
Menjelang pernikahan, selalu ada saja hal yang akan membuatmu ragu atau overthinking. Bukan hanya mempertanyakan seputar apakah kamu membuat keputusan yang benar untuk menikah, segala persiapan untuk acara pernikahan juga akan membuatmu bertanya-tanya, apakah kamu sudah mempersiapkan segalanya dengan baik. Tak berhenti sampai di situ saja, kadang ada juga komentar dari orang sekitar yang menambah beban pikiran.
Jika komentar datang ketika kondisimu sedang tidak stabil, dampaknya bisa tidak main-main. Untuk mempersiapkannya, berikut ini beberapa komentar yang mungkin akan kamu terima menjelang pernikahan dan cara mengatasinya. Yuk, simak sampai habis!
Komentar yang sering ditanyakan

Akan ada berbagai suara yang muncul dari sekitar, baik dari teman, tetangga, bahkan dari keluarga sendiri. Berikut ini yang biasanya mereka katakan.
1. “Yakin sama dia?” atau “Emang kenalnya berapa lama?”
Komentar ini biasanya akan dilontarkan oleh orang-orang yang ragu atau belum mengenal pasanganmu dengan baik. Kalimat ini seakan mempertanyakan seberapa dalam hubunganmu dan keputusanmu. Walau kadang mereka bermaksud memberikan bentuk perhatian, komentar ini bisa terasa seolah mereka meragukan pilihan hidup yang sudah kamu pikirkan matang-matang.
2. “Undangannya kok sedikit? Eksklusif banget ya?”
Saat kamu memilih intimate wedding atau jumlah tamu yang terbatas, mungkin akan ada beberapa kenalan yang merasa tersinggung karena tidak diundang. Komentar ini biasanya datang dengan nada bercanda, tapi menyindir. Padahal keputusan membatasi tamu biasanya berkaitan dengan anggaran, preferensi pribadi, atau kondisi tertentu.
3. “Kenapa kok kayaknya kurang bersemangat? Kamu bahagia, kan?”
Pertanyaan ini bisa saja muncul saat kamu sedang kelelahan mempersiapkan pernikahan atau sedang tidak dalam mood yang baik padahal kondisi menjelang pernikahan memang sangat melelahkan dan membuat stres. Komentar seperti ini mungkin akan memengaruhimu dan membuatmu merasa bersalah karena tidak tampil bahagia setiap saat.
4. “Yakin venue-nya di situ? Nggak kurang ‘wah’?”

Komentar ini biasanya muncul dari ekspektasi sosial terhadap tempat resepsi. Saat kamu memilih venue yang sederhana, outdoor, atau tempat yang belum terlalu umum, ada saja yang membandingkan dengan pernikahan orang lain yang lebih mewah atau ikonik. Padahal pilihan venue biasanya dibuat berdasarkan pertimbangan pribadi seperti budget, jumlah tamu, konsep acara, atau nilai sentimental. Komentar seperti ini bisa membuatmu merasa tidak percaya diri dengan konsep yang sudah dipilih.
5. “Cateringnya kok biasa aja, coba deh lebih mahal biar tamu lebih puas”
Makanan biasanya menjadi salah satu topik paling sensitif. Meskipun kamu sudah memilih menu yang sesuai dengan selera mayoritas tamu dan budget, tetap saja akan ada yang membandingkan atau menyarankan opsi lain yang lebih mahal. Komentar ini mungkin akan membuat kamu jadi ragu padahal makanan yang disediakan belum tentu salah karena selera itu relatif.
6. “Undangannya digital? Kok nggak niat banget, sih”
Di era modern ini, undangan digital sudah menjadi pilihan praktis dan ramah lingkungan. Namun, masih banyak yang menganggap undangan cetak lebih sopan atau berkelas. Komentar ini bisa menyudutkan pilihanmu dan membuatmu merasa tidak menghargai tradisi padahal kamu hanya mencoba untuk lebih efisien dan relevan dengan perkembangan zaman.
