Coba kamu pejamkan mata dan bayangkan sebuah pernikahan adat Bali. Apa yang kamu "lihat"? Pasti yang terbayang adalah alunan gamelan yang ritmis, aroma dupa (pasepan) yang khas, dan warna-warni canang sari (sesajen) di setiap sudut. Lalu, di tengah semua itu, duduk sepasang mempelai mengenakan baju pernikahan Bali. Tapi mereka tidak terlihat seperti "pengantin" pada umumnya. Mereka terlihat... wow.
Sosok mereka berdua dibalut dari kaki sampai kepala dengan kain prada (kain yang dilukis benang emas) yang berkilauan menyilaukan mata. Di atas kepala sang wanita, bertengger sebuah mahkota bunga emas yang menjulang tinggi ke langit. Wajah mereka dirias dengan paes yang bentuknya unik. Mereka tidak kelihatan seperti manusia biasa. Mereka terlihat laksana Dewa dan Dewi dari kahyangan yang sedang turun ke bumi. Selamat datang di dunia pernikahan adat Bali, sebuah prosesi yang bukan cuma soal "sah", tapi soal penyucian diri dan harmoni dengan alam semesta.
Satu hal super penting yang harus kamu tahu: "Baju Pernikahan Bali" itu bukan satu jenis. Tidak seperti Suntiang Padang atau Siger Sunda yang punya satu pakem ikonik. Adat Bali mengenal tiga tingkatan busana (Payas) yang penggunaannya disesuaikan dengan acara, kemampuan, dan tatanan sosial (wangsa atau kasta). Ketiga tingkatan itu adalah Payas Alit (Kecil/Sederhana), Payas Madya (Menengah/Modifikasi), dan puncaknya, sang mahakarya: Payas Agung (Agung/Besar).
Artikel ini bakal ngajak kamu ngintip "lemari pusaka" Pulau Dewata. Kita bakal bedah ketiga tingkatan ini, tapi kita akan fokus menyelami keagungan Payas Agung—salah satu busana adat paling spektakuler dan paling "berat" (secara harfiah dan filosofis) di seluruh Indonesia.
Tri Angga: Filosofi di Balik Tiga Tingkatan Pakaian

Kenapa sih harus ada tiga tingkatan? Karena filosofi Bali itu berakar kuat pada konsep Tri Angga (tiga bagian tubuh: kepala, badan, kaki) atau Tri Hita Karana (tiga penyebab kebahagiaan: harmoni dengan Tuhan, manusia, dan alam). Semuanya punya "level"-nya.
1. Payas Alit (Sederhana):
- Kapan dipake? Ini adalah baju pernikahan Bali "sehari-hari" untuk upacara. Sering dipakai untuk ritual-ritual awal pernikahan, seperti Mepamit (pamitan ke pura leluhur) atau saat upacara potong gigi (Mepandes).
- Kayak gimana? Si wanita pakai kebaya Bali simpel, kamben (kain) biasa, dan rambutnya disanggul sederhana (pusung gonjer). Si pria pakai baju safari, kamben, dan udeng (ikat kepala) biasa. Simpel, sopan, tapi tetap sakral.
2. Payas Madya (Menengah):

- Kapan dipake? Ini adalah busana yang paling sering kamu lihat di resepsi pernikahan Bali modern. Kenapa? Karena ini adalah "jalan tengah".
- Kayak gimana? Ini adalah Payas Agung yang dimodifikasi biar lebih praktis dan modern. Si wanita pakai kebaya brokat atau beludru yang cantik (tidak lagi nunjukkin bahu), tapi mahkota (sanggul) dan hiasan dahinya tetep megah. Si pria juga pakai jas model Beskap yang dipadu udeng dan kamben mewah.
- Ini adalah look "Raja dan Ratu" versi yang lebih comfortable dan "membumi".
3. Payas Agung (Agung/Besar):
- Kapan dipake? Inilah busana inti untuk upacara puncak pernikahan (Mekala-kalaan). Ini adalah busana penobatan.
- Asal-usul: Dulu, Payas Agung ini hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan atau kasta Tri Wangsa (Brahmana, Ksatria). Tapi sekarang, rakyat biasa (Sudra) juga boleh memakainya, asalkan mereka melakukan upacara "penyucian" atau "peningkatan status" sementara.
- Kayak gimana? Inilah yang akan kita bedah. Ini adalah look "Dewa dan Dewi" yang sesungguhnya.
Sang Dewi: Membedah Payas Agung Wanita (Predana)

