Mengadakan pernikahan menggunakan konsep adat memberikan kebanggaan tersendiri bagi kedua pasangan pengantin. Pernikahan adat juga memberikan kenangan timeless yang tidak termakan oleh zaman. Sampai kapanpun, pernikahan dapat memberi kenangan indah. Karena, pernikahan adat tidak akan berubah, semua aturan dan tata caranya akan tetap sama sampai kapanpun.
Menikah dengan konsep adat juga salah satu cara untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada banyak orang. Selain itu, secara tidak langsung kedua pasangan ikut melestarikan budaya Indonesia yang mungkin hampir dilupakan. Bukankah tugas melestarikan kebudayaan merupakan kewajiban semua warga negara?
Pasangan yang melakukan pernikahan adat tidak akan menyesal sama sekali. Konsep pernikahan adat memiliki keunikan tersendiri. Setiap prosesi pernikahan sangat menarik walaupun melelahkan. Karena, biasanya prosesi pernikahan adat berlangsung hingga berhari-hari.
Salah satu daerah yang masih kental dengan ritual adatnya adalah Sulawesi Selatan. Masyarakatnya masih sangat menjaga setiap ritual adat mereka, salah satunya pernikahan. Ritual pernikahan adat Bugis digadang-gadang sebagai acara yang mahal, karena mempelai pria harus memberikan mahar berupa emas dan uang panai ke pengantin wanitanya.
Tidak hanya itu, setiap prosesinya juga membutuhkan dana fantastis dan melibatkan seluruh keluarga kedua mempelai. Meskipun begitu, kemewahan pernikahan adat Bugis dilangsungkan untuk meminta restu pada Tuhan, sebagai bentuk hormat kepada kedua orang tua, dan menunjukkan rasa syukur.
Sebelum memilih konsep adat Bugis, kamu dan pasangan harus mengetahui apa-apa saja prosesi pernikahan yang nantinya harus dilalui. Benarkah menikah dengan adat Bugis akan memakan dana yang lebih mahal dibandingkan pernikahan lainnya?
Mengenal prosesi pernikahan adat Bugis
Terdapat 12 prosesi pernikahan yang harus dilalui oleh kedua pengantin setelah memilih untuk menggunakan konsep adat Bugis. Bagaimana jalannya prosesi pernikahan adat Bugis? Yuk, sama-sama mengenal apa saja prosesi pernikahan mulai dari perkenalan sampai resepsi.
Mammanu’ – manu’
Setiap pernikahan adat pasti melalui proses perkenalan antara kedua mempelai sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah. Pengantin adat Bugis juga tidak melewatkan proses tersebut. Setelah mempelai pria mantab memilih wanita yang ingin dinikahinya, seorang perempuan dari keluarganya akan mencari tahu seluk beluk calon istrinya.
Apabila wanita tersebut belum dipinang, calon mempelai pria akan membawa keluarganya untuk meminta izin menikah kepada kedua orang tuanya. Di prosesi mammanu’-manu’, kedua keluarga akan membahas uang panai dan mahar yang tepat untuk meminang anak gadisnya.
Namun, pembahasan ini dilakukan setelah calon pengantin wanita menerima lamaran pria tersebut.
Mappetuada
Setelah mahar dan pinai sesuai, kedua calon mempelai serta keluarga mengumumkan kabar baik tersebut. Mulai dari tanggal pernikahan, mahar, dan keperluan nikah lainnya. Proses mappetuada merupakan acara meresmikan pinangan pria ke kepada wanitanya dengan mengirimkan hantaran berupa perhiasan.
Mappasau Botting & Cemme Pasih
Mappasau botting berarti merawat pengantin adat Bugis. Dilakukan selama tiga hari berturut-turut sebelum pernikahan dilangsungkan. Selama waktu tersebut, kedua pengantin akan melakukan mandi uap dan menggunakan bedak hitam yang terbuat dari asam jawa serta jeruk nipis.
