Buat kamu
penggemar serial drama dari Korea yang dalam beberapa tahun terakhir sedang
tren, sepertinya kamu tidak ada salahnya menikah dengan memakai gaun pengantin
Korea.
Gaun
pengantin ini bentuknya sama dengan pakaian tradisional Korea, Hanbok, yang
sering ditampilkan dalam drama Korea yang bertemakan dinasti-dinasti dari masa
silam.
Namun sebagai
gaun pernikahan, Hanbok yang satu ini dinamakan dengan Hwarot, yang berasal
dari masa Dinasti Goryeo dan Joseon.
Di masa
modern, penggunaan Hwarot sebagai gaun pernikahan tradisional Korea sering digunakan
pada upacara pyebaek, yaitu upacara pernikahan di Korea yang diadakan beberapa
hari setelah upacara resmi.
Upacara ini
dihadiri oleh beberapa anggota keluarga, dan dimulai dengan pasangan yang lebih
tua duduk di atas bantal di belakang meja di depan layar yang dicat, dengan
pengantin baru di seberangnya.
Di Korea
sendiri, para artis yang menggunakan Hwarot sebagai gaun pernikahannya adalah
Lee Bong-young dan Ji-sung pada 2015.
Nah, buat
kamu yang ingin tahu seperti apa Hwarot itu berikut ciri khas dan fakta dari gaun pengantin tradisional
Korea tersebut.
1. Berwarna
Merah dan Biru
Karena
kebudayaan Korea dipengaruhi oleh unsur kebudayaan Cina, kamu tentu tidak perlu
heran jika melihat ciri khas pertama dari Hwarot adalah berwarna merah pada
bagian atasnya.
Pemilihan
warna merah ini bukanlah pemilihan yang asal ya, Ladies. Bagi masyarakat
Korea, merah merupakan perlambang nasib baik
atau keberuntungan dan kekayaan.
Dengan warna merah yang digunakan tersebut, ada kepercayaan bahwa nanti sang pengantin akan memperoleh nasib baik dan kekayaan. Sedangkan pada bagian bawah terdapat warna biru yang melambangkan kedamaian, kesejukan, dan ketenangan.
Perpaduan
merah dan biru ini pun menyimbolkan keseimbangan Yin dan Yang antara yang
berhubungan dan berlawanan.
Yin dan Yang dalam Hwarot juga menyimbolkan hubungan antara pengantin wanita dan pengantin pria dalam berumah tangga.
2. Hwakwan
Sebagai Mahkota
Ciri khas
selanjutnya adalah adanya Hwakwan sebagai mahkota. Bentuknya sangat kecil dan
mirip dengan Jokduri atau mahkota untuk kepala berlapis sutra hitam. Namun
Hwakwan ini rupanya mempunyai sifat yang rumit.
3. Menggunakan
Binyeo
Apabila kamu
yang sering melihat gaun pengantin tradisional Korea tentunya akan sangat akrab dengan yang namanya Binyeo.
Binyeo sendiri adalah tusuk rambut tradisional Korea yang mempunyai fungsi memperbaiki sanggul pada wanita. Binyeo ini nantinya akan menggantung sanggul pada tempatnya. Selain itu, ia juga berfungsi sebagai ornamen.
Ada dua jenis
Binyeo yang digunakan, yaitu jams dan che. Jams memiliki badan yang panjang dan
che memiliki bentuk.
Pada
masyarakat Korea sendiri, bukan hanya wanita yang menggunakan, melainkan juga
pria namun dalam jumlah terbatas.
4. Daenggi
Sebagai Pita Tradisional
Ciri khas
lain yang bisa kamu temukan dalam mengenakan Hwarot adalah adanya Daenggi atau
pita tradisional khas Korea.
Fungsi pita
ini adalah untuk mengikat dan menghiasi rambut yang dikepang. Daenggi terbuat
dari kain dan terdiri dari berbagai jenis menurut tujuan, usia, dan status
sosial.
Untuk
pernikahan, Daenggi yang digunakan adalah Tteoguji, Maegae, Doturak, dan
Deurim. Dan bagi yang sudah menikah biasanya di masa dinasti akan mengepang
rambutnya menjadi dua anyaman dan mengamankannya ke mahkota kepalanya.
5. Ada Jeogori
dan Chima
Sebagaimana halnya Hanbok, Hwarot juga merupakan outfit yang terdiri dari tiga jenis pakaian. Pada bagian atas yang menutup lengan, bahu, dan dada disebut dengan jeogori. Sedangkan bagian bawah berupa rok model A-Line disebut dengan Chima, dan dalaman pakaian bernama Chima.
