Siapa sih yang tidak terpesona dengan keelokan dan keanggunan busana pengantin adat Minang? Salah satu pakaian adat yang paling indah di seantero negeri. Meskipun judulnya pakaian adat tradisional, bukan berarti ketinggalan zaman, loh. Sebab, zaman sekarang banyak pengantin yang bisa menggunakan konsep pencampuran antara tradisional dan modern sekaligus. Jadi, sekalipun kamu berniat menggunakan konsep tradisional, dengan menambahkan beberapa sentuhan modern pun akan tetap membuat pesta pernikahanmu berkesan.
Sekedar info buat kamu yang belum tahu, di daerah Sumatera Barat ada berbagai jenis pakaian adat yang lazimnya dikenakan oleh pengantin adat Minangkabau. Salah satu diantaranya adalah baju adat Koto Gadang yang akan kita bahas dalam artikel ini. Jika lebih dalam mengulik busana adat Minangkabau satu ini, maka kamu akan semakin kagum dengan fakta dan makna filosofis yang tersirat dari tiap-tiap atributnya. Penasaran? Mari langsung saja kita simak beberapa faktanya.
Baju Pengantin Koto Gadang Berbeda dari Baju Adat Minang yang Lainnya
Pasangan pengantin adat Koto Gadang (photo by Fotologue Photo)
Walaupun dalam satu wilayah yang sama yaitu Sumatera Barat, akan tetapi diantara satu nagari (wilayah setingkat desa) dengan nagari yang lain di daerah ini punya model baju pengantin yang sangat berbeda coraknya. Contohnya masyarakat Minang yang hidup di daerah pesisir, lazimnya menggunakan hiasan kepala berwarna emas yang tersusun dari beberapa tingkatan, disebut suntiang. Di sisi lain masyarakat Minang yang hidup di daerah dataran tinggi, alih-alih menggunakan suntiang, baju pengantin wanita yang digunakan justru lebih sederhana. Sejenis baju kurung lengkap dengan kain penutup kepala yang disebut sebagai baju Adat Koto Gadang.
Asal-usul baju pengantin Minangkabau satu ini tidak lepas dari wilayah Agam, Sumatera Barat, tempat di mana baju pengantin ini berkembang untuk pertama kalinya. Seiring berkembangnya waktu, penggunaan baju adat Koto Gadang telah menyebar ke penjuru nagari bahkan hingga ke luar Sumatera Barat.
Persebaran baju pengantin Koto Gadang yang cepat, tidak lepas dari pengaruh orang-orang Minang yang banyak merantau ke luar pulau Sumatera. Aksi merantau yang mereka lakukan secara tidak langsung turut menyebarkan budaya Minang, termasuk penggunaan baju Koto Gadang sebagai busana pernikahan.
Penggunaan Tingkuluk Talakuang
(kiri ke kanan: Pinterest/Sophiaa - instagram/kynara_roemahpenganten)
Salah satu yang menjadi ciri khas dari baju pengantin Koto Gadang adalah penggunaan tudung yang disebut sebagai tingkuluak talakuang. Tingkuluk talakuang adalah sejenis kain segi empat digunakan di atas kepala. Bagi masyarakat Minang, tingkuluak talakuang bukan sekedar kain atau aksesoris yang menghiasi kepala Anak Daro (julukan bagi pengantin wanita Minang), tetapi juga punya makna filosofis yang mendalam. Dalam bahasa Minang, tingkuluak berarti penutup kepala, sedangkan talakuang adalah mukena yang dipakai wanita muslim untuk shalat.
Dengan demikian, penggunaan tingkuluak talakuang menandakan bahwa masyarakat Minangkabau sangat menjunjung tinggi agama Islam. Dahulunya, tingkuluak talakuang berbentuk seperti mukena–yang menutup aurat si pemakai–yang mana dapat digunakan sewaktu-waktu oleh masyarakat Minang bilamana masuk waktu shalat. Namun, seiring perkembangan zaman modelnya pun ikut mengalami perubahan–menjadi lebih sederhana–berbentuk seperti selendang atau kerudung yang digunakan di atas kepala.
Sejatinya, tingkuluak talakuang terbuat dari bahan beludru bersulamkan perak dan tembaga, sebagai simbol bahwa wanita Minangkabau adalah hiasan Rumah Gadang. Penambahan talakuang sebagai aksesoris memberikan kesan wibawa dan glamour pada diri pengantin. Oleh karena itu, tidak heran banyak pengantin Minang memilih menggunakannya. Biasanya tingkuluak takuang identik dengan dua warna yaitu merah dan emas, Seiring berjalannya waktu, warna-warna lain juga sudah banyak digunakan, seperti cokelat, biru, ungu, dan lain-lain.
