini memiliki makna kedua calon pengantin akan saling mengasihi dalam kehidupan pernikahan.
7. Menumbuk alu ke dalam lumping
Kemudian, pengantin pria akan diminta menumbuk alu ke dalam lumping. Sedangkan, pengantin wanitanya akan memegang lumping tersebut. Makna dari langkah ini adalah kerja sama dalam memenuhi kebutuhan hidup.
8. Pasangan akan diminta untuk membuat lungkun
Setelah prosesi alu dan lumping, selanjutnya pasangan akan diminta untuk membuat lungkun. Lungkun terbuat dari dua lembar daun sirih yang diikat memanjang menjadi satu dengan benang kanteh. Langkah ini menyimbolkan kerukunan di antara pasangan pengantin.
Jika ada daun sirih yang tersisa dari pembuatan lungkun, maka akan dibagikan kepada anggota keluarga yang hadir. Prosesi ini juga memiliki makna bahwa pengantin akan berbagi dengan orang terdekat apabila memiliki rezeki yang berlebih.
9. Tebar uang di bawah tikar oleh Nini Pangeuyeuk
Selanjutnya, uang akan disebar di bawah tikar oleh Nini Pangeuyeuk. Nini Pangeuyeuk akan memberikan aba-aba kepada kedua pengantin untuk berlomba mengambil uang yang sudah disebar tersebut. Prosesi ini menunjukan kerja keras pasangan pengantin untuk meraih kesejahteraan rumah tangga.
11. Membuang sisa-sisa bahan ngeuyeuk seureuh
Jika ada sisa-sisa bahan dari upacara ngeuyeuk seureuh ini maka sisa bahan ini harus dibuang. Sisa bahan harus dibuang di persimpangan jalan oleh calon pengantin dan tetua keluarga. Ketika membuangnya, dilarang untuk menoleh lagi ke belakang. Sebagai tanda, bahwa pasangan pengantin siap untuk menghadapi masa depan tanpa bayangan masa lalu.
11. Menyalakan 7 buah lilin
Upacara ngeuyeuk seureuh ditutup dengan menyalakan tujuh buah lilin. Ritual ini melambangkan harapan dan kejujuran dalam membina kehidupan rumah tangga.
Pentingnya Upacara Ngeuyeuk Seureuh
Upacara ngeuyeuk seureuh merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat Sunda. Sebuah ritual penting yang dilaksanakan sebelum akad nikah dalam pernikahan adat Sunda. Bahkan, prosesi ini sudah menjadi salah satu tradisi wajib yang dilakukan oleh para pengantin adat Sunda.
Tradisi tersebut dilandasi oleh tiga sifat utama yang dimaknai dalam kehidupan masyarakat Sunda, yakni silih asih, silih asuh, dan silih asah. Secara harfiah dapat diartikan sebagai saling menyayangi, saling menjaga, dan saling mengajari.
Harapan dari pelaksanaaan rangkaian prosesi ngeuyeuk seureuh adalah agar kedua calon pengantin bisa menghidupkan sebuah peribahasa 'kawas gula jeung peuet' yang artinya 'bagaikan gula dengan nira yang sudah matang'. Maksudnya adalah agar kedua pasangan itu dapat hidup rukun, saling menyayangi dan sebisanya menghindari terjadinya perselisihan.
Itu dia ulasan tentang prosesi ngeuyeuk seureuh yang begitu sakral dan penuh makna. Meski terkadang hanya dianggap sebagai suatu simbolis, namun inti dari prosesi ini sebagai momentum meminta restu pada orangtua menjadikannya begitu sakral. Tentunya, sebagai seorang keturunan Sunda, kamu patut untuk melestarikan dan menjaganya.
Cari tahu juga tentang berbagai prosesi dalam pernikahan adat Sunda lainnya, seperti tradisi Mapag Panganten, serta tradisi-tradisi adat lainnya dalam artikel WeddingMarket. Kamu bisa baca ulasan selengkapnya di sini!