Pilih Kategori Artikel

Panjang dan Penuh Makna, Kenali Prosesi Pernikahan Adat Bali Jelang Hari H sampai Sah Menjadi Pasangan, Yuk!
Sedang mencari vendor pernikahan?,
Kunjungi WeddingMarket Fair 2024 dan
temukan ratusan vendor pernikahan terbaik

Baik pernikahan adat maupun modern, selalu ada prosesi yang harus dilakukan oleh kedua mempelai. Dalam pernikahan adat misalnya, ada rangkaian prosesi yang harus dijalani oleh keduanya secara berurutan. Di Indonesia, umumnya prosesi pernikahan adat tak hanya berlangsung selama sehari penuh. Kedua mempelai diharuskan pula untuk melakoni seluruh tahapan prosesi adat mulai dari saat-saat menjelang pernikahan, sampai beberapa hari setelah resmi menjadi pasangan.

Pawiwahan atau pernikahan adat Bali menjadi salah satu contohnya. Bali yang populer dengan identitas tradisi lokal yang dimiliki, memiliki ciri khas pula pada prosesi pernikahan adatnya. Namun tak hanya sekadar tradisi, pernikahan adat Bali juga mengedepankan restu dan berkat dari Sang Hyang Widhi. Hal ini tercermin dari makna filosofis dan peran-peran yang membantu kelangsungan adat pernikahan. 

Nah kali ini, WeddingMarket akan mengulas tahapan prosesi pernikahan adat Bali secara ringkas, mulai dari tahap menjelang pernikahan sampai ketika kedua mempelai resmi menjadi pasangan suami istri. Yuk, simak ulasan berikut.

  1. Memadik atau Mesedek (Lamaran)

wm_article_img
Foto: Dwin Bali Photography

Memadik atau mesedek adalah tahapan pertama yang ada dalam prosesi pernikahan adat Bali. Memadik atau mesedek artinya kedatangan calon mempelai laki-laki ke kediaman calon mempelai perempuan untuk melamarnya menjadi pasangan hidup. Restu yang kemudian didapatkan dari kedua orang tua calon mempelai perempuan, membawa pertemuan ini pada madewasa ayu, yakni agenda memutuskan hari baik untuk melangsungkan pernikahan. Penentuan hari baik ini dilakukan dengan berpedoman pada kalender tahun Saka (sistem penanggalan Hindu).

  1. Upacara Ngekeb (Luluran)

Alur pernikahan adat Bali berikutnya adalah upacara ngekeb yang biasa dilaksanakan pada sore hari. Ngekeb merupakan prosesi memandikan sang calon mempelai perempuan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ngekeb dibuka dengan prosesi meluluri seluruh tubuh calon mempelai perempuan. Lulur yang digunakan adalah lulur berbahan khusus dan tidak boleh sembarangan, yaitu campuran antara daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras. 

Setelah dibaluri lulur, calon mempelai perempuan dimandikan dengan air bunga dan air merang yang telah disiapkan di pekarangan rumah. Seperti pelaksanaannya yang erat dengan wujud pembersihan diri, ngekeb bertujuan untuk mempersiapkan sang perempuan memulai kehidupan barunya, yakni dari seorang remaja menjadi seorang istri. 

  1. Upacara Mungkah Lawang (Membuka Pintu)

Setelah upacara ngekeb, sang calon mempelai perempuan bersiap di dalam kamarnya untuk melaksanakan prosesi adat selanjutnya, yaitu upacara mungkah lawang. Mungkah lawang merupakan upacara penjemputan yang dilakukan oleh pihak calon mempelai laki-laki kepada calon pasangan. Sebelum itu, seluruh tubuh calon mempelai perempuan sudah ditutupi oleh kain kuning tipis sebagai lambang bahwa dirinya telah meninggalkan kehidupan masa lalu, dan telah siap untuk mengawali kehidupan baru bersama pasangan.

wm_article_img
Foto via Gusti Mega - Instagram

Upacara mungkah lawang dilakukan oleh utusan calon mempelai laki-laki yang mengetuk pintu kamar mempelai perempuan. Sambil melantunkan tembang khas Bali, utusan dari pihak laki-laki yang diwakili oleh seorang malat (penyanyi tradisional) mengetuk pintu kamar sebanyak 3 kali. Tembang yang dinyanyikan tersebut berisi pesan bahwa calon mempelai laki-laki telah datang dan meminta izin untuk segera dibukakan pintu.

Tak berselang lama, malat calon mempelai perempuan dari dalam kamar akan menyahut  dengan jawaban bahwa mempelai perempuan telah siap untuk dijemput.  Setelah memperoleh izin dari orang tua calon mempelai perempuan, sang mempelai laki-laki memasuki kamar untuk menggendong calon pasangan yang nantinya akan didudukkan dalam sebuah tandu.

  1. Upacara Mesegehagung (Menyambut Mempelai Perempuan)

Prosesi berikutnya yaitu upacara mesegehagung. Kedua calon mempelai yang telah duduk berdampingan di sebuah tandu akan digiring menuju kediaman mempelai laki-laki. Setelah sampai di dalam kamar calon mempelai laki-laki, keduanya akan turun dari tandu dan menandai prosesi mesegehagung, yaitu penyambutan selamat datang untuk mempelai perempuan.

