Berbagai tradisi pernikahan di Indonesia memiliki makna mendalam dan penuh dengan keindahan seni serta simbol-simbol tertentu. Salah satu tradisi yang menarik adalah pemakaian henna atau pacar, yang menghiasi tangan dan kaki pengantin wanita dengan motif-motif cantik. Tradisi ini bukan hanya untuk memperindah penampilan, tapi juga dipercaya sebagai bentuk doa dan harapan baik untuk kehidupan baru pasangan tersebut.
Meskipun henna lebih dikenal dari budaya Timur Tengah dan India, tapi penggunaannya sudah menjadi bagian dari tradisi pernikahan di berbagai daerah di Indonesia, dengan pola dan makna yang berbeda-beda. Di berbagai wilayah seperti Sumatra hingga Sulawesi, ritual melukis henna merupakan bagian penting dari prosesi adat pernikahan. Motif henna yang dipilih pun biasanya memiliki filosofi tertentu, yang melambangkan makna pernikahan dan juga menjadi doa bagi yang menggunakannya.
Tradisi ini menunjukkan betapa kayanya budaya Indonesia dan bagaimana setiap momen pernikahan dihiasi dengan nilai-nilai luhur yang terus dijaga. Lalu, apa saja tradisi menggunakan henna di beberapa daerah di Indonesia? Simak ulasannya berikut.
Tentang Henna dan Sejarahnya
Henna, yang dikenal sebagai pewarna alami, berasal dari tanaman Lawsonia inermis, yang dalam bahasa Arab bernama hinna. Tanaman ini memiliki kemampuan unik dalam menghasilkan pigmen yang digunakan sebagai pewarna. Henna tumbuh subur di daerah beriklim panas dan kering, dan tingginya bisa mencapai 1-2 meter.
Tanaman ini banyak ditemukan di negara-negara seperti India, Pakistan, Maroko, Kenya, Mesir, Afghanistan, Palestina, Afrika, Suriah, Yaman, Uganda, Tanzania, dan Iran. Penggunaan henna sendiri sudah lama menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari di banyak negara Asia, khususnya di Pakistan, India, dan Timur Tengah. Di wilayah-wilayah ini, henna memiliki fungsi beragam, mulai dari pewarna tubuh yang diaplikasikan untuk menciptakan motif hiasan, hingga bahan alami yang digunakan untuk mewarnai kuku, rambut, serta berbagai jenis kain seperti sutra dan wol.
Untuk seni melukis, henna sudah digunakan di India selama lebih dari 5000 tahun dan dikenal dengan istilah mehndi. Di masa lalu, mehndi berfungsi sebagai hiasan tubuh untuk mempercantik diri, mirip dengan penggunaan riasan dan kosmetik di era modern. Tradisi mehndi lalu menyebar luas tidak hanya di India, tapi juga di negara lain seperti Mesir, Asia Kecil, dan Timur Tengah.
Di tempat asalnya, India, henna banyak digunakan dalam berbagai upacara. Lukisan henna pada tubuh pengantin, terutama di tangan dan kaki, tidak hanya mempercantik penampilan, tapi juga melambangkan ikatan yang kuat dan hubungan harmonis antara kedua mempelai. Mehndi diyakini bisa mempererat hubungan, menumbuhkan rasa kasih sayang, dan membawa keharmonisan dalam kehidupan pernikahan mereka.
Untuk itu, henna bukan hanya hiasan indah yang digambar di tangan atau kaki seorang pengantin, tapi juga warisan budaya, tradisi, dan nilai spiritual yang telah diwariskan dari generasi ke generasi di berbagai masyarakat di seluruh dunia.
Tradisi Penggunaan Henna di Indonesia
Di berbagai suku di Indonesia, tanaman henna juga dikenal dengan nama lain seperti daun inai atau pacar. Tanaman ini memiliki peran penting dalam tradisi dan budaya, terutama pada acara pernikahan. Daun inai sering digunakan untuk menghias tubuh, terutama bagi calon pengantin menjelang hari pernikahan. Tradisi ini turun-temurun dan menjadi bagian dari prosesi adat di banyak daerah.
Setiap suku memiliki cara berbeda dalam memberikan makna penggunaan henna, sesuai dengan adat dan kepercayaan mereka. Misalnya, beberapa suku melihat henna di tangan dan kaki pengantin wanita sebagai simbol kesucian, keberuntungan, dan harapan untuk kehidupan rumah tangga yang bahagia. Di suku lain, henna melambangkan peralihan dari masa lajang ke kehidupan berumah tangga.
Dalam beberapa tradisi, henna dipercaya memiliki kekuatan spiritual dan magis yang bisa melindungi pengantin dari energi negatif atau roh jahat. Pengaplikasiannya sering dilakukan dengan penuh doa dan harapan, menjadikannya momen sakral dalam rangkaian acara pernikahan. Setiap daerah memiliki cara unik dalam menggunakan henna. Ada yang hanya mengoleskannya di ujung jari, sementara di daerah lain, henna digambar dengan motif rumit yang menutupi tangan dan kaki pengantin.
