Kata pepatah, cinta itu buta. Cinta membuat manusia tak kenal suku, status, dan usia menikah. Pokoknya, kalau sudah falling love, dari mana pun asal kotanya, masih single atau pernah menikah, dan berapa pun usianya, tentu tak masalah.
Well, bicara soal perbedaan usia antara pasangan, tiga tahun dinilai sebagai rentang yang terbaik karena cenderung memiliki tujuan dan perspektif hidup yang sama. Satu sama lain pun berkembang di zaman yang tak terlalu berbeda sehingga lebih mudah dalam berkomunikasi. Nah, lalu bagaimana dengan pasangan gap year atau pasangan dengan rentang usia lebih panjang? Bisakah saling membahagiakan dan bersama?
Tenang, ada banyak contoh yang membuktikan bahwa usia bukan penghalang untuk menikah, sebut saja seperti Nick Jonas yang sepuluh tahun lebih muda dari sang istri, Priyanka Chopra. Atau, kamu bisa melihat pasangan Ryan Reynold dan Blake Lively yang berbeda sebelas tahun. Mereka semua bahagia dengan perbedaan usianya.
Jika kamu tengah ada pada hubungan seperti ini, coba renungkan dan lakukan 5 tips hubungan beda usia yang telah disusun oleh tim WeddingMarket di bawah ini. Tentu saja, demi pernikahan beda usia yang tetap romantis dan minim drama!
Terbuka terhadap harapan satu sama lain
Meskipun menjalin dalam hubungan yang sama, kamu dan pasangan tentu memiliki harapan yang berbeda. Misalnya kamu tetap ingin didukung dalam karier sambil melanjutkan pendidikan setelah menikah, sementara pasanganmu mencari sosok yang bisa menemaninya, merawat, dan menetap di sisinya.
Sementara itu, kamu dan dia tentu memiliki harapan besar supaya saling mengerti dan maklum. Tetapi, jika tak jujur bagaimana bisa ada pengertian di sana? Toh dalam sebuah hubungan, terbuka adalah kunci utama. Jadi, luangkan waktu untuk bicara, duduk berhadapan, lalu bicara dari hati ke hati soal apa rencana di tahun-tahun yang akan datang.
Diskusikan soal apa harapan masing-masing, saling jujur soal alasan di baliknya, sampai kemudian menciptakan solusi yang bisa diterima oleh kamu dan pasangan tanpa ada rasa terpaksa. Kamu dan pasangan tidak hanya akan hidup bersama selama sehari sampai seminggu, tapi bertahun-tahun berikutnya, loh. Jadi sangat perlu memastikan rencana bersama untuk seterusnya supaya memiliki hubungan yang kuat.
Saling menerima perbedaan
Satu hal yang pasti terjadi ketika kamu menikah usia muda, tetapi dengan seseorang yang rentang usianya jauh adalah merasakan banyak perbedaan. Waktu pacaran mungkin kamu tak masalah untuk ikut mendengarkan lagu Michael Learns to Rock kesukaannya, padahal selera lagumu adalah One Direction. Namun, perbedaan setelah menikah yang akan dirasakan akan lebih dari sekadar lagu.
Sebut saja saat pasanganmu dengan mudahnya melewati jenjang karir dengan signifikan, lengkap dengan pendapatan yang tinggi. Sementara itu kamu jangankan punya posisi mentereng di perusahaan, justru masih berusaha merangkak naik.
Alih-alih berusaha menyamakan gaya hidupnya, terima perbedaan yang ada di antara kalian, pun jangan memaksa pasanganmu untuk memiliki gaya hidupmu. Minta dia untuk menjadi pendukungmu dan dukung juga pasangan semampumu. Perbedaan yang dikelola dengan baik bisa menjadi kekuatan bagi hubungan yang dijalin.
Tetap melaksanakan peran dengan baik
Ingat selalu bahwa dalam hubungan tersebut kamu memiliki peran. Sekalipun saat usia menikah kamu lebih muda tapi peranmu adalah kepala keluarga, maka jadilah seorang kepala keluarga yang bersahaja bukannya yang mau selalu dimanja. Atau jika peranmu adalah istri tapi memiliki pekerjaan, maka ingatlah suami dengan usia lebih tua mungkin membutuhkan perawatan yang ekstra.
Ini adalah waktu di mana kamu harus belajar menekan keegoisan. Apalagi telah memutuskan untuk menikah, maka peran utama di rumah harus tetap dijalankan dengan baik dan menikmatinya.
Memahami kalau kedewasaan itu relatif
Menurut undang-undang yang berlaku di Indonesia, usia ideal menikah pria dan wanita yaitu usia 19 tahun. Namun, seperti yang kamu tahu bahwa kedewasaan secara psikologi seseorang tidak bisa ditentukan dengan usia. Makanya ketika kamu menikah dengan yang lebih tua atau lebih muda, jangan pernah memandang pasangan dari umurnya, tapi pandang dia sebagai manusia dewasa.
Misalnya ketika pasanganmu kurang paham soal gadget atau teknologi terbaru. Hindari berpikir "ah karena sudah berumur dia jadi kurang paham, nih" atau "susah banget buat belajar, maklum sih masih labil" dan sebagainya. Tidak perlu memperjelas soal gap year antara kamu dan pasangan karena bisa melukai perasaannya.
Begitupun soal sifat atau tingkah laku pasangan. Hanya karena ia lebih tua lalu kamu mengira ia tak bisa manja dan sebaliknya jika pasangan lebih muda, bukan berarti ia childish dan tak bisa ambil keputusan sendiri.
Tetap jadi dirimu sendiri dan ciptakan ruang privasi
Trik hubungan harmonis ini sejatinya bukan hanya untuk pasangan dengan pernikahan beda usia saja, tapi siapa saja. Apalagi kalau bukan tetap menjadi diri sendiri dan menciptakan ruang privasi. Sangat penting memiliki keseimbangan antara kehidupan rumah tangga dengan kehidupan pribadi.
Contohnya seperti tetap keep in touch dengan sahabat, punya me time yang berkualitas, atau berbagai kegiatan lain yang dilakukan tanpa pasangan. Bukan tanda tak sayang, justru melakukan beberapa kegiatan di luar rumah akan membantu kamu tetap memiliki sifat sebagai individu yang berupaya tetap mandiri. Selain itu, ruang juga membuat siapa pun bisa memahami keinginan, kebutuhan, dan emosi yang dirasakan.
Jangan mudah tergiring stigma hanya karena usia menikah kamu dan pasangan yang berbeda daripada pasangan kebanyakan. Jalani apa pun yang membuatmu bahagia tanpa harus banyak mendengarkan orang lain. Ingat, usia bukan barometer kematangan, keberhasilan, dan kesiapan mental. Semangat menjalani hari-harimu, ya!