Pilih Kategori Artikel

13 Tahapan dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa yang Sarat Makna
Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 26-27 Oktober 2024
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Mempersiapkan konsep secara matang adalah kunci utama untuk mendapatkan pernikahan impian. Terlebih lagi jika kamu memilih konsep pernikahan adat, maka banyak hal yang harus disesuaikan mulai dari gaya pakaian, make up pengantin, hingga dekorasi atau tata ruang pesta. Pada pernikahan adat Jawa contohnya, ada beberapa item khusus yang wajib dipersiapkan seperti  tratag dan tarub, kembang mayang, tuwuhan serta hal-hal lain yang menjadi ciri khasnya. 

Meskipun banyak printilan-printilan yang harus dipersiapkan,  ternyata pernikahan adat Jawa tetap punya banyak penggemar, lho. Mungkin kamu salah satunya? Tak bisa dipungkiri, serangkaian prosesi sakral dalam pernikahan adat Jawa menjadi daya tarik tersendiri. Nah, dalam artikel ini kita akan bahas secara lengkap apa saja prosesi yang harus dilalui calon pengantin adat Jawa, mulai dari persiapannya, apa saja yang dibawa saat lamaran hingga bersanding di pelaminan.

13 TAHAP DALAM PROSESI PERNIKAHAN ADAT JAWA

  1. Pasang Tratag dan Tarub

wm_article_img

Photo by Stay Bright Photography

Ketika ingin mengadakan pesta pernikahan adat Jawa, hal pertama yang dilakukan oleh masyarakat Jawa adalah memasang tenda. Bagi orang Jawa, tenda ini biasa disebut sebagai tratag. Sementara itu, tarub adalah janur yang terbuat dari kelapa muda yang dipasang di depan rumah atau gang rumah pengantin. Kedua benda ini, selain berfungsi sebagai alat dekorasi, juga berfungsi sebagai penanda hajatan. Sehingga, para tamu yang rumahnya jauh bisa lebih mudah mencari tempat hajatan.

Di sisi lain, janur kuning juga punya artinya tersendiri. Bagi masyarakat Jawa, janur kuning diartikan juga sebagai bentuk doa masyarakat kepada Tuhan, agar Tuhan memberikan berkah dan rahmatnya kepada kedua mempelai.

  1. Kembang Mayang

Kembang mayang adalah salah satu dekorasi khas pada pernikahan adat Jawa. Dekorasi ini terbuat dari akar, batang, daun, bunga dan buah kelapa yang dirangkai sedemikian rupa sehingga mempunyai bentuk setinggi satu meter lebih.

Masyarakat Jawa percaya bahwa kembang mayang dapat memberikan kebijaksanaan yang akan dibawa pengantin ketika ia mengarungi kehidupan rumah tangga, sehingga tidak heran jika masyarakat menggunakan kembang mayang untuk upacara midodareni dan upacara panggih. 

  1. Pasang Tuwuhan

wm_article_img

Photo by Stay Bright Photography

Selain dekorasi kembang mayang, tarub dan tratag, masyarakat Jawa ternyata punya dekorasi lain yang tidak kalah uniknya. Dekorasi tersebut mereka namakan sebagai tuwuhan. Dekorasi ini dibentuk dari pohon pisang raja yang masih terdapat buah pisangnya. Buah pisang yang dipajang pun bukan buah yang mentah tapi buah yang sedang matang-matangnya.

Dekorasi tuwuhan tidak hanya terbuat dari pohon pisang, tapi bisa juga terbuat dari tanaman lain seperti daun randu, tebu wulung, cengkir gading dan lain-lain. Daun-daun ini digunakan karena menjadi simbol segala rintangan hidup yang harus dilewati oleh sepasang suami istri setelah menikah. 

Pasalnya mau bagaimana pun, pernikahan bukanlah akhir segalanya. Pernikahan adalah gerbang menuju kehidupan yang sesungguhnya, dimana baik suami atau istri harus saling bahu-membahu untuk membangun rumah tangga bersama. Wah, ternyata makna filosofisnya sangat dalam, ya

  1. Siraman

wm_article_img

Photo by PING Me Photoworks

Setelah selesai menyiapkan berbagai dekorasi, keluarga pengantin lalu mengadakan acara siraman. Acara ini dilaksanakan satu hingga dua hari sebelum akad nikah. Bagi masyarakat Jawa, acara siraman mempunyai makna yang sakral yaitu sebagai media pembersihan diri sebelum kedua pengantin masuk ke gerbang pernikahan.