Ibu dari calon mempelai laki-laki kemudian menghampiri calon menantu dengan berkata bahwa kain kuning yang menyelimuti tubuhnya akan segera dibuka. Kain kuning tersebut selanjutnya akan ditukar dengan uang kepeng satakan (uang khas Bali) yang berjumlah sekitar dua ratus kepeng. 

  1. Upacara Mekala-kalaan atau Madengen-dengen (Menyucikan Diri)

wm_article_img
Foto via NN Tri Maha Gayatri - Instagram

Rangkaian prosesi adat pernikahan khas Bali selanjutnya adalah upacara mekala-kalaan atau madengen-dengen. Upacara mekala-kalaan adalah upacara yang dijalani oleh kedua calon mempelai secara bersamaan untuk membersihkan diri dari aura negatif. Prosesi penyucian diri ini dipimpin oleh seorang pemangku adat yang disebut Balian. Upacara mekala-kalaan memiliki beberapa tahapan prosesi yang masing-masing mengandung makna filosofis bagi kedua calon mempelai dalam menjajaki kehidupan barunya.

  1. Upacara Mewidhi Widana (Penyatuan dan Penyempurnaan Diri)

Usai menyucikan diri pada upacara mekala-kalaan, kedua calon mempelai melanjutkan puncak prosesi pernikahan dalam upacara mewidhi widana. Upacara mewidhi widana yang dipimpin oleh seorang Sulinggih (pendeta) juga menjadi langkah akhir untuk menyempurnakan rangkaian upacara adat yang dijalani sebelumnya. 

Pada prosesi ini, kedua mempelai mengenakan baju kebesaran pengantin untuk kemudian bergerak menuju merajan. Merajan adalah sebuah tempat pemujaan di Bali yang digunakan untuk memohon izin dan restu dari Yang Maha Kuasa.

  1. Upacara Mejauman Ngabe Tipat Bantal (Izin Pamit)

wm_article_img
Foto via instagram/dewasaayu

Setelah resmi disatukan sebagai pasangan suami istri dalam upacara mewidhi widana, kedua pengantin akan melakoni upacara mejauman ngabe tipat bantal. Upacara mejauman ngabe tipat bantal merupakan bentuk permohonan pamit kepada orang tua, keluarga besar, dan leluhur sang pengantin perempuan, bahwa pada saat itu pengantin perempuan telah menjadi bagian dari keluarga besar sang pengantin laki-laki. 

Keluarga dari pihak laki-laki akan mengantarkan pasangan baru ini ke kediaman keluarga pengantin perempuan dengan membawa aneka bingkisan. Bingkisan tersebut antara lain: kue bantal, apem, celorot, kuskus, nagasari, kekupa, beras, gula, kopi, teh, sirih, pinang, dan aneka buah serta lauk pauk khas Bali. 

  1. Tadtadan (Bekal dari Ibu)

Prosesi adat pernikahan Bali berikutnya erat dengan kasih sayang seorang Ibu kepada anak perempuannya. Setelah menjadi bagian dari keluarga besar sang suami, seorang Ibu akan melakukan prosesi tadtadan untuk anak perempuannya. Tadtadan adalah bekal pemberian Ibu yang berisi seperangkat perhiasan dan perlengkapan ibadah. Prosesi tadtadan menjadi simbol harapan untuk sang anak perempuan agar selalu mengingat jasa-jasa seorang Ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya. Perlengkapan ibadah yang juga ada dalam prosesi ini menggambarkan agar sang anak selalu taat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

  1. Upacara Mejaya-jaya (Penutupan)

Rangkaian prosesi pernikahan adat Bali diakhiri dengan upacara mejaya-jaya. Upacara yang dilakukan saat kedua pengantin sah menjadi pasangan suami istri ini melambangkan harapan agar kehidupan pernikahan keduanya bisa selalu diberi kemudahan dan bimbingan oleh Sang Hyang Pramesti Guru

Setelah upacara mejaya-jaya dilangsungkan, sepasang suami istri tidak diperbolehkan keluar atau bepergian dari rumah selama 3 hari berturut-turut. Keduanya diwajibkan berada di dalam rumah untuk melaksanakan kewajiban sebagai pasangan suami istri.

wm_article_img
Foto via instagram/dewasaayu

Seperti itulah rangkaian prosesi pernikahan adat Bali. Walaupun terlihat begitu panjang dan rumit, tiap-tiap tahapan dalam prosesi tersebut tentu menyimpan doa dan makna yang dalam bagi kedua mempelai. Tak hanya itu, prosesi pernikahan ini juga menjadi alasan mengapa Bali dikenal sebagai salah satu daerah yang kaya dan teguh dengan tradisinya.

Selain wujud prosesi yang terus dipertahankan, karakteristik pernikahan adat Bali juga nampak pada busana dan riasan yang dikenakan oleh pengantin. Riasan dan perlengkapan yang ada di dalamnya sarat akan makna filosofis, serupa dengan setiap prosesi adat pernikahannya. Mau tahu bagaimana ulasan lengkap karakteristik busana dan riasan pengantin adat Bali? Tenang saja, WeddingMarket pun telah merangkum semuanya di halaman berikut.

Sedang mencari vendor pernikahan?,
Kunjungi WeddingMarket Fair 2024 dan
temukan ratusan vendor pernikahan terbaik

Article Terkait

Loading...

Article Terbaru

Loading...

Media Sosial

Temukan inspirasi dan vendor pernikahan terbaik di Sosial Media Kami

Loading...