Penggunaan henna dalam pernikahan mencerminkan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang terus dijaga. Selain mempercantik pengantin, henna juga mengingatkan pada nilai tradisional dan warisan leluhur yang tetap lestari di tengah perkembangan zaman. Berikut beberapa tradisi penggunaan henna yang ada di beberapa daerah di Indonesia:
1. Aceh - Malam Bohgaca
Di Aceh, tradisi menggunakan henna disebut malam bohgaca, dan merupakan bagian penting dalam rangkaian pernikahan adat. Tradisi ini biasanya diadakan beberapa hari sebelum pernikahan sebagai bentuk persiapan dan simbol menuju kehidupan berumah tangga. Dalam budaya Aceh, henna bukan sekadar hiasan untuk tangan dan kaki pengantin, tapi juga memiliki makna mendalam. Henna melambangkan istri yang diharapkan bisa membawa ketenangan, menjadi penghibur, dan memperindah rumah tangga.
Tradisi ini dimulai dengan mengumpulkan daun pacar yang dipetik dan diletakkan dalam piring besar, yang melambangkan keberkahan. Daun tersebut kemudian ditumbuk hingga menjadi bubuk halus, dengan doa dan shalawat untuk memohon keberkahan dalam pernikahan. Setelah bubuk pacar siap, henna dioleskan pada tangan dan kaki pengantin wanita berulang kali hingga warnanya merata dan merah. Warna merah ini melambangkan kecantikan dan kesiapan wanita menjadi istri dan ibu.
Malam bohgaca juga menjadi momen bagi keluarga dan kerabat untuk berkumpul, memberikan doa, dan mendukung calon pengantin. Tradisi ini mempererat hubungan keluarga dan melestarikan budaya Aceh yang penuh makna dan nilai-nilai yang luhur.
2. Palembang - Pemacaran
Dalam prosesi pernikahan adat Palembang, ada tradisi khusus yang disebut bebedak, yaitu ritual merias calon pengantin dengan riasan tradisional. Tradisi ini dilakukan setelah prosesi betangas, yaitu mandi uap untuk membersihkan tubuh dan memberikan efek relaksasi. Baik bebedak maupun betangas adalah bagian penting dari persiapan pernikahan, yang tidak hanya bertujuan untuk mempercantik pengantin, tapi juga memiliki makna simbolis sebagai penyucian diri sebelum memasuki kehidupan pernikahan.
Salah satu bagian utama dari tradisi ini adalah pemakaian henna pada kuku, jari tangan, dan kaki calon pengantin, yang dikenal dengan istilah dipacari. Proses ini menggunakan campuran daun inai yang dihancurkan, dicampur dengan nasi dingin dan bubuk arang. Campuran ini dipercaya bisa menghasilkan warna merah yang lebih pekat dan tahan lama, membuat hasilnya lebih cantik dan memukau. Henna tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tapi juga melambangkan keindahan, kesucian, dan kesiapan calon pengantin untuk memulai kehidupan rumah tangga.
Melalui betangas, bebedak, dan pemacaran, tubuh kedua calon pengantin menjadi lebih bersih, bercahaya, dan menarik, yang menunjukkan kesiapan fisik dan spiritual mereka untuk menghadapi hari pernikahan. Tradisi ini juga melibatkan kebersamaan, karena para tetua adat dan keluarga besar hadir untuk memberikan restu dan doa untuk kelancaran dan kebahagiaan rumah tangga pasangan pengantin di masa depan.
3. Riau - Berinai Curi
Di Riau, tradisi berhias dengan henna disebut berinai curi, yang merupakan bagian dari acara pernikahan adat yang dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu berinai curi, berinai kecil, dan berinai besar. Masing-masing tradisi dilakukan pada waktu yang berbeda dan memiliki tujuan yang berbeda, tapi semuanya memiliki makna dan simbolis sebagai persiapan untuk pernikahan.
Berinai curi dan berinai kecil biasanya dilakukan beberapa hari sebelum pernikahan, sebagai persiapan terakhir bagi pengantin wanita. Kedua tradisi ini, terutama berinai curi, lebih fokus untuk mempercantik pengantin wanita. Henna dioleskan pada bagian-bagian tubuh pengantin wanita, seperti telapak tangan, jari-jari tangan, kuku kaki, dan sekeliling telapak kaki. Proses ini biasanya dilakukan oleh pengantin itu sendiri atau dengan bantuan keluarga dekat, tanpa melibatkan tetua adat.
Berinai curi dan berinai kecil bukanlah prosesi yang rumit atau sakral, tapi lebih untuk mempercantik tubuh pengantin. Meski begitu, penggunaan henna tetap memiliki makna yang mendalam, yaitu sebagai tanda bahwa pengantin wanita sedang mempersiapkan diri untuk menikah, dan henna melambangkan persiapan memasuki kehidupan baru sebagai istri.
Berbeda dengan berinai besar, yang lebih rumit dan melibatkan unsur spiritual serta upacara adat, berinai curi dan berinai kecil lebih sederhana dan ringan. Meski begitu, tradisi ini tetap menjadi bagian penting dalam proses pernikahan adat Riau, yang menggambarkan keindahan, kebersihan, dan kesiapan calon pengantin untuk memasuki kehidupan pernikahan.