Dalam pernikahan adat Jawa, pihak yang melakukan siraman pun bukan hanya calon pengantin wanita, tapi juga calon pengantin laki-laki. Dalam upacara siraman, keluarga pengantin menunjuk tujuh orang dan salah satu diantaranya adalah sesepuh yang dituakan oleh kedua keluarga. Kedua calon pengantin lalu duduk di atas tikar yang telah disediakan. Setelah itu, baru sang sesepuh akan menyiramkan mereka menggunakan air kembang yang sudah disiapkan sebelumnya.

Ketika acara siraman digelar, calon pengantin wanita mengenakan jarik yang dilapisi oleh rangkaian bunga melati. Untuk kamu yang berhijab, tetap bisa menggunakan hijab lengkap dengan jarik dan rangkaian melati sebagai tambahan. Biar makin lengkap, jangan lupa juga tambahkan bandana rangkaian melati pada rambut atau hijab kamu, ya.

  1. Paes atau Ngerik

wm_article_img

Proses pembuatan paes pengantin adat Jawa (Photo by PING Me Photoworks)

Pada pernikahan adat Jawa asli, ritual yang satu ini dilakukan setelah calon pengantin wanita melakukan sesi siraman. Pada proses ini, dukun manten akan membersihkan rambut halus di wajah pengantin. Hal ini tidak hanya dilakukan pada pengantin wanita saja loh, tapi ibu mempelai juga turut mengikuti ritual ini. 

Ketika melakukan ritual ini, biasanya dukun manten akan melakukannya di dalam kamar dengan ditemani oleh ibu-ibu yang sudah sepuh. Pengerikan ini dilakukan agar penampilan pengantin adat Jawa jadi lebih menarik dan terlihat bersinar.

Lalu, bagaimana dengan calon pengantin yang berhijab? Tak perlu khawatir, karena sekarang sudah ada banyak MUA yang bisa melakukan riasan make up pengantin Jawa hijab. Bisa menjadi solusi bagi kamu yang ingin tetap mendapatkan sentuhan khas pernikahan adat Jawa, namun tetap syar’i.

  1. Dodol Dawet

wm_article_img

Tradisi dodol dawet (photo by Stay Bright Photography)


Sesuai dengan namanya, upacara dodol dawet adalah upacara dimana ibu pengantin perempuan menjual dawet kepada saudara yang datang. Di samping sang ibu, ada bapak pengantin perempuan yang bertugas memayungi istrinya yang sibuk menjual dawet kepada para tamu yang dibayar menggunakan kreweng wingko atau pecahan kendi.

Upacara dodol dawet juga punya artinya sendiri, yaitu harapan dari orang tua pengantin agar pernikahan anaknya ramai didatangi oleh para tamu. Entah itu tamu si orang tua pengantin, ataupun tamu dari anak-anaknya. Hal ini tentunya bermanfaat untuk mempererat tali silaturahmi dan menyebarkan kebahagiaan kepada semua orang.

Upacara dodol dawet memang salah satu upacara unik yang ada di dalam rangkaian pesta pernikahan adat Jawa. Dimana lagi kita bisa mendapatkan dawet gratis dengan hanya membayar menggunakan pecahan kendi? Oleh karena keunikannya itu, upacara ini perlu dilestarikan. Setuju, kan?

  1. Potong Tumpeng

wm_article_img

Potong tumpeng (photo by Stay Bright Photography)


Rangkaian acara selanjutnya adalah prosesi potong tumpeng. Dalam masyarakat Jawa, tumpeng terbuat dari nasi kuning yang dibentuk menyerupai gunungan. Di sekeliling nasi, ditempatkan beberapa lauk pendamping, seperti ayam, tempe, tahu, telur dadar, dan lain sebagainya.

Sepertinya, sudah menjadi ciri khas masyarakat Jawa untuk membuat tumpeng di setiap acara. Tidak heran jika di rangkaian upacara pernikahan adat Jawa, mereka juga mengadakan prosesi ini. Dalam upacara potong tumpeng, orang tua pengantin akan memotong bagian atas tumpeng untuk diberikan kepada anaknya. Selanjutnya, sisa tumpeng akan dibagikan kepada para tamu yang hadir.

  1. Dulangan Pungkasan

wm_article_img

Photo by PING Me Photoworks

Dulangan pungkasan atau prosesi suapan terakhir. Dimana orang tua menyuapi sang anak untuk terakhir kalinya sebelum ia resmi menjadi seorang istri. Bagi masyarakat Jawa, acara dulangan pungkasan menjadi simbol tanggung jawab terakhir orang tua kepada sang anak. Sebab setelah menikah, tanggung jawab orang tua akan beralih ke sang suami untuk menjaga dan menyayangi istrinya.

Kebayang gak, betapa mengharukannya momen ini? Pasalnya bagi orang tua, anak yang telah mereka besarkan selama ini sudah dewasa, kini saatnya untuk melepaskan putri tersayang untuk membangun rumah tangga bersama sang suami.