7. “Jangan pelit di hari penting. Sekali seumur hidup ini.”
Komentar ini biasanya muncul saat kamu dianggap terlalu hemat atau terlalu menekan pengeluaran. Padahal banyak pasangan yang memang ingin menikah secara sederhana atau sedang membagi prioritas untuk masa depan setelah menikah. Komentar ini bisa membuatmu merasa bersalah atas keputusan bijak yang sebenarnya realistis.
8. “Sekarang mesra gitu, semoga nanti nggak berubah sehabis menikah”
Sekilas seperti doa, tapi kalimat ini seringnya diucapkan dengan nada yang menyiratkan kekhawatiran atau ketidakpercayaan bahwa kamu bisa menjaga hubungan dengan orang lain untuk selalu sama setelah menikah. Kamu mungkin akan merasa tertekan untuk membuktikan sesuatu ke orang lain padahal perubahan setelah menikah adalah hal wajar.
9. “Habis nikah langsung program, kan?”
Meskipun kamu belum menikah, pertanyaan tentang anak bisa juga sudah muncul, bahkan sebelum akad digelar. Komentar ini sebenarnya berkaitan dengan urusan pribadi dan bisa terasa menambah rasa stres jika kamu dan pasangan belum berniat langsung punya anak.
10. “Make-up kamu kok nggak kelihatan”
Komentar ini biasanya muncul dari orang yang memiliki ekspektasi bahwa pengantin harus tampil mencolok, full glam, atau sangat berbeda dari hari-hari biasanya. Mereka mungkin akan membandingkan dengan pengantin lain yang menggunakan riasan tebal, bulu mata panjang, atau contour tajam. Jika kamu memilih gaya makeup yang lebih natural, ringan, atau soft, komentar ini bisa terasa seperti sindiran bahwa kamu tidak niat berdandan di hari penting dan kurang manglingi.
Tips untuk menanggapi komentar tersebut

Untuk menghadapi berbagai komentar tersebut sebaiknya tidak langsung tersulut. Beberapa cara berikut ini bisa kamu terapkan untuk bisa lebih elegan.
1. Fokus pada tujuan pernikahan, bukan pendapat orang
Menjelang pernikahan, komentar negatif yang sudah disebutkan biasanya datang dari berbagai arah dan akan membuat fokusmu mungkin terbelah. Untuk menghadapi hal ini, penting untuk selalu mengingat bahwa pernikahan adalah tentang kamu dan pasanganmu, bukan orang lain. Fokuslah pada alasan kalian memutuskan untuk menikah, yaitu cinta, komitmen, dan visi hidup bersama.
Ketika kamu yakin dengan pilihanmu, komentar orang lain akan terasa seperti gangguan sementara yang tidak perlu terlalu ditanggapi. Ingat bahwa tidak semua orang akan memahami perjalanan kalian dan itu tidak apa-apa.
2. Buat batasan yang sehat dengan orang lain
Meskipun berniat baik, tidak semua komentar yang terdengar peduli sebenarnya sehat untuk mentalmu. Ada kalanya kamu perlu menetapkan batasan, baik secara verbal maupun non-verbal. Jika ada seseorang yang terus-menerus memberikan komentar menyakitkan, seperti menyinggung fisik, status ekonomi pasangan, atau keputusan tidak menggelar pesta mewah, kamu berhak mengatakan, “Terima kasih atas masukannya, tapi kami sudah mempertimbangkan pilihan ini dengan matang.”
Jika merasa sudah tidak bisa menanggapi, kamu juga boleh menjaga jarak untuk sementara waktu agar suasana hati tetap stabil. Menjaga kesehatan mental dan emosional di masa menjelang pernikahan sama pentingnya dengan mengurus vendor katering atau undangan.
