Pilih Kategori Artikel

Dari Ngerudat Hingga Pulang Tiga Ari: Menyelami Prosesi Adat Pernikahan Betawi yang Penuh Makna
Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 24 -26 October 2025
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Adat pernikahan Betawi itu bukan cuma soal pesta sehari, tetapi sebuah narasi panjang, sebuah epik yang naskahnya sudah diwariskan turun-temurun. Setiap babaknya adalah ritual, setiap dialognya adalah pantun penuh kiasan, dan setiap geraknya adalah doa. Bayangkan sebuah perjalanan panjang yang dimulai dari pandangan pertama yang malu-malu, hingga akhirnya dua keluarga besar berpelukan, melebur menjadi satu. Perjalanan inilah yang meriah, syahdu, dan luar biasa kaya.

Setiap langkah dalam prosesi ini punya jiwa, bukan sekadar aturan kosong. Ini adalah cara orang Betawi memuliakan sebuah janji, menghormati orang tua, dan meletakkan agama sebagai napas dalam setiap sendi kehidupan. Dari ketukan pertama di pintu rumah sang dara hingga kunjungan balasan setelah sah menjadi suami-istri, semuanya adalah pelajaran tentang adab, tanggung jawab, dan betapa indahnya kebersamaan.

Mari, kita tapaki jalan cerita ini bersama. Kita akan singgah di setiap ritualnya, mengupas maknanya, dan merasakan sendiri mengapa tradisi ini lebih dari sekadar perayaan—ia adalah detak jantung kebudayaan Betawi itu sendiri.

Babak Pertama: Merajut Restu dan Menenun Janji (Tahap Pra-Nikah)

wm_article_img
Foto via Sanggar betawi Setia Mekar

Jauh sebelum janur kuning melengkung di depan gang, dalam adat pernikahan Betawi, ada serangkaian langkah sunyi yang justru menjadi penentu segalanya. Di babak inilah niat baik dibisikkan, restu dipinta, dan benang-benang janji mulai ditenun.

1. Ngedelengin: Pandangan Pertama yang Penuh Rahasia

Semua kisah besar sering kali berawal dari langkah kecil. Di sini, ia dimulai dengan ngedelengin. Artinya sederhana: "melihat-lihat". Tapi praktiknya adalah sebuah seni. Keluarga pihak laki-laki akan mengutus seseorang yang paling dipercaya—biasanya encang atau encing—untuk bertamu ke rumah si gadis. Tentu saja, dengan alasan silaturahmi biasa. Padahal, mata mereka awas mengamati: apa benar si kembang desa ini belum ada yang punya? Bagaimana tutur katanya? Bagaimana keluarganya? Ini adalah cara paling beradab untuk "mencari tahu", sebuah intipan sopan sebelum melangkah lebih jauh.

2. Ngelamar: Membuka Hati dengan Kata-kata Indah

Kabar baik dari hasil ngedelengin adalah lampu hijau. Tibalah saatnya untuk ngelamar. Kali ini, dalam adat pernikahan Betawi, rombongan datang lebih resmi, dipimpin oleh seorang Mak Comblang yang lidahnya tak bertulang, jago merangkai kata. Mereka tak datang dengan tangan hampa. Ada bawaan wajib yang lebih mirip puisi ketimbang barang:

  • Sirih Lamaran: Rangkaian sirih, pinang, dan kapur adalah simbol ketulusan hati.
  • Pisang Raja: Dua sisir pisang adalah doa agar kelak pasangan ini hidup mulia laksana raja.
  • Roti Tawar: Lambang harapan agar perjalanan rumah tangga mereka selalu adem dan tenteram. Di sini, niat jarang diungkapkan blak-blakan. Semua mengalir lewat pantun dan perumpamaan, sebuah tarian kata yang indah antara dua keluarga.

3. Bawa Tande Putus: Mengunci Janji dengan Tanda Mata

Lamaran diterima, hati pun lega. Tapi janji harus dikunci. Itulah gunanya prosesi bawa tande Putus, momen pertunangan yang sesungguhnya. Keluarga pria datang lagi, kali ini untuk menentukan ari baik bulan bae alias tanggal pernikahan. Sebagai pengikat, dibawa pula tande putus:

  • Cincin: Simbol ikatan yang tak akan terlepas.
  • Uang Sembah: Tanda hormat untuk orang tua yang telah membesarkan sang gadis.
  • Pakaian Wanita: Sebuah pernyataan tanpa kata bahwa sang pria siap menafkahi. Setelah tande putus diterima, resmilah sang gadis menjadi tunangan orang. Pintu hati telah tertutup untuk yang lain.

Babak Kedua: Mensucikan Diri, Membuka Aura (Ritual Pra-Akad)

wm_article_img
Foto via Kiswah Wedding

Seminggu sebelum hari H dalam adat pernikahan Betawi, suasana menjadi semakin syahdu. Sang calon pengantin, terutama si none, akan menjalani serangkaian ritual untuk membersihkan diri, luar dan dalam.

1. Siraman dan Ngerik: Melepas Masa Lalu, Menyambut Masa Depan

Sang dara akan dimandikan dengan air dari tujuh sumur yang ditaburi kembang setaman. Setiap guyuran air dari orang tua dan sesepuh adalah doa, simbol pelepasan segala salah dan khilaf di masa lalu. Setelahnya, Tukang Rias akan melakukan ngerik, membersihkan bulu-bulu halus di wajah dan tengkuk. Bukan sekadar untuk kecantikan, tapi dipercaya untuk "membuka aura" agar wajahnya bersinar terang di hari istimewanya.