  1. Tanam Rambut dan Lepas Ayam

Rangkaian acara selanjutnya dari prosesi pernikahan adat Jawa adalah tanam rambut dan lepas ayam. Pada acara ini, ayah mempelai wanita akan memotong sedikit rambut anaknya dimana nantinya rambut tersebut akan ia tanam. Setelah selesai menanam rambut dalam tanah, orang tua pengantin lalu melepaskan seekor ayam jantan yang telah disiapkan. Prosesi menanam rambut kedua calon pengantin adat Jawa ini dimaksudkan untuk menjauhkan segala hal buruk dari rumah tangga keduanya. Sementara itu, pelepasan ayam jago mempunyai simbol sebagai restu orang tua yang telah mengikhlaskan anaknya untuk hidup mandiri, serta sebagai doa agar anaknya baik-baik saja ketika hidup berpisah dari orang tua.

  1. Midodareni

wm_article_img

Seserahan (Photo by PING Me Photoworks)

Upacara midodareni berasal dari kata midodaren yang berarti widodari dalam bahasa Jawa atau bidadari dalam bahasa Indonesia. Upacara ini dilaksanakan setelah rangkaian upacara siraman, biasanya dilakukan pada malam hari. Dalam acara midodareni, calon pengantin perempuan akan ditempatkan di satu kamar. Di dalam kamar tersebut, ia akan ditemani oleh keluarga perempuan beserta dukun manten yang bertugas untuk mempercantik si calon pengantin hingga penampilannya berubah dan mirip seperti Dewi Widodari.

Biasanya dalam acara midodareni, selain melakukan perawatan wajah, pengantin perempuan juga melakukan perawatan tubuh seperti luluran–yang berfungsi untuk memperhalus kulit tubuh sang pengantin–serta perawatan henna, untuk mempercantik tangan dan kuku si calon pengantin.

Ketika calon pengantin wanita sibuk mempersiapkan diri dan mempercantik diri. Di sisi lain, keluarga pengantin wanita sibuk menyambut kedatangan keluarga calon pengantin pria. Kedatangan mereka bertujuan untuk menjalin silaturahmi sekaligus mengantarkan seserahan berupa pakaian, sandal, kosmetik, makanan hingga buah-buahan.

  1. Upacara Pernikahan

wm_article_img

Photo by Le’ Motion Photo

Setelah berbagai upacara pra-pernikahan yang panjang dalam prosesi pernikahan adat Jawa ini, akhirnya datanglah hari H pernikahan. Pada tahap ini, kedua pengantin akhirnya dipertemukan kembali setelah sekian lama. Tampil cantik dan tampan dengan menggunakan baju pernikahan adat Jawa,  keduanya pun siap untuk mengucapkan ikrar janji sehidup semati. 

Mereka berdua nantinya duduk di depan penghulu, ditemani oleh kedua keluarga. Setelah pengantin pria siap, maka penghulu akan memandu mengucapkan ijab qabul. Ketika pengucapan ijab qabul selesai, maka kedua pengantin sudah sah menjadi sepasang suami istri. 

  1. Upacara Panggih

wm_article_img

Photo by Le’ Motion Photo

Eits, ternyata belum selesai! Masih ada satu prosesi lagi yang harus dilalui dalam pernikahan adat Jawa, upacara panggih namanya.  Upacara panggih diawali dengan kedatangan pengantin laki-laki beserta keluarganya di rumah pengantin wanita. Sang pengantin datang diapit oleh dua dua orang laki-laki muda di sampingnya dan dua orang ibu-ibu yang bertugas membawa kembang mayang. Salah satu ibu-ibu lalu memberikan sanggan kepada ibu pengantin perempuan. Di sisi lain, ibu-ibu yang satunya bertugas untuk membuang kembang mayang di pinggir jalan. Hal ini dilakukan dengan harapan pernikahan sang pengantin dapat berjalan lancar.

Inilah rangkuman beberapa tahapan yang harus dilalui dalam upacara panggih.

  1. Balang Gantal

Apakah kamu pernah melihat pengantin jawa saling melempar sesuatu setelah ijab qabul? Jika pernah, maka tradisi tersebut dinamakan sebagai balang gantal. Dalam melakukan prosesi ini, kedua pengantin saling melempar sirih satu sama lain.

Gantal terbuat dari daun sirih yang diisi dengan bunga pisang, kapur sirih, gambir dan tembakau hitam. Prosesi balang gantal dalam pernikahan adat Jawa melambangkan cinta kasih diantara suami dan istri. Sekalipun balang gantal erat kaitannya dengan proses lempar-melempar, tapi kasih sayang diantara keduanya tak bisa dilepaskan.

