Gelar resepsi pernikahan merupakan salah satu momen yang berkesan bagi pasangan pengantin, tak terkecuali tamu undangan. Pasangan pengantin dengan bahagia menerima ucapan selamat dan doa, serta tamu undangan yang juga puas dengan aneka hidangan jamuan. Selain penampilan pasangan pengantin selama resepsi berlangsung, menu dan model hidangan yang disajikan juga menjadi sorotan utama bagi tamu undangan.
Salah satu bentuk jamuan yang umum dalam resepsi pernikahan yaitu prasmanan (buffet) dan gubukan (stall food). Tak hanya di Indonesia, kedua model jamuan tersebut juga sudah umum di negara-negara lain. Bentuk penyajian dan pilihan menu dari keduanya juga banyak memiliki kemiripan. Nah kira-kira, adakah model jamuan yang khas dengan nuansa tradisi lokal dalam resepsi pernikahan?
Kali ini, WeddingMarket akan mengulik salah satu bentuk resepsi pernikahan adat khas masyarakat Jawa yang dikenal dengan nama USDEK. Pernahkah kamu mendengar atau bahkan mengenali istilah satu ini? Agar makin jelas, simak ulasan mengenai resepsi pernikahan adat Jawa berikut.
Apa itu USDEK?
Mungkin beberapa dari kamu yang terlahir pada era generasi milenial atau generasi Z, masih asing dengan istilah USDEK. Hal ini dapat dimaklumi karena sebenarnya istilah USDEK populer digunakan pada tahun 90-an. USDEK merupakan istilah bentuk penyajian hidangan yang berasal dari singkatan kata unjukan (minum), sup, dhaharan (makan besar), es, dan kundur (pulang). USDEK sendiri menjadi model penyajian hidangan kepada tamu hajatan yang dilakukan di daerah Jawa. Beberapa orang juga kerap menyebut USDEK dengan nama “piring terbang” karena gaya penyajiannya yang harus diantar satu persatu oleh pramusaji.
Ya, tak seperti model penyajian prasmanan (buffet) dan gubukan (stall food) yang umum ditemukan dalam resepsi pernikahan. Penyajian dengan gaya USDEK ini sangat menarik. Para pramusaji akan mengantar hidangan untuk disajikan kepada tamu yang telah menempati posisi duduk.
Seperti rangkaian hidangan appetizer, main course, dan dessert, gaya penyajian pada resepsi pernikahan adat Jawa ini juga identik dengan urutan sajiannya yang khas. Artinya, pelaksanaan USDEK juga erat kaitannya dengan estimasi dan ketepatan waktu, baik itu waktu penyajian hidangan maupun waktu kehadiran tamu undangan. Inilah yang menjadi alasan mengapa model penyajian USDEK bisa disebut sebagai “fine dining”-nya resepsi adat pernikahan Jawa.
Secara berurutan, setiap huruf pembentuk kata USDEK memiliki makna dan panduan tersendiri dalam realisasinya. Berikut adalah penjelasan singkatnya.
1. Unjukan
Unjukan menjadi hidangan urutan pertama yang disajikan dalam model USDEK. Dalam bahasa Jawa, unjukan berarti minuman. Namun pada pelaksanaannya, unjukan tak hanya diisi oleh minuman saja. Umumnya, unjukan berisi segelas teh manis yang dibarengi dengan snack ringan hangat, seperti prol tape yang manis dan kacang rebus sebagai pelengkap rasa gurih.
Masih sama seperti resepsi pernikahan pada umumnya, unjukan disajikan di atas meja yang nantinya akan diambil sendiri oleh masing-masing tamu undangan. Setiap meja biasanya berisi 10 gelas teh manis yang lengkap dengan snack pendamping.
2. Sup
Sup atau sop merupakan semangkuk hidangan berkuah yang berisi sayur, makaroni, irisan wortel, buncis, dan potongan bakso. Sup hangat yang disajikan dalam resepsi pernikahan adat Jawa ini biasanya berjenis sup manten, sup galantin, sup matahari, atau selat solo. Pada urutan kedua ini, satu persatu hidangan mulai disajikan oleh pramusaji kepada tamu undangan.
3. Dhaharan
Dhaharan artinya sama seperti main course, yaitu menu utama atau makan besar. Jenis hidangan dalam urutan dhaharan adalah nasi yang lengkap dengan variasi lauk-pauk. Nasi yang disajikan bisa berupa nasi putih biasa atau nasi liwet. Soal lauk pauk, tidak ada pakem pasti jenis lauk apa yang harus dihadirkan.
Sebagai gambaran, jenis lauk-pauk yang biasa disuguhkan antara lain: olahan daging sapi atau ayam, sambal goreng, capcai, acar, dan kerupuk. Dengan kata lain, dhaharan berisi menu masakan Jawa yang ramah untuk lidah semua kalangan.
4. Es
Usai menyantap sederet sajian, es menjadi penghujung untuk mengakhiri jamuan USDEK. Es yang biasa disajikan adalah minuman atau kudapan sejenis yang menyegarkan, seperti es buah, es kopyor, atau es puter.
5. Kundur
Secara bahasa, kundur artinya kembali. Dalam bahasa Jawa, kundur digunakan untuk menyebutkan kata “pulang”. Tak seperti urutan USDEK sebelumnya yang khas dengan ragam hidangannya, kundur justru digunakan sebagai istilah untuk mengakhiri aktivitas resepsi pernikahan adat Jawa.