3. Berbagilah beban emosi dengan pasangan
Pasanganmu adalah partner utama dalam menghadapi masa-masa ini. Jangan ragu untuk membicarakan komentar yang kamu terima kepada pasanganmu. Terkadang, hanya dengan mendengar kalimat-kalimat dukungan dan kekuatan dari orang yang kamu cintai, semua omongan negatif dari luar bisa terasa jauh lebih ringan.
Kalian juga bisa saling menyemangati dan menetapkan strategi bersama untuk menghadapi tekanan eksternal. Kamu juga bisa menggunakan momen ini sebagai momen yang baik untuk membangun komunikasi yang lebih kuat karena kehidupan pernikahan nanti juga akan penuh dengan tantangan serupa. Jika kalian bisa melalui ini bersama, kalian akan semakin solid sebagai tim dalam keluarga.
4. Tetap tenang dan jangan tersulut
Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah membalas komentar negatif dengan emosi. Meskipun kamu merasa tersinggung atau marah, sebaiknya tidak langsung bereaksi secara impulsif. Alih-alih membalas dengan kata-kata kasar atau sinis, cobalah untuk merespons dengan tenang dan elegan. Misalnya, saat seseorang berkomentar, “Kok kamu nikahnya buru-buru banget sih?”, kamu bisa menjawab dengan senyum, “Setiap orang punya waktunya masing-masing, dan ini waktu terbaik buat kami.”
Dengan cara ini, kamu tidak hanya menjaga citra diri, tetapi juga tidak memberikan ruang untuk drama tambahan. Kamu juga menunjukkan bahwa kamu cukup dewasa dalam mengelola segala situasi tidak nyaman.
5. Fokus pada hal positif dan orang yang mendukung

Daripada tenggelam dalam komentar negatif, lebih baik kamu mengalihkan energi dan perhatian pada hal-hal positif. Fokuslah pada persiapan pernikahan, momen spesial dengan pasangan, dan dukungan dari orang-orang yang benar-benar peduli. Akan selalu ada orang yang senang melihatmu bahagia dan merekalah yang layak mendapat perhatian dan energimu.
Nikmati prosesnya, dari memilih dekorasi, mencicipi makanan, hingga mencoba gaun atau jas. Jangan biarkan satu-dua komentar miring merusak seluruh perjalanan indah menuju hari pernikahanmu. Pelihara kebahagiaanmu dengan hal-hal yang membangun, bukan yang menjatuhkan.
6. Berlatih menerima kritik dengan bijak
Tidak semua komentar negatif muncul dari niat buruk. Ada juga yang mungkin terdengar menyakitkan karena cara penyampaiannya, tapi sebenarnya mengandung niat baik. Oleh karena itu, kamu perlu mulai membedakan mana kritik yang bisa dijadikan pelajaran dan mana yang hanya sekadar nyinyiran.
Jika kamu merasa ada kritik yang masuk akal, misalnya terkait transportasi atau anggaran, tak ada salahnya untuk menimbang dan mendiskusikannya. Sikap terbuka terhadap masukan akan menunjukkan kedewasaanmu selama hal itu tidak mengganggu prinsip atau kenyamanan kalian sebagai pasangan.
Berbagai komentar akan muncul menjelang pernikahan. Hal ini mungkin salah satu bentuk dari ujian menuju pernikahan. Kamu bisa memikirkannya sejenak, tapi tak perlu berlarut-larut supaya bisa lebih fokus terhadap persiapan dan hal baik dalam pernikahanmu. Jika ada komentar yang membangun, kamu juga bisa mulai memikirkannya.
Ingin lebih banyak tips seputar persiapan pernikahan, cara memilih vendor, hingga inspirasi untuk hari H? Terus jelajahi WeddingMarket dan temukan segala yang kamu butuhkan untuk mewujudkan hari bahagiamu dengan cara yang lebih mudah dan menyenangkan!
Cover | Fotografi: Owlsome