6. Berlengan
Panjang dan Lebar
Hwarot karena
merupakan varian dari Hanbok juga mempunyai ciri khas yang mudah terlihat yaitu
berlengan panjang dan lebar.
Bentuk lengan
yang panjang dan lebar ini ternyata mempunyai makna lho, yaitu sebagai
perlambang kehangatan masyarakat Korea.
Lengannya terdiri dari tiga warna, yaitu strip sutra merah, biru, dan kuning dengan manset berwarna putih. Selain lengan yang panjang dan lebar, rok Hwarot yang juga lebar merupakan perlambang kebebasan atau kemerdekaan orang Korea.
7. Menggunakan
Simbol-simbol pada Jubah
Jika kamu
perhatikan dengan detail mengenai Hwarot, tentu kamu akan melihat banyak sekali
ornamen berupa gambar-gambar bunga dan kupu-kupu.
Selain
mempercantik tampilan gaun dan membuat ramai, rupanya penyematan ornamen itu
dimaksudkan sebagai simbol-simbol yang membawa keberuntungan, kekayaan, dan
kesuburan bagi mempelai.
8. Gomusin
Para wanita yang menggunakan Hwarot sebagai pelengkap berpenampilan biasanya menggunakan Gomsin. Gomsin sendiri adalah sepatu khas tradisional Korea, yang juga populer dengan nama sepatu Hanbok.
Sepatu ini
terbuat dari karet dan berbentuk lebar dengan tumit yang rendah. Gomusin biasa
dipakai juga oleh pria, dan disebut dengan gatsin. Sedangkan untuk wanita
adalah danghye.
Sepatu ini
pertama kali muncul pada awal abad ke-20 sebagai sepatu yang menggantikan penggunaan
sepatu dari bahan jerami, dan mempunyai keunggulan ketika diterpa hujan.
9. Awalnya
Merupakan Pakaian Bangsawan
Sebagai gaun
pernikahan tradisional Korea, Hwarot pada awalnya hanya boleh digunakan untuk
kaum bangsawan saja.
Itu berarti
mereka yang bukan bangsawan tidak boleh mengenakannya. Lambat-laun seiring
dengan perkembangan zaman, Hwarot pun boleh digunakan oleh mereka yang tidak
memiliki darah kebangsawanan.
Pakaian yang dikenakan oleh mereka yang tidak punya darah kebangsawanan adalah Wonsam yang berpenampilan sama dengan Hwarot. Namun, lagi-lagi di masa dinasti mereka hanya diperbolehkan menggunakan Wonsam berwarna hijau.
Soalnya,
Wonsam dengan warna yang lain hanya boleh digunakan kalangan kerajaan dan
bangsawan. Wonsam warna kuning untuk permaisuri, wonsam warna merah untuk ratu,
selir dan selir putri.
10. Diturunkan
dari Satu Generasi ke Generasi
Hwarot sendiri adalah baju pernikhan yang mahal sehingga tidak semua orang dapat memiliki dan memakainya. Karena itu, biasanya satu desa di Korea akan mempunyai Hwarot yang digunakan secara bersama-sama, dan penggunaannya diwariskan secara turun-temurun.
Karena
penggunaan yang seperti itu, banyak Hwarot yang akhirnya yang perlu diperbaiki,
dan memperbaikinya dengan menggunakan potongan bordir dari gaun lain atau pita
rambut untuk memperbaiki bagian yang aus seperti pada garisn lipatan bahu.
11. Dilestarikan
dengan Menggunakan Kertas Lembut
Supaya Hwarot
yang digunakan ini tetap lestari, Ladies, mereka biasanya akan menggunakan
kertas lembut untuk menutupi manset dan kerah setelah pernikahan.
Karena
lapisan bordirnya juga berat, beberapa lapisan kertas pendukung dalam gaun ini.
Teknik applique atau seni membentuk gambar dari potongan kain dan ditempel di
atas permukaan kain juga digunakan.
Biasanya
dengan jahitan atau mesin. Pada perbaikan kecil, warna-warna yang digunakan
bukan lagi warna merah melainkan warna-warna lain seperti hijau, ungu, dan biru
langit.
Pada setiap
pernikahan, gaun pengantin yang diperbaiki itu akan disertakan motif-motif
tambahan oleh anggota keluarga yang melambangkan harapan mereka dan si
pengantin wanita.
Nah, itulah,
Ladies, mengenai ciri khas dan fakta mengenai Hwarot, gaun pengantin
tradisional Korea yang bisa kamu jadikan sebagai gaun inspirasi untuk hari
pernikahanmu.
Kamu berniat untuk memakai gaun tradisional Korea dengan harga terjangkau? Jangan sungkan dan malu-malu ya untuk klik vendor gaun pengantin Wedding Market!