4. Padang - Malam Bainai
Di Minangkabau, ada tradisi yang mirip dengan tradisi di daerah lain, yaitu malam bainai. Tradisi ini merupakan acara yang sederhana dan biasanya dihadiri oleh kerabat terdekat seperti bako (saudara perempuan dari ayah), etek (saudara perempuan dari ibu), serta keluarga dari kedua orang tua lainnya.
Di masa lalu, yang bertugas untuk memasangkan henna pada jari calon pengantin wanita, yang disebut anak daro atau mempelai perempuan, adalah bako, istri mamak, dan ibu-ibu yang dituakan. Mereka akan mengoleskan henna dengan penuh perhatian karena setiap jari yang diberi henna memiliki makna tersendiri. Proses ini bukan hanya untuk menghias jari-jari calon pengantin, tapi juga mengandung doa dan harapan untuk kehidupan pernikahan yang akan dijalani.
Selain itu, malam bainai juga diadakan dengan penyajian yang rapi, menciptakan suasana yang hangat dan penuh keharmonisan. Iringan musik khas Minangkabau, serta taritarian (tarian tradisional Minangkabau), turut ditampilkan untuk menambah keceriaan acara, menjadikan malam bainai lebih meriah.
5. Sulawesi - Wenni Mappacci
Di suku Bugis yang berasal dari Sulawesi, ritual pemakaian henna pada calon pengantin wanita disebut wenny mapacci. Proses wenny mapacci melibatkan pengolesan henna pada kuku tangan dan kaki calon pengantin wanita, yang dianggap memiliki makna magis dalam budaya Bugis.
Menurut kepercayaan masyarakat Bugis, henna bukan hanya sebagai hiasan, tapi juga memiliki makna spiritual yang sangat penting. Henna dianggap sebagai simbol kesucian, yang menunjukkan bahwa calon pengantin wanita siap untuk memasuki pernikahan dengan hati yang bersih dan suci. Penggunaan henna pada kuku tangan dan kaki juga dipercaya akan membawa berkah dan kemakmuran dalam kehidupan rumah tangga mereka. Selain itu, ritual ini juga diadakan dengan harapan agar pernikahan calon pengantin tersebut selalu diberkahi dengan anak-anak yang berbudi pekerti baik.
6. Makassar - Akkorontigi
Di Makassar, terdapat tradisi serupa yang dikenal dengan nama Akkorontigi. Istilah Akkorontigi bermakna "malam mensucikan diri," yang merujuk pada prosesi meletakkan tumbukan daun pacar pada tangan calon pengantin. Tradisi ini dipandang sebagai simbol pemurnian dan persiapan bagi calon pengantin untuk memasuki kehidupan pernikahan yang suci dan penuh berkah.
Prosesi ini begitu sakral karena orang-orang yang diberi kehormatan untuk meletakkan henna adalah mereka yang memiliki kedudukan sosial yang baik dan dihormati di masyarakat. Mereka biasanya merupakan tokoh adat, tokoh agama, atau individu yang memiliki rumah tangga langgeng dan bahagia. Pemilihan orang-orang yang diberi kesempatan untuk melaksanakan ritual ini melambangkan harapan agar pernikahan calon pengantin juga diberkahi dengan kebahagiaan dan keberkahan yang sama.
7. Nusa Tenggara Barat - Peta Kapanca
Peta Kapanca adalah tradisi malam berpacar yang berasal dari Nusa Tenggara Barat. Dalam tradisi ini, henna dilumatkan dan dioleskan pada telapak tangan calon pengantin wanita dan pria. Proses ini dilakukan secara bergantian, dengan ibu-ibu dan tamu undangan yang semuanya perempuan, bertugas mengoleskan pacar pada telapak tangan kedua mempelai.
Peta Kapanca bermakna mensucikan dan menyempurnakan calon pengantin sebelum pernikahan mereka. Tradisi ini juga mengandung nilai kebersamaan dan doa, di mana para wanita dari keluarga dan komunitas berkumpul untuk memberikan restu dan harapan terbaik bagi kedua mempelai.
Upacara Peta Kapanca biasanya dilakukan sehari sebelum resepsi pernikahan, yang menandakan bahwa acara ini merupakan bagian dari serangkaian upacara untuk mempersiapkan pasangan dalam menyambut hari besar mereka.
Henna adalah bagian penting dalam perayaan pernikahan di Indonesia, bukan hanya sebagai hiasan, tapi juga sebagai simbol harapan, berkah, dan kebahagiaan bagi pengantin. Setiap daerah memiliki cara dan pola henna serta maknanya tersendiri. Meskipun zaman terus berubah, henna tetap menjadi simbol yang menghubungkan generasi muda dengan tradisi leluhur, dan menambah makna serta keindahan pada setiap pernikahan di Indonesia.Untuk inspirasi pernikahan lainnya dan menemukan vendor terbaik, kunjungi WeddingMarket dan temukan pilihan tepat untuk pernikahan impianmu!
Cover | Foto: Instagram/@aa_fotografi