Inilah mahakarya utamanya baju pernikahan Bali. Merias Payas Agung untuk si Predana (mempelai wanita) adalah sebuah ritual yang bisa makan waktu berjam-jam.
1. Sanggul Agung: Mahkota Bunga Emas yang Menjulang
Ini adalah bintangnya. Sanggul pengantin Bali itu bukan sanggul biasa. Itu adalah sebuah struktur menara yang dibangun di atas kepala.
- Isinya Apa? Sanggul ini dibentuk dari rambut asli dan rambut palsu, lalu dihiasi dengan puluhan (bahkan ratusan) tusuk bunga.
- Bunga Asli & Emas: Bunganya adalah campuran. Ada Bungan Sandat (Bunga Sandat) dan Bunga Cempaka (Kuning dan Putih) yang asli (biar wangi). Tapi yang bikin dia megah adalah Bunga Sandat yang berlapis emas atau perak.
- Bentuk Menara: Sanggul ini menjulang tinggi ke atas, sebagai simbol penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan leluhur.
2. Petitis dan Paes Srinata: Lukisan di Dahi
Tepat di bawah sanggul, di dahi, ada dua elemen penting dari baju pernikahan Bali.
- Petitis (atau Bunga Kap): Ini adalah hiasan emas berukir yang bentuknya seperti "mahkota kecil" yang nempel di dahi. Fungsinya sebagai "penahan" sanggul secara visual.
- Paes atau Srinata: Ini dia paes-nya orang Bali. Beda sama Jawa yang hitam legam, Srinata itu bentuknya seperti api (lamak) atau daun sirih yang melengkung di tengah dahi, di antara kedua alis.
- Warna: Warnanya bisa putih, merah, atau hitam, tergantung wangsa (kasta).
- Fokus: Tujuannya adalah untuk "menajamkan" dan "membuka" mata batin si pengantin.
3. Busana Prada: Kain Emas yang Gemerlap


Secara tradisional, Payas Agung pada baju pernikahan Bali tidak memakai kebaya.
- Bahu Terbuka: Bagian bahu dan lengan atas dibiarkan terbuka. Tapi tidak "polos", area itu akan dibaluri lulur kuning (boreh) yang wangi. Ini adalah simbol kesucian dan kemurnian, bukan vulgar.
- Kain (Kamben) Prada: Ini dia bajunya. Si pengantin dililit (tapih) dengan kain songket atau kain katun yang udah dilukis benang emas (ini yang disebut Prada). Kain prada ini kaku, berat, dan berkilauan luar biasa.
- Sabuk Prada (Senteng): Sebuah kain prada yang panjangnya bisa belasan meter dililitkan berulang-ulang di pinggang dan pinggul. Ini simbol "mengikat" hawa nafsu dan siap untuk kehidupan berumah tangga. Lilitannya harus kencang banget!
4. Aksesori: Kilau Emas di Sekujur Tubuh
- Badong: Kalung besar yang menutupi leher dan dada.
- Gelang Kana: Gelang berukir yang dipakai di lengan atas (dekat ketiak).
- Subeng: Anting-anting emas yang besar dan berdesain rumit.
Sang Dewa: Membedah Payas Agung Pria (Purusa)