Prosesi ditutup dengan cemme pasih yang merupakan mandi tolak bala untuk meminta perlindungan agar kedua calon pengantin terhindar dari segala bahaya selama menjalankan proses pernikahan hingga hidup berumah tangga. Di proses ini juga, calon mempelai menyebarkan undangannya kepada sanak saudara, sahabat, dan lainnya.
Mappanre Temme dan Mappaci
Terdapat ritual khataman Al-Qur’an pada sore hari sebelum hari pernikahan. Ritual ini sebagai permohonan doa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar pernikahan nantinya berjalan dengan lancar. Selama mappanre temme ini, setiap tamu yang ikut melakukan ritual disuguhkan kue-kue tradisional Bugis.
Selanjutnya, prosesi mappaci-pun dimulai. Rangkaian kegiatan mappaci merupakan proses memberikan daun pacar kepada calon mempelai sebagai doa restu. Uniknya, jumlah orang-orang yang diundang untuk memberikan daun pacar disesuaikan dengan status sosial kedua calon mempelai.
Biasanya, pasangan dengan pernikahan bahagia yang akan mengikuti kegiatan mapacci dengan harapan kebahagiaan tersebut bisa mengikuti rumah tangga calon pengantin. Selama mappaci, dibutuhkan perlengkapan seperti sarung tujuh susun, daun pisang, rokok, jagung kering, dan tentu saja daun pacar yang sudah ditumbuk halus.
Mappasili atau Tudammpenni
Sebagai doa tolak bala untuk membersihkan calon pengantin lahir dan batin, dilakukan proses siraman yang disebut mappasili. Proses siraman menggunakan air dari tujuh mata air yang berisi tujuh macam bunga dan koin di dalamnya.
Mappasili dalam pernikahan adat Bugis juga memiliki keunikan. Siraman tidak hanya dilakukan oleh mempelai wanita, tetapi juga saudara dan sepupunya. Keluarga yang wanita dari calon mempelai menjalani proses siraman sebagai doa agar mereka mudah mendapatkan jodoh dan segera menikah.
Setelah siraman selesai, koin didalam air akan diperebutkan dan diberikan kepada anaknya yang belum menikah. Orang Bugis percaya, anak mereka bisa mudah mendapatkan jodoh setelah mendapatkan koin tersebut.
Mappenre Botting
Rangkaian acara pernikahan dimulai dari proses mappenre botting. Prosesi ini mengantarkan mempelai pria ke rumah wanitanya. Namun, tanpa diikuti kedua orangtuanya. Mempelai pria akan diantarkan oleh inang pengantin (indo botting) dan pendamping mempelai (passepsi).
Maddupa Botting
Kehadiran mempelai pria akan disambut oleh pengantin wanita. Penyambutan dilakukan oleh dua orang remaja, satu laki-laki dan perempuan. Kemudian, disambut juga oleh dua wanita yang sudah menikah (pakkusu-kusu), pria dan wanita setengah baya sebagai perwakilan dari keluarga mempelai wanita, dan satu orang wanita penebar wenno.
Mappasikarawa
Begitu kedua mempelai berada di tempat pernikahan, akad nikah dapat segera dilaksanakan. Setelah mereka resmi menjadi sepasang suami dan istri, mempelai pria akan dituntun untuk masuk ke kamar istrinya. Pertemuan kedua pasangan baru tersebut untuk melakukan sentuhan pertama dinamakan mappasikarawa.
Sentuhan pertama biasanya dilakukan di pundak sebagai lambang hubungan sejajar antara keduanya. Kemudian, sentuhan ke ubun-ubun, perut, atau dada. Mappasikarawa diakhiri dengan pemakaian sarung. Kedua pasangan akan dijahit di dalam satu sarung. Prosesi ini merupakan doa agar mereka bisa terus bersatu dan dilanjutkan dengan sungkeman dengan kedua orang tua serta keluarga yang dituakan.
