Pilih Kategori Artikel

Raja Sehari di Ranah Matrilineal: Memahami Peran dan Prosesi Pengantin Minangkabau
Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 16 -18 Januari 2026
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Pernah datang ke sebuah baralek gadang (pesta pernikahan besar) adat Minangkabau dan lihat pengantin Minangkabau? Kalau pernah, kamu pasti merasakan sebuah vibe yang beda banget. Pestanya meriah, musiknya khas, tapi ada satu hal yang jadi pusat segalanya, yang bikin budaya ini unik di seluruh Indonesia: sang mempelai wanita, Anak Daro.

Di budaya Minang, garis keturunan itu ditarik dari pihak ibu (matrilineal). Ini adalah kunci buat ngertiin segala hal tentang pernikahan mereka. Kalau di adat lain (Jawa, Sunda, Batak) si wanita "dibawa" ke keluarga pria, di Minang justru sebaliknya. Si pria (Marapulai) yang "datang" dan tinggal di lingkungan keluarga si wanita. Karena itulah, Anak Daro adalah bintang utamanya. Dialah "tuan rumah" dari pesta itu.

Menjadi pengantin Minangkabau itu bukan cuma soal duduk manis di pelaminan pakai Suntiang emas yang beratnya minta ampun. Bukan. Menjadi pengantin Minang adalah sebuah perjalanan, sebuah prosesi adat yang panjang, yang sarat dengan simbol dan diplomasi antar keluarga (kaum).

Kalau di artikel sebelumnya kita sudah bedah busananya, sekarang kita bakal bedah "perjalanan"-nya. Gimana sih proses seorang gadis dan perjaka Minang mendapat restu, dijemput, dan akhirnya dinobatkan jadi Raja sahari jo Ratu sahari (Raja dan Ratu Sehari)? Yuk, kita ikuti bareng langkah demi langkah prosesi yang luar biasa ini.

Babak 1: Anak Daro vs. Marapulai (Memahami Peran)

Sebelum kita jalan-jalan ke prosesinya, kita harus kenalan dulu sama dua "aktor" utamanya dan peran unik mereka.

Anak Daro: Sang Ratu, Tuan Rumah, dan Pusat Perayaan

wm_article_img
Fotografi: Morden

Di pelaminan, Anak Daro (mempelai wanita) adalah pusat alam semesta.Kenapa dia sentral? Karena dalam sistem matrilineal, dialah yang akan melanjutkan garis keturunan (suku). Dialah yang punya "rumah" (Rumah Gadang).

  • Perannya: Dia adalah representasi dari kehormatan dan martabat keluarganya (kaum). Pestanya, baralek gadang itu, adalah "pesta" milik keluarganya.
  • Statusnya: Ratu sehari. Dia dimuliakan setinggi-tingginya, didandani semegah mungkin (makanya pakai Suntiang emas), sebagai simbol betapa berharganya dia bagi kaumnya.

Marapulai: Sang Raja, Tamu Agung yang Dijemput

Lalu, gimana dengan pengantin Minangkabau si Marapulai (mempelai pria)? Kenapa dia "tamu"? Karena dialah yang akan "meninggalkan" rumah keluarganya untuk datang dan menjadi bagian dari keluarga besar istrinya.

  • Perannya: Dia adalah urang sumando, sebutan untuk pria yang menikah ke dalam suku istrinya. Dia sangat dihormati, tapi dia juga harus pandai "membawa diri" di keluarga baru.
  • Statusnya: Raja sahari. Dia tetap Raja, didandani megah pakai Baju Gadang dan Deta (hiasan kepala). Tapi dia adalah "Raja" yang dijemput oleh rombongan Ratu. Unik, kan?

Babak 2: Perjalanan Menjadi Pengantin (Prosesi Kunci yang Unik)

wm_article_img
Foto via Galeri Pusako

Nah, perjalanan buat nyatuin dua orang pengantin Minangkabau ini butuh proses yang nggak sebentar. Dan uniknya, hampir semua inisiatif prosesi itu dimulai oleh pihak wanita.