  1. Nginjak Endog

Setelah balang gantal selesai, pengantin beralih ke proses selanjutnya yaitu nginjak endog. Endog dalam bahasa Jawa berarti telur. Ketika melakukan prosesi ini, posisi suami dan istri berdiri saling berhadapan, lalu sang suami menginjak telur di bawah kakinya. Setelah sang suami menginjak telur, sang istri lalu menunduk untuk membersihkan kakinya. Sang suami pun membantu sang istri untuk berdiri kembali seusai membersihkan kakinya.

Dari proses nginjak endog ini, kamu bisa melihat bahwa diantara suami istri memang harus saling menghargai. Sang istri harus taat  pada suami, begitu pun sang suami harus selalu siap untuk membantu istrinya.

  1. Sinduran

Jika pengantin sudah melaksanakan acara nginjag endog, pengantin lalu diarahkan untuk duduk di pelaminan. Selama perjalanan menuju pelaminan, kedua pengantin diselimuti menggunakan kain sindur sambil berpengangan tangan. Kain sindur sendiri adalah sebuah kain yang terdiri dari dua warna yaitu warna merah dan warna putih. Dalam tradisi pernikahan adat Jawa, kedua warna tersebut menjadi simbol dari rasa keberanian dan gairah yang dimiliki oleh suami istri.

  1. Bobot Timbang

Beralih ke proses selanjutnya, yakni bobot timbang. Pada tahap ini, kedua pengantin akan duduk di pangkuan ayah mempelai wanita yang telah duduk di pelaminan. Setelah itu, ibu pengantin wanita akan naik ke pelaminan untuk menanyakan perihal “diantara pengantin wanita dan pengantin laki-laki, mana yang lebih berat?”. Sang bapak lalu menjawab dengan bijak, bahwa tidak ada yang lebih berat  diantara keduanya. Jawaban tersebut menandakan bahwa sebagai orang tua, sudah seharusnya bersikap adil dan tidak membedakan sikapnya antara anak kandung dengan menantu, karena menantu setelah menikah sudah menjadi bagian dari keluarga yang menjaga anaknya.

  1. Dulangan

Tahap dulangan atau yang berarti suap-suapan, adalah tahapan dimana pengantin laki-laki dan pengantin perempuan saling menyuapi makanan yang telah disiapkan. Bisa dikatakan, acara dulangan merupakan ciri khas dari pernikahan adat Jawa. Biasanya, makanan yang digunakan adalah makanan dalam bentuk tumpeng yang sudah diisi dengan berbagai macam lauk. Sebelum proses dulangan, pengantin wanita akan memotong tumpeng dan menyuapi sedikit nasi kepada suaminya, yang diikuti oleh sang suami.

  1. Bubak Kawah

Rangkaian acara terakhir dalam pernikahan adat Jawa adalah bubak kawah. Khusus prosesi ini, ternyata tidak bisa dilakukan oleh semua orang, karena hanya anak pertama saja yang bisa melakukannya. Dengan alasan tersebut, maka tidak heran jika di beberapa keluarga Jawa mengadakan prosesi bubak kawah dengan sangat meriah. Hal ini mereka lakukan sebagai tanda syukur karena anak pertama mereka sudah menikah. 

Pada acara bubak kawah, keluarga pengantin akan menyiapkan peralatan dapur yang dipasang di sebuah pikulan. Alat tersebut lalu ditenteng oleh ayah pengantin yang diarak keliling kampung. Warga sekitar nantinya akan saling berebut peralatan dapur tersebut. Mereka percaya bahwa jika mereka berhasil mendapatkan peralatan dapur tadi, mereka akan mendapatkan keberuntungan, bahkan bisa segera menyusul ke jenjang pernikahan.

Nah, itu tadi beberapa rangkaian prosesi dalam pernikahan adat Jawa. Memang banyak sekali rangkaian tradisi yang harus dilewati, belum lagi persiapan yang dilakukan. Tapi percayalah, jika dijalani dengan senang hati, kamu tidak akan merasakan lelahnya lagi. Bahkan kamu akan merasa bahagia.

Agar kamu tidak kerepotan dalam menyiapkan pernikahan, sebaiknya kamu melakukan persiapan dari jauh-jauh hari, ya. Selain itu, untuk meringankan pekerjaanmu, kamu bisa menyewa jasa wedding organizer terpercaya.

__

Penulis: Nurul Fatimah |Editor: Ade Mutia



Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 26-27 Oktober 2024
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Article Terkait

Loading...

Article Terbaru

Loading...

Media Sosial

Temukan inspirasi dan vendor pernikahan terbaik di Sosial Media Kami

Loading...