Sang Purusa (mempelai pria) tampil sebagai pendamping yang sepadan dengan baju pernikahan Bali, gagah laksana Dewa Siwa.
1. Destar (Udeng) yang Agung
Dia tidak pakai blangkon atau bendo. Ikat kepalanya disebut Destar.
- Bentuk: Ini bukan udeng biasa yang kamu lihat dipakai turis. Ini adalah Destar dari kain prada yang kaku, dibentuk asimetris dan menjulang tinggi ke atas, kadang miring ke satu sisi.
- Filosofi: Arahnya yang menjulang ke atas adalah simbol pemikiran yang luhur, fokus pada Tuhan.
- Hiasan: Destar ini juga dihiasi dengan Bungan Sandat emas dan bunga asli.
2. Busana Sang Raja
Sama seperti si wanita, si pria juga "berpakaian" kain prada sesuai baju pernikahan Bali.
Kamben Prada: Kain prada yang dililit sebagai bawahan.
Saput: Kain kedua (biasanya Songket atau Prada dengan motif beda) yang dililitkan di luar kamben, dari pinggang sampai sebatas paha. Ini adalah simbol "lapisan" wibawa.
Umpal: Sehelai selendang panjang yang diikat di pinggang sebagai "kunci" dari semua lilitan kain.
3. Aksesori: Keris dan Badong
Keris: Wajib! Sebuah keris (kadutan) diselipkan di pinggang bagian belakang. Ini adalah simbol purusa (kejantanan), keberanian, dan statusnya sebagai ksatria pelindung keluarga.
Badong: Sama seperti si wanita, dia juga pakai kalung Badong yang megah.
Payas Agung di Era Hijab dan Resepsi

"Oke, itu kan tradisional banget. Kalo aku berhijab gimana? Kalo aku tidak mau bahuku kebuka gimana?" Di sinilah Payas Madya (Menengah) lahir sebagai solusi.
Modifikasi (Madya): Pengantin modern (termasuk yang non-Hindu) yang pengen look Bali tapi lebih sopan, akan memilih Payas Madya. Mereka pakai kebaya modern (biasanya brokat full-payet warna emas atau putih) buat nutupin bahu. Tapi, mahkota sanggul agung-nya tetep dipakai. Ini win-win solution.
Payas Agung Hijab: Ini juga tantangan yang seru buat MUA!
- Caranya: Si pengantin pakai ciput ninja. Lalu, Petitis (mahkota dahi) dipasang di luar ciput.
- Sanggul Ajaib: Si Pemaes akan membangun menara sanggul agung (bunga emas dan bunga asli) di atas hijab si pengantin.
- Busana: Pengantin akan pakai kebaya lengan panjang (biasanya bahan Songket atau Prada yang dijahit jadi kebaya), baru dililit Sabuk Prada di luarnya.
- Hasilnya: Sebuah look fusi yang luar biasa. Auranya tetep Bali banget, tapi auratnya tertutup sempurna.
Pakaian Suci untuk Penyatuan Suci
Busana pengantin adat Bali, baju pernikahan Bali, itu lebih dari sekadar baju. Itu adalah busana upakara (pakaian untuk ritual). Payas Agung adalah sebuah pernyataan bahwa pernikahan itu adalah Yadnya (pengorbanan suci). Beban berat di kepala dan lilitan kencang di pinggang adalah pengingat fisik bahwa hidup berumah tangga itu butuh kesabaran, kekuatan, dan "ikatan" komitmen yang luar biasa.
Tidak heran kalo kita yang melihatnya ikut merinding. Karena saat sepasang pengantin Bali mengenakan Payas Agung, mereka tidak cuma pamer kemegahan. Mereka sedang menjalankan ritual suci, berubah wujud menjadi simbol Dewa dan Dewi, sebagai harapan agar pernikahan mereka selalu dinaungi restu dan keharmonisan dari alam semesta.
Jika kamu sedang merencanakan pernikahan dengan sentuhan adat atau nuansa tradisional-modern seperti Bali, temukan inspirasi lengkapnya di WeddingMarket. Jelajahi ratusan vendor busana pengantin, dekorasi, hingga perhiasan yang siap mewujudkan hari bahagiamu jadi selembut doa dan seindah budaya Indonesia.
Cover | Fotografi: Visual.can via Moist Decor