1. Maresek (Survei Diam-Diam)

Ini adalah langkah paling awal. Maresek itu artinya "menjajaki" atau "survei".

  • Siapa yang gerak? Keluarga pihak wanita!

  • Gimana caranya? Beberapa wanita senior dari keluarga si gadis akan "berkunjung" secara nggak resmi ke rumah keluarga si pria. Tujuannya buat "ngintip". Ini cowok udah punya calon belum? Suku-nya apa? (nggak boleh satu suku). Gimana bibit, bebet, bobotnya?

  • Ini proses "detektif" yang sangat halus, biar nggak ada yang tersinggung.

2. Maminang (Meminang)

Kalau hasil Maresek pengantin Minangkabau udah oke dan lampu hijau nyala, baru masuk ke prosesi resmi.

  • Siapa yang gerak? Lagi-lagi, pihak wanita!
  • Gimana caranya? Rombongan keluarga wanita (dipimpin Bundo Kanduang atau juru bicara adat) akan datang secara resmi ke rumah keluarga pria. Mereka membawa Siriah (Sirih) dalam Carano (tempat sirih kuningan) sebagai tanda niat baik.
  • Apa yang dibahas? Pihak wanita akan "meminta" si pria untuk menjadi sumando di keluarga mereka. Ini kebalikan dari adat lain, kan? Kalau lamaran diterima, barulah masuk ke prosesi selanjutnya, batimbang tando.

3. Batimbang Tando (Bertukar Tanda)

Ini adalah "tunangan" ala Minang. Setelah mufakat, kedua keluarga akan bertukar "tanda ikatan" (tando). Apa isinya? Biasanya berupa benda-benda pusaka yang bernilai sejarah bagi keluarga, misalnya keris, kain adat, atau perhiasan emas. Benda-benda ini jadi saksi bisu bahwa kedua keluarga udah "terikat" janji.

4. Malam Bainai (Malam Berinai)

Beberapa hari sebelum akad pengantin Minangkabau, di rumah si Anak Daro diadakan Malam Bainai. Ini adalah "malam pacar" atau "siraman"-nya orang Minang.

  • Gimana caranya? Si Anak Daro akan "dibersihkan" secara simbolis. Kuku-kukunya akan diberi inai (henna).
  • Yang unik: Daun inai itu ditumbuk oleh para wanita senior sambil melantunkan doa dan nasihat. Inai yang dipakaikan itu adalah simbol perlindungan dari bala dan tanda bahwa dia akan segera melepas masa lajangnya.

5. Manjapuik Marapulai (Menjemput Mempelai Pria)

Ini dia puncaknya! Ini adalah prosesi paling ikonik yang menunjukkan budaya matrilineal Minang pengantin Minangkabau. Apa itu? Manjapuik itu artinya "menjemput". Gimana caranya? Rombongan besar dari pihak Anak Daro (keluarga wanita) akan berarak ke rumah si Marapulai (mempelai pria). Bawa apa? Mereka bawa sirih lengkap, dan kadang-kadang juga Gala (gelar adat) baru untuk si pria.

Prosesnya gimana?

  1. Di rumah si pria, rombongan wanita akan "minta izin" lewat dialog adat (sambah-manyambah) yang puitis banget.
  2. Keluarga pria akan "melepas" si Marapulai dengan doa.
  3. Marapulai kemudian diarak oleh rombongan pihak wanita kembali ke rumah si wanita.

Ini adalah simbol bahwa si pria "diserahkan" secara terhormat oleh keluarganya untuk memulai hidup baru di keluarga istrinya.

6. Akad Nikah

Setelah Marapulai sampai di rumah Anak Daro (atau di masjid), prosesi akad nikah secara Islam dilangsungkan. Di sinilah mereka sah secara agama sebagai suami istri.