Mapparola
Rangkaian acara hari pernikahan pengantin adat Bugis diakhiri dengan mapparola. Pengantin wanita mengunjungi kediaman suaminya dengan membawa seserahan berupa barang pribadi dan kue tradisional Bugis. Mapparola ini merupakan salah satu momen paling penting sebagai tanda pengantin wanita telah diterima baik di keluarga suaminya.
Ia akan melakukan sungkem kepada keluarga suami yang dituakan dan kedua mertuanya. Setelah selesai, pengantin baru tersebut kembali ke rumah mempelai wanita.
Mallukka Botting
Setelah resmi menikah, prosesi malukka botting akan dilakukan. Kedua pengantin akan melepas busana mereka. Pengantin pria mengenakan celana panjang hitam, kemeja putih, dan kopiah. Sedangkan istrinya mengenakan rok atau celana panjang, kebaya, dan hijab. Tujuh lembar kain sutra akan dililitkan ke tubuh mempelai pria dan kemudian dilepas satu persatu.
Ziarah
Sabar, acara pernikahan memang sudah selesai, tetapi masih ada rangkaian kegiatan lain yang harus kamu dan pasangan lakukan. Sehari setelah pernikahan, kedua pengantin baru ziarah ke makam leluhur bersama keluarganya sebagai bentuk rasa syukur serta penghormatan karena acara sakral tersebut berjalan dengan lancar.
Massita Beseng
Seluruh prosesi dari mulai persiapan pernikahan selesai di massita beseng. Kedua keluarga akan bertemu di rumah mempelai wanita untuk membangun silaturahmi.
Itulah seluruh prosesi pernikahan adat Bugis yang harus dilalui oleh kedua pengantin nantinya. Lalu, bagian mana yang memerlukan dana paling banyak?
Ternyata, mahalnya biaya pernikahan pengantin adat Bugis bukan hanya karena prosesi yang panjang saja. Uang panai yang diberikan pada mempelai wanita kabarnya merupakan salah satu faktornya. Pernikahan adat Bugis menjadi lebih mahal karena mempelai pria harus mengeluarkan uang panai yang tidak main-main, loh.
Ups, jangan kaget dulu. Uang panai yang jumlahnya fantastis ini bukan tanpa sebab. Uang panai pada suku Bugis ditentukan oleh status pendidikan dan keturunan wanitanya. Besarnya uang panai ini sebagai bentuk penghargaan pada status mempelai wanita.
Mengapa? Karena, pendidikan dan keturunan wanita juga akan berpengaruh besar pada kehidupan rumah tangga. Bagi calon pengantin wanita yang menempuh pendidikan hanya sampai SMA, seorang pria setidaknya harus menyiapkan uang sekitar Rp50 juga. Wow! Nominal ini hanya untuk uang panai saja.
Jika calon pengantin wanita bergelar sarjana, uang yang harus disiapkan tiga kali lipat! Jangan tanya bagaimana jika wanita yang ingin dipinang memiliki keturunan darah biru atau bangsawan. Sudah bisa dibayangkan besaran uang panai yang harus disiapkan. Eits, jangan nyerah dulu, dong. Uang panai ini masih bisa dibicarakan, kok, dengan keluarga calon mempelai.
Namun, tidak bisa dipastikan berhasil, ya. Mengingat uang panai memiliki makna sebagai penghargaan dan penghormatan pada wanita. Namun, uang panai ini akan menjadi pendorong agar seorang pria lebih semangat untuk bekerja keras agar bisa memenuhi syarat untuk menikahi wanita yang dicintainya.
Sudah siap meminang orang Bugis? Atau sudah siap menerima pinangan pria yang kamu cintai dan menikah dengan konsep adat Bugis? Kalau sudah siap, yuk, percayakan konsep pernikahan kamu ke WeddingMarket!