2. Tangas: Harumnya Persiapan Seorang Calon Istri

Ini adalah spa uap tradisional Betawi. Sang dara akan duduk di atas bangku yang di bawahnya mengepul uap dari rebusan rempah-rempah wangi. Ritual ini bertujuan mengharumkan dan menyehatkan tubuhnya, sebuah persiapan intim untuk menjalankan perannya sebagai seorang istri.

3. Malem Pacar: Malam Penuh Doa dan Tawa

Satu malam sebelum akad, rumah akan ramai oleh sahabat dan keluarga dalam acara Malem Pacar. Kuku-kuku sang dara akan dihiasi pacar. Tapi ini bukan sekadar pesta henna. Momen ini diisi dengan lantunan salawat dan zikir, sebuah malam di mana doa-doa baik dipanjatkan oleh orang-orang terkasih.

4. Ngebleng: Waktu untuk Merenung

Di hari-hari terakhirnya sebagai gadis lajang, ia akan menjalani ngebleng atau pingitan. Tak boleh ke mana-mana, makannya pun dijaga. Ini adalah waktu emas baginya untuk menenangkan hati, berdoa, dan mempersiapkan mental sebelum melangkah ke gerbang kehidupan yang baru.

Babak Ketiga: Puncak Perayaan (Hari Pernikahan)

wm_article_img
Foto via Sanggar Rebung

Inilah dia, hari di mana seluruh penantian dan persiapan bermuara pada sebuah perayaan yang tak terlupakan.

1. Ngerudat: Parade Megah Sang Calon Raja

Pagi hari dalam adat pernikahan Betawi, jalanan akan ramai oleh ngerudat, arak-arakan mempelai pria menuju rumah mempelai wanita. Ini bukan sekadar iring-iringan biasa, melainkan sebuah parade kebesaran. Sang tuan mude (mempelai pria) diarak dengan kuda hias, diiringi tanjidor, rombongan keluarga pembawa seserahan yang melimpah—dari roti buaya raksasa hingga perabotan rumah tangga.

2. Buka Palang Pintu: Ujian Terakhir Sang Jawara Hati

Tepat di depan pintu rumah sang dara, rombongan ini akan dihadang. Inilah panggung untuk Palang Pintu, sebuah drama yang menguji kelayakan sang calon suami.

  • Adu Pantun: Jagoan dari kedua belah pihak akan saling melempar pantun. Ini ujian akal dan adab.

  • Maen Pukulan: Jika pantun tak mempan, silat pun dimainkan. Ini ujian kekuatan untuk membuktikan sang pria bisa melindungi.

  • Sikeh: Setelah jagoan tuan rumah "takluk", sang mempelai pria sendiri yang akan diuji kemampuannya mengaji. Inilah ujian iman, syarat utama seorang pemimpin keluarga. Setelah lulus tiga ujian ini, barulah pintu dibukakan untuknya.

3. Akad Nikah: Janji Suci di Hadapan Ilahi

Di dalam rumah, suasana berubah menjadi khidmat. Di hadapan penghulu dan wali, sang mempelai pria mengucap ijab kabul. Satu tarikan napas yang mengesahkan mereka menjadi sepasang suami-istri.

4. Di Puade: Duduk Bersanding Laksana Raja dan Ratu

Setelah sah, keduanya akan duduk di pelaminan (puade). Di sinilah mereka menerima doa restu dari para tamu, diiringi alunan merdu gambang kromong, sambil menikmati hidangan lezat khas Betawi.

Babak Keempat: Menyatukan Dua Keluarga (Pasca-Nikah)

wm_article_img
Foto via Studio BOH

Dalam adat pernikahan Betawi, pesta boleh usai, tapi prosesi belum berakhir. Masih ada satu langkah lagi untuk benar-benar menyatukan dua keluarga.

Acara Pulang Tiga Ari

Setelah tiga hari, pasangan baru ini akan berkunjung ke rumah orang tua mempelai pria. Momen ini disebut Pulang Tiga Ari. Sang istri akan datang membawa masakan terbaiknya untuk sang mertua. Inilah perkenalan resminya sebagai anggota keluarga baru, sebuah simbol bahwa ia telah diterima dengan tangan terbuka.

Adat pernikahan Betawi adalah sebuah mahakarya yang hidup dan bernapas. Ia adalah sebuah cerita utuh yang mengajarkan kita tentang betapa pentingnya restu, kekuatan keluarga besar, dan tanggung jawab yang dipikul di atas janji suci. Setiap ritualnya adalah untaian doa yang tak pernah putus. Menjalaninya adalah sebuah pengalaman spiritual yang mengingatkan kita bahwa pernikahan bukanlah garis finis dari sebuah perjalanan cinta, melainkan titik awal dari sebuah kehidupan baru yang dibangun di atas fondasi budaya, cinta, dan kebersamaan yang kuat.

Dan jika kamu sedang menyiapkan perjalanan sakralmu sendiri, jangan ragu untuk mencari inspirasi serta vendor terbaik di WeddingMarket. Dari dekorasi bernuansa tradisional hingga modern, semuanya bisa kamu temukan dalam satu tempat. Kunjungi weddingmarketfair.com dan temukan keajaiban di setiap detail persiapan pernikahanmu.


Cover | Foto via Banyu Mili Jakarta

Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 24 -26 October 2025
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Article Terkait

Loading...

Article Terbaru

Loading...

Media Sosial

Temukan inspirasi dan vendor pernikahan terbaik di Sosial Media Kami

Loading...