Setelah jamuan dari unjukan sampai es telah dihidangkan, tiba saatnya bagi tamu undangan untuk beranjak dari perhelatan resepsi. Dengan kata lain, kundur menjadi penutup akhir dalam resepsi pernikahan model USDEK.
Setelah memahami konsep dan aneka hidangan pengisi dalam jamuan USDEK, simak juga beberapa poin keistimewaan dari “fine dining”-nya resepsi pernikahan adat Jawa satu ini.
Apa yang Menjadi Keistimewaan USDEK?
1. Perhitungan aneka menu hidangan lebih terkontrol
Model “piring terbang” ala USDEK membuatnya jauh lebih mudah dikendalikan, khususnya dari segi anggaran. Dibandingkan dengan sajian prasmanan (buffet) dan gubukan (stall food), variasi hidangan dalam model USDEK memang lebih sedikit.
Hal ini tergambar dari menu hidangan yang disajikan langsung oleh pramusaji kepada tamu undangan dengan takaran porsi yang seimbang. Inilah yang menjadi nilai plus bagi calon pasangan pengantin. Calon pasangan pengantin tak harus menganggarkan budget besar ataupun khawatir jika menu hidangan habis ketika resepsi belum berakhir.
2. Tak hanya pengantin, tamu undangan juga merasa dilayani bak raja dan ratu
Menciptakan kenangan indah untuk tamu undangan adalah impian pasangan pengantin. Bentuk penyajian dalam resepsi USDEK adalah salah satu hal yang bisa diwujudkan. Tamu undangan tak perlu mengeluarkan effort lebih untuk menikmati setiap hidangan.
Hanya dengan duduk manis sambil memandangi pasangan pengantin yang sedang berbahagia, tamu undangan sudah bisa menyantap aneka hidangan yang disajikan tepat di depan mata. Pelayanan istimewa khas resepsi pernikahan adat Jawa ini akan membuat tamu undangan merasa kehadirannya begitu diapresiasi.
3. Anti berantakan, jamuan lebih tertata rapi dan mudah diatur
Hidangan yang disajikan sesuai dengan urutan USDEK bisa sedikit mengurangi beban pekerjaan. Usai menikmati hidangan, piring sajian yang kotor dapat dikumpulkan secara serentak. Berbeda dengan jamuan prasmanan (buffet) atau gubukan (stall food) yang seringkali membuat tamu undangan kebingungan meletakkan piring kotor. Belum lagi jika ada insiden tak terduga, seperti hidangan yang tumpah atau piring yang pecah karena tak sengaja tersenggol.
Nah bisa dibayangkan, kan, bagaimana repotnya? Itulah mengapa resepsi pernikahan adat Jawa alias USDEK bisa jadi rekomendasi tepat untuk memberikan jamuan yang rapi dan mudah diatur.
4. Penampilan tamu undangan tetap terjaga paripurna
Poin ini masih berkaitan langsung dengan nilai plus sebelumnya. Penyajian bergaya USDEK juga memberikan keuntungan langsung kepada tamu undangan. Pergerakan yang sedikit akan meminimalisasi kejadian yang tak diharapkan.
Pertama, insiden makanan yang tumpah atau piring tersenggol bisa dikurangi. Kedua, tak akan ada aktivitas tunggu-menunggu dengan tamu undangan lain ketika ingin menikmati menu hidangan tertentu.
Semua tamu undangan akan menikmati hidangan secara bersamaan dengan menu yang sama pula. Alhasil, busana dan riasan yang mereka kenakan akan tetap terjaga sampai rangkaian kundur.
5. Meneruskan tradisi adat Jawa yang hampir hilang
Seperti yang dibahas sebelumnya, USDEK dikenal sebagai gaya resepsi pernikahan adat Jawa yang populer pada era 90-an. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, USDEK pun berangsur-angsur ditinggalkan. Bahkan hanya sedikit daerah yang masih menerapkan resepsi pernikahan khas Jawa ini, Kota Solo misalnya.
Tak dapat dipungkiri bahwa gaya resepsi lainnya yang kian modern dinilai lebih praktis, bervariasi, dan kekinian. Namun perbedaan kontras inilah yang justru menjadi identitas dari USDEK itu sendiri.
Tamu undangan yang duduk anteng saat menikmati hidangan menjadi salah satu nilai luhur yang tercermin di dalamnya. Artinya, tak hanya pakem riasan pengantin dan prosesi adat saja yang mewakili identitas masyarakat Jawa dalam resepsi pernikahan. Perwujudan USDEK sebagai salah satu resepsi pernikahan juga akan sangat mendukung ragam tradisi masyarakat Jawa.
Itulah ulasan seputar USDEK yang menjadi salah satu bentuk resepsi pernikahan adat Jawa. Tak hanya khas dengan gaya “fine dining” ala adat Jawa, USDEK juga memiliki beragam keistimewaan yang bisa dirasakan langsung, baik oleh pasangan pengantin maupun tamu undangan.
Nah, kamu yang merupakan bagian dari masyarakat Jawa dan tengah mempersiapkan resepsi pernikahan, apakah tertarik untuk melestarikan salah satu tradisi ini? Jika iya, maka komunikasikan segala persiapannya dengan calon pasangan dan keluarga.
Pastinya, WeddingMarket juga sangat mengapresiasi pilihanmu yang turut mengambil langkah untuk meneruskan tradisi pernikahan adat Jawa. Pahami juga prosesi pernikahan adat Jawa secara lengkap, mulai dari tahap hajatan sampai kirab pengantin pada tautan berikut.