Baju Koto Gadang Didominasi Warna Merah
Pakaian Adat Koto Gadang by Kynara Roemah Penganten (Photo by Aspherica)
Baju pengantin Minang umumnya didominasi oleh warna merah, termasuk pula warna baju Adat Koto Gadang yang menggunakan warna merah di hampir semua bagiannya. Hal ini sangat wajar, mengingat bagi masyarakat Minang warna merah punya arti filosofis berupa keberanian. Oleh sebab itu, keberanian tersebut juga harus dimiliki oleh pengantin dalam menghadapi semua masalah yang datang silih berganti. Setelah mengalami berbagai modifikasi, baju adat Koto Gadang yang kita lihat saat ini sudah beraneka ragam warnanya, seperti kuning keemasan, biru, ungu tua, ataupun hitam.
Baju Koto Gadang Didesain Longgar dan Tidak Membentuk Badan
(instagram/anggunbusana)
Di dalam masyarakat Minang, budaya Islam sangat melekat di setiap sendi kehidupan mereka. Sesuai dengan falsafah Masyarakat Minang ‘Adaik basandi syarak, syarak basandi Kitabullah’ yang memiliki makna bahwa adat yang diterapkan di dalam masyarakat haruslah bersendikan pada syariat Islam.
Jadi, tidaklah mengherankan apabila mereka ingin menjalankan setiap hukum Islam seperti yang telah diperintahkan. Salah satunya adalah menggunakan baju yang longgar dan tidak membentuk lekuk badan. Aturan tersebut tidak hanya mereka aplikasikan pada kegiatan biasa, tapi juga diaplikasikan pada pesta pernikahan, yang membuat baju pengantin Koto Gadang didesain dengan bentuk yang besar dan tidak membentuk tubuh pengantin.
Beragam Jenis
Sebenarnya, dalam pemakaian pakaian adat suatu daerah ada tata cara yang harus dipatuhi, begitu pula dengan baju pengantin Koto Gadang. Tata cara adat tersebut sepatutnya diikuti sehingga kelestarian warisan nenek moyang sejak turun-temurun dapat tetap kita pertahankan. Namun, dalam pelaksanaanya tidaklah semudah itu. Terkadang ada berbagai kendala dan keterbatasan yang ditemui dalam upaya untuk melestarikan tradisi tersebut, sehingga mau tidak mau kita lebih memilih untuk ‘menyederhanakan’ tata caranya agar lebih praktis. Dalam penggunaan pakaian adat Koto Gadang pun begitu, ada aturannya.
Baju pengantin adat Minang Koto Gadang (pinterest/Putri Arifin)
Pakaian anak daro (pengantin wanita)
Setelah ijab kabul biasanya anak daro mengenakan Baju Kurung Tarawang Tigo beserta undok dan selendang yang dikerudungkan sebagai penutup kepala. Sementara itu, untuk resepsi anak daro mengenakan Baju Kurung Batabua dengan talakuang yang terbuat dari beludru, baju ini bisa juga digunakan setelah akad.
Pakaian marapulai (pengantin laki-laki)
Baju Gadang, dipakai saat akad ataupun resepsi ditambah dengan penutup kepala yang disebut deta atau destar. Baju ini dapat disandingkan dengan baju kurung tarawang tigo maupun Baju Kurung Batabua. Selain itu, ada juga Baju Roki yang hanya bisa dikenakan saat resepsi berlangsung. Pemakaian baju ini dilengkapi pula dengan deta gadang ameh yaitu penutup kepala berupa destar emas. Baju Roki disandingkan dengan baju kurung batabua.
Baju Pengantin Adat Koto Gadang (via Fotologue Photography)
Bagi masyarakat Minang, baju kurung tidak hanya sebatas model baju saja. Namun, juga punya arti dan nilai tersendiri. Arti tersebut bahwa seorang wanita yang sudah berganti status menjadi seorang istri, hendaknya menjaga perilaku sesuai syariat Islam dan aturan adat Minang. Hal ini perlu dilakukan karena wanita akan menjadi seorang ibu, dimana ia adalah sekolah pertama bagi sang anak, dan hampir semua perilakunya akan ditiru oleh sang anak. Oleh sebab itu, hendaknya ia menjaga perilaku agar sang anak pun akan meniru hal yang baik dari ibunya.
Itulah beberapa penjelasan dari salah satu model baju penganti adat Minangkabau yang sudah banyak digunakan oleh khalayak luas, Koto Gadang. Baju koto gadang adalah identitas masyarakat Minang yang harus mereka jaga dan lestarikan. Maka, tidak heran jika banyak orang Minang yang menggunakan baju Koto Gadang sebagai busana pernikahan mereka. Selain itu, model baju koto gadang juga tidak kalah dari baju pengantin yang lain, dimana kamu bisa tetap tampil sederhana, cantik, glamour dan mewah disaat bersamaan.
Nah, bagi kamu calon anak daro dan marapulai, untuk lebih mengenal budaya adat Sumatera Barat ini, jangan lupa juga cek rangkaian prosesi pernikahan yang harus dilewati oleh pengantin adat Minang, ya!