Babak 3: Baralek Gadang (Pesta Besar) - Penobatan Sang Raja dan Ratu

wm_article_img
Fotografi: Morden

Setelah akad pengantin Minangkabau, barulah baralek gadang (pesta besar) digelar. Di sinilah Anak Daro dan Marapulai "dinobatkan".

  • Basandiang (Bersanding): Di sinilah mereka akhirnya duduk berdua di pelaminan (Palaminan) yang super megah. Pelaminan Minang itu simbol Rumah Gadang, lengkap dengan banta gadang (bantal besar) dan tirai berlapis-lapis.

  • Pakaian Kebesaran: Di momen inilah mereka memakai baju kebesaran yang udah kita bahas di artikel sebelumnya. Bisa Baju Suntiang yang gemerlap atau Baju Koto Gadang yang anggun. Mereka resmi jadi Raja sahari jo Ratu sahari.

  • Makan Bajamba (Makan Bersama): Seringkali, ada ritual Makan Bajamba (atau Makan Barapak). Pengantin dan keluarga inti akan makan nasi dari satu piring besar (jamba) yang sama. Ini adalah simbol kebersamaan, "saciok bak ayam, sadanciang bak basi" (seiya sekata, bersatu padu).

Babak 4: Setelah Pesta (Manjalang Mintuo)

Pesta selesai, tapi prosesi adat pengantin Minangkabau belum. Ada satu lagi yang penting. Apa itu? Manjalang Mintuo artinya "Mengunjungi Mertua". Gimana caranya? Beberapa hari setelah pesta, pasangan pengantin baru ini (terutama si Anak Daro) akan berkunjung secara resmi ke rumah orang tua si Marapulai (mertuanya).


Tujuannya? Ini adalah kunjungan "balasan" dari si menantu perempuan. Dia datang bawa oleh-oleh (biasanya makanan) sebagai tanda hormat dan perkenalan diri secara resmi bahwa dia sudah "mengambil" anak laki-laki mereka untuk jadi suaminya.

Pernikahan Adat yang Memuliakan Wanita

wm_article_img
Foto via Kemilau Minang

Menjadi Pengantin Minangkabau itu emang sebuah perjalanan yang unik dan... jujur aja, powerful. Ini bukan cuma soal parade kemegahan atau Suntiang yang beratnya bikin pusing. Ini adalah sebuah perayaan adat di mana peran wanita sebagai "pusat" keluarga benar-benar dimuliakan. Prosesi Manjapuik Marapulai adalah bukti paling nyata, sebuah drama adat yang indah tentang bagaimana seorang pria "diantarkan" ke gerbang kehormatan di keluarga istrinya.

Menjadi Anak Daro berarti kamu siap memikul beratnya Suntiang sebagai simbol tanggung jawab barumu. Dan menjadi Marapulai berarti kamu siap melangkah masuk ke rumah baru dengan rendah hati, membawa harga diri, kerja keras, dan janji untuk menghormati keluarga yang menerimamu. Di titik inilah pernikahan Minangkabau bukan sekadar upacara, tapi sebuah deklarasi bahwa dua insan siap bersatu dalam adat, kehormatan, dan cinta yang diwariskan turun-temurun.

Nah, kalau kamu lagi mempersiapkan pernikahan adat Minang dan ingin bertemu vendor terbaik untuk busana, rias, venue, hingga dekorasi, jangan lewatkan vendor terbaik WeddingMarket. Kamu bisa konsultasi langsung, bandingkan paket, dan wujudkan konsep adat impianmu dengan lebih mudah. Yuk, cek sekarang!


Cover | Fotografi: Morden

Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 16 -18 Januari 2026
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Article Terkait

Loading...

Article Terbaru

Loading...

Media Sosial

Temukan inspirasi dan vendor pernikahan terbaik di Sosial Media Kami

Loading...