Ladies, kalau kamu menginginkan upacara pernikahan adat Jawa-mu lebih sakral daripada pernikahan-pernikahan adat yang lainnya, ada 7 hal penting yang harus kamu cermati, lho. Bukan hanya sekedar mencari venue yang perfect, atau memesan gaun pengantin dari perancang busana yang top-markotop, tapi ada pointer-pointer yang tidak bisa kamu sepelekan kalau kamu mau upacara pernikahan yang khidmat.
Berikut adalah 7 hal penting dalam upacara pernikahan adat Jawa-mu, dimulai dari yang paling penting hingga yang tidak terlalu penting atau berupa sisipan.
- Peningset
Peningset adalah sebutan lain untuk seserahan dalam upacara pernikahan adat Jawa. Untuk pengadaannya, kamu bisa melakukannya beberapa hari sebelum atau juga pas di resepsi hari pertama. Memang untuk kerabat yang berlokasi cukup jauh dari tempat acara—atau bahkan berada di luar negeri—pastinya acara yang terjadi 3 hari berturut tidaklah terlalu menyenangkan dan memungkinkan banyak yang tidak bisa hadir pada hari besar kamu. Namun, sekarang ini peningset atau seserahan bisa dilakukan dalam hari yang sama, kok. Jadi, bukan berarti akan mengurangi kesakralan upacara pernikahan kamu, ya, ladies.
- Siraman
Pernah lihat, dalam upacara pernikahan, pengantin wanita yang mengenakan lilitan kain batik dengan rambut yang diberi bando bunga melati dan rangkaiannya yang silang-menyilang untuk menutupi bagian leher, bahu, hingga dada? Kemudian, kedua orangtua dan para kakek-neneknya menyiramkan satu per satu gayung berisi air kembang? Itu namanya proses siraman. Dalam prosesi ini, setiap gayungnya berisi doa yang diberikan oleh mereka yang sangat menyayangi kamu, ladies. Biasanya prosesi ini penuh dengan air mata karena kedua orangtua kamu, khususnya, mengingat betapa bahagianya mereka ketika kamu lahir, memandikan kamu, mengurus kamu hingga dewasa dan kini harus merelakan kamu untuk dipinang.
- Malam Midodareni
Yep, kamu pasti sudah tidak asing dengan salah satu acara dalam upacara pernikahan adat Jawa yang satu ini, bukan? Malam midodareni yang disebut juga sebagai malam tirakat adalah malam terpenting dimana kamu dan calon pasanganmu tidak boleh bertemu sebelum hari-H besoknya. Di malam itu, kamu akan dipercantik dengan ramuan lulur dimana prosesnya dilakukan oleh para gadis yang belum menikah dan kemudian kedua alis mata kamu akan dicukur dan dibentuk untuk mempercantik riasanmu di resepsi hari berikutnya. Mungkin kamu sedikit bingung kenapa alis mata dicukur di malam midodareni, ya, ladies? Alis mata yang belum pernah dicukur, dalam kepercayaan Jawa, adalah satu satu simbol bahwa kamu belum menikah dan adalah haram untuk melakukannya. Namun, tentunya sekarang ini sudah jarang untuk menemukan gadis yang tidak mencukur alisnya untuk mempercantik diri, ya, ladies.
- Ngidak Endhog
Acara temu manten dalam upacara pernikahan memiliki satu prosesi unik, yaitu ngidak (menginjak) endhog (telur), ladies. Menginjak telur dilakukan oleh pengantin pria tanpa sepatu atau alas kaki, dimana kemudian kakinya akan dibersihkan oleh pengantin wanita dengan air kembang. Telur diatas tumpukan bunga-bunga adalah lambang kesucian wanita yang masih utuh, ladies. Pengantin pria harus melakukannya karena itu perlambangan bahwa nantinya dia akan menjadi suami yang bertanggungjawab dan segala letihnya akan dibasuh oleh sejuknya pengabdian dan cinta dari sang isteri.
- Sungkeman
Jika acara siraman dalam upacara pernikahan mengundang titik-titik tangis haru, sungkem (sujud) yang berpotensi mendatangkan tsunami air mata ini mewajibkan kamu untuk bisa menahan diri, lho. Dalam prosesi ini yang dimulai dari orangtua pengantin yang duduk di sebelah kanan—yang menjadi pengada acara berada di sebelah kanan, ya—dan dilakukan sebelum akad atau penerimaan sakramen perkawinan. Siapa yang pertama kali harus disungkem? Itu tergantung pada pihak keluarga yang menentukan. Bisa dari ibu terlebih dahulu karena beliau yang melahirkan kita. Bisa dari ayah dulu karena beliau adalah kepala keluarga dan masyarakat kita berpaham paternalistis. Sungkem adalah tanda hormat dan mohon doa restu dan ijin pada orangtua, diucapkan dengan penuh kesungguhan, dimana pengantin bersujud di kedua kaki orangtua.
- Tari Bondan
Dalam upacara pernikahan adat Jawa biasanya ada tarian yang diselipkan dalam susunan acaranya. Tari bondan adalah tarian tradisional dari Surakarta, Jawa Tengah. Tarian ini identik dengan properti berupa payung kertas, kendil (teko air dari bakaran tanah liat atau tembikar) dan boneka bayi. Yang menarik dalam tarian ini adalah bagian dimana sang penari harus bisa menyeimbangkan diri diatas kendil yang tidak boleh sampai pecah atau pun retak. Tari bondan menggambarkan kasih sayang ibu terhadap anaknya, betapa beliau berusaha mengasuh dan melindungi anaknya tidak hanya hingga dewasa saja, tapi juga memastikan bahwa anaknya bisa memiliki budi pekerti dan berguna bagi bangsa.
- Gending Jawa
Gending Jawa bukan jenis makanan, ya, ladies. Ini adalah suara gamelan atau alat musik khas Jawa. Upacara pernikahan adat Jawa memiliki ciri khas berupa gending Jawa yang mengiringi seluruh jalannya prosesi acara, mulai dari kedatangan pengantin hingga duduk di atas pelaminan. Lagu yang diiringkan biasanya mulai dari sekartejo, wilujeng, ketawang tirtokencono, ketawang mijil wigaringtyas, hingga gleyong.
Bagaimana, ladies? Sudah siap merencanakan upacara pernikahan adat Jawa-mu yang tidak kalah sakral dari pernikahan-pernikahan tradisional lainnya?