Your Smart Wedding Platform

Midodareni: Tradisi Jawa di Malam Pernikahan. Ini Dia Ritual dan Perlengkapan yang Dibutuhkan

19 Jun 2023 | By Nurma Arum Wedding Market | 4800
Fotografi oleh Langkah Ketjil

Semakin ke sini semakin banyak yang memilih untuk menggelar pernikahan internasional karena dianggap lebih simpel daripada pernikahan tema tradisional. Padahal, Indonesia memiliki banyak jenis pernikahan adat dengan prosesinya masing-masing yang memiliki makna dan filosofi mendalam. Salah satunya adalah pernikahan adat Jawa. 

Pernikahan adat Jawa memiliki berbagai prosesi untuk diikuti bahkan jauh-jauh hari sebelum acara pernikahan digelar. Salah satunya adalah midodareni yang digelar di malam sebelum acara pernikahan.

Kamu mungkin sering mendengar istilah midodareni tersebut, tapi apakah kamu tahu seperti apa prosesnya dan apa saja yang diperlukan? Tenang, jika belum tahu padahal ingin juga menggelarnya, simak penjelasan selengkapnya berikut ini!

Apa itu midodareni?

Foto: Polar Photograph

Midodareni adalah salah satu rangkaian acara yang dilakukan di malam hari sebelum puncak pernikahan dilangsungkan keesokan harinya. Midodareni yang berasal dari kata “widodari” atau bidadari dipercaya memiliki arti bahwa pada malam tersebut para bidadari turun dari kahyangan dan menghampiri tempat perempuan berada. 

Mereka akan membuat para pengantin terlihat lebih cantik sehingga orang-orang percaya bahwa selama malam tersebut pengantin harus tetap di kamar untuk mendapatkan hal ini. Di sana ia hanya boleh dikunjungi oleh saudara, keluarga, atau para perempuan saja. Pada saat inilah, perempuan juga melakukan pingitan atau dipingit.

Meskipun begitu, pihak calon suami dan keluarganya akan tetap datang untuk menghantarkan berbagai seserahan dan untuk mendekatkan diri dengan calon besan. Selain kepercayaan tersebut, midodareni juga memiliki tujuan untuk membersihkan diri secara fisik maupun spiritual sebelum memasuki kehidupan pernikahan yang sesungguhnya. 

Agenda midodareni

Prosesi midodareni | Foto: Polar Photograph

Midodareni tidak hanya dilakukan oleh calon pengantin perempuan yang hanya berdiam diri di kamar, tapi ada rangkaian kegiatan yang biasanya dilakukan di malam ini.

1. Jonggolan

Acara midodareni diawali dengan jonggolan yang merupakan waktu di mana calon pengantin laki-laki datang ke kediaman calon perempuan. Hal ini dilakukan untuk memberi tahu bahwa calon pengantin telah benar-benar mantap dan siap secara fisik maupun mental untuk melakukan pernikahan keesokan harinya. Calon pengantin laki-laki ini tak hanya berangkat sendiri, tapi juga bersama dengan keluarga besar. 

Mereka tidak datang dengan kosong, tapi biasanya akan ada berbagai seserahan yang dibawa, mulai dari makanan hingga peralatan makeup dan alat mandi. Meskipun datang ke rumah calon pengantin perempuan, calon pengantin laki-laki tidak bisa menemui pasangannya pada saat ini.

2. Tantingan

Acara midodareni | Foto: Polar Photograph

Jika niat dari pihak laki-laki sudah dimengerti oleh pihak perempuan, saatnya memberikan tanggapan pada niat yang disampaikan. Meskipun calon pengantin perempuan di kamar, ia tetap harus menjawab kemantapan kekasihnya untuk menikah. Ibu dari pihak perempuan akan datang menanyakan apakah calon pengantin perempuan juga sudah benar-benar mantap untuk melakukan pernikahan keesokan harinya. Dari situlah, jawaban dari pihak perempuan akan diketahui.

3. Kembar Mayang

Foto via Kusuma Sahid Prince Hotel

Kamu mungkin familier dengan dekorasi pada pernikahan Jawa yang satu ini. Kembar mayang adalah sebuah bagian dari dekorasi yang tingginya hampir sama dengan tinggi manusia. Biasanya ada dua kembar mayang, yaitu Kalpandaru dan Dewandaru.

Kalpandaru berasal dari kata “kalpa” yang artinya adalah langgeng dan “daru” yang memiliki arti wahyu. Sementara itu, Dewandaru memiliki wahyu pengayoman, yang diharapkan pengantin pria nantinya bisa memberikan pengayoman kepada pengantin wanita dan anak-anak. Hiasan ini akan dibawa oleh seorang laki-laki dan perempuan. Selain itu, ada juga dua orang gadis yang membawakan cengkir gading, yaitu buah kelapa yang memiliki warna kuning gading.

4. Catur Wedha

Catur Wedha | Foto: Polar Photograph

Tahap selanjutnya adalah catur wedha, yaitu saat orang tua pihak perempuan memberikan wejangan kepada calon pengantin laki-laki untuk menjalankan kehidupan rumah tangga nantinya. Sesuai namanya, catur wedha berisi empat hal, yaitu

  • Hangayomi yang artinya seorang laki-laki harus mengayomi dan selalu melindungi keluarga 

  • Handayani bahwa seorang laki-laki harus senantiasa memenuhi kebutuhan istri dan keluarga

  • Hangayemi adalah ketika laki-laki bisa memberikan kenyamanan dan penuh dengan cinta dalam keluarga

  • Hanganti yaitu ketika laki-laki bisa menjadi pemimpin yang baik dan mengarahkan keluarga ke jalan yang benar

5. Wilujengan Majemukan

Seserahan Midodareni | Foto: Polar Photograph

Pada saat ini kedua belah pihak keluarga bisa mengenal satu sama lain dengan lebih dekat. Kemudian, selain seserahan yang dibawa oleh pihak laki-laki, pihak perempuan juga akan memberikan seserahan kembali atau yang sering disebut dengan angsul-angsul. Biasanya bentuknya cukup beragam, mulai dari makanan hingga pakaian. Ada juga yang memberikan keris sebagai tanda bahwa laki-laki harus selalu melindungi keluarganya.

Perlengkapan Midodareni

Malam Midodareni | Foto: Langkah Ketjil

Setelah mengetahui urutan untuk melakukan prosesi midodareni, kamu juga perlu mencatat apa saja perlengkapan yang dibutuhkan untuk prosesi ini. Berikut ini beberapa di antaranya.

Perlengkapan pihak laki-laki

  • Sepasang cengkir gadhing yang diberi hiasan janur

  • Ayam jantan muda

  • Paningset

  • Sepasang kembar mayang

  • Tanda asih

Perlengkapan pihak perempuan

  • Cunduk ukel

  • Ayam betina muda

  • Naskah catur wedha

  • Klasa klapa untuk alas tempat duduk pengantin

Saat ini masih banyak orang yang melakukan prosesi midodareni dan menganggapnya sebagai sebuah hal yang sakral. Namun, banyak juga yang melewati tahapan yang satu ini. Beberapa di antaranya juga ada yang masih melakukan, tapi dengan berbagai penyesuaian. 

Tak ada salahnya jika kamu dan keluarga ingin tetap melakukan prosesi yang satu ini saat menggelar pernikahan adat. Selain melestarikan kebudayaan, ada berbagai makna dan filosofi yang dimiliki oleh setiap tahapannya.


Artikel Terkait



Artikel Terbaru