Pilih Kategori Artikel

9 Mitos Pernikahan Adat Jawa, dari Weton hingga Letak Rumah
Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 10-12 Januari 2025
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Indonesia memiliki ragam budaya yang menarik. Keragaman budaya ini bisa ditemui di banyak hal, mulai dari manusia lahir hingga meninggal. Salah satunya adalah ketika ada yang akan menikah. Di beberapa kebudayaan di Indonesia, ada beberapa tradisi yang harus diikuti atau justru beberapa hal yang harus dihindari. 

Salah satu adat yang kental dengan hal ini adalah adat Jawa. Banyak yang mempercayai mitos seputar pernikahan yang wajib dilakukan atau justru dihindari jika ingin acara pernikahan berjalan dengan lancar dan kehidupan rumah tangga diliputi dengan keberkahan.

Walaupun sudah terjadi modernisasi di berbagai bidang juga, nyatanya masih banyak yang mempercayai berbagai mitos ini. Bahkan, ada orang yang rela menggagalkan pernikahan karena menurut tradisi ada perhitungan yang tidak cocok. 

Lalu, apa saja macam-macam mitos pernikahan Jawa yang sudah ada sejak lama tersebut? Simak penjelasan selengkapnya, yuk!

1. Pernikahan anak pertama dan ketiga

wm_article_img
Foto via Sista Wedding

Jika sekarang lebih banyak anak muda yang mempertimbangkan posisi anak ke berapa dalam pernikahan karena watak, ternyata di tradisi Jawa hal ini dilakukan untuk menghindari nasib buruk. Banyak yang mempercayai mitos tentang lusan atau jilu. Lusan adalah telu (tiga) dan pisan (satu), sementara jilu adalah siji (satu) dan telu (tiga). Pernikahan anak pertama dan anak ketiga dipercaya akan membawa kesialan sehingga hal ini banyak dihindari. Kesialan ini bisa berupa rumah tangga yang tidak rukun, rezeki yang sulit, bahkan hingga kematian.

Sebenarnya, jika dirunut lagi alasannya tidak jauh berbeda dengan alasan yang dipakai saat ini, yaitu mengenai watak yang biasanya berbeda. Jika tidak mampu mengatasi perbedaan-perbedaan yang muncul, bukan tak mungkin jika terjadi permasalahan yang akan lebih sulit diselesaikan. Apalagi, jika keduanya memiliki sifat yang cenderung keras kepala.

2. Pantangan menikah ngalor ngulon

wm_article_img
Foto via Redberry Wedding

Hal yang satu ini mungkin dirasa tidak masuk akal, tapi banyak pula yang mempercayainya. Posisi rumah pengantin menjadi salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam adat Jawa. Posisi yang harus dihindari adalah ngalor ngulon atau utara barat. Jika nekat, orang-orang percaya bahwa kehidupan rumah tangga kelak akan mendapatkan keburukan. Salah satunya adalah pengantin, anak, atau keluarga akan mengalami sakit-sakitan.

Konon kepercayaan ini sudah dipercaya sejak zaman Majapahit dan diwariskan secara turun-temurun. Bahkan, hingga saat ini masih banyak orang yang mempercayainya.

3. Hitungan weton yang tidak cocok

wm_article_img
Foto via Beblooms Wedding

Menafsirkan sesuatu berdasarkan tanggal lahir telah menjadi tradisi bagi beberapa adat. Mulai dari zodiac, shio, hingga weton, semuanya masih banyak dipercaya. Perhitungan weton ini banyak dipercaya oleh orang Jawa, salah satunya adalah untuk memperhitungkan pernikahan dan kehidupan rumah tangga. 

Bedanya adalah tradisi Jawa memiliki nama hari lain selain Senin hingga Minggu, yaitu Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing. Setiap hari ini akan memiliki angkanya sendiri yang nantinya dijumlahkan. Dari jumlah tersebut akan ada pedoman melalui primbon untuk menunjukkan apakah pasangan ini benar-benar cocok dan berjodoh atau akan memiliki tantangan tertentu ke depannya. Tak jarang perhitungan ini dijadikan dasar yang sangat penting hingga jika hasilnya tidak cocok, pernikahan bisa saja dibatalkan.

4. Dalam satu keluarga tidak boleh menikah di tahun yang sama

wm_article_img
Foto via The Sasongko Wedding Organizer

Dalam satu keluarga yang anaknya ada lebih dari satu dan memiliki usia yang tidak terpaut jauh, mitos ini biasanya akan diingat. Walaupun semua anak sudah sama-sama siap menikah, biasanya pernikahan akan diberi jeda supaya tidak berada di tahun yang sama. Pernikahan yang digelar di tahun yang sama juga dipercaya akan mendatangkan keburukan.

Namun, sebenarnya hal ini bisa saja dipikirkan dengan logika. Ketika sebuah keluarga menjalankan pernikahan selama dua kali dalam satu tahun, akan ada banyak biaya yang dikeluarkan. Belum lagi persiapan yang sering kali menguras energi, bukan hanya pengantin saja, tapi juga orang tua dan keluarga. Tak heran, mitos ini juga banyak yang percaya.

5. Menikah di Bulan Suro

wm_article_img
Foto via Alamanda Indonesia

Biasanya akan ada momen-momen tertentu di mana orang-orang akan berbondong-bondong untuk menikah. Selain di akhir pekan atau hari libur, para calon pengantin biasanya mengambil hari-hari baik, seperti di bulan Syawal. Selain ada bulan yang baik, ternyata di kebudayaan Jawa, ada juga yang mempercayai adanya bulan buruk untuk menggelar pernikahan, yaitu di bulan Suro. 

Banyak orang yang percaya bahwa di bulan ini akan ada banyak setan yang berkeliaran. Banyak orang yang memilih untuk berdiam di rumah daripada harus keluar, apalagi menyelenggarakan acara seperti pernikahan.

6. Kebo balik kandang

wm_article_img
Foto via Callalily Wedding Organizer

Asal-usul seseorang selalu menjadi sebuah hal yang harus dipertimbangkan saat menentukan pasangan di adat Jawa. Bukan cuma seperti apa orang tua dan keluarganya, tapi juga dari mana asal rumahnya. Jika pasangan merupakan seseorang yang berasal dari kampung atau kota yang sama dengan ayah atau ibu dari calon pengantin perempuan, hal ini disebut dengan kebo balik kandang.

Kebo balik kandang atau kerbau yang kembali ke kandang merupakan istilah untuk menggambarkan keadaan tersebut. Jika hal ini terjadi, pernikahan dipercaya tidak boleh dilanjutkan karena berbagai kemungkinan buruk yang mungkin akan terjadi, mulai dari rumah tangga yang tidak harmonis hingga permasalahan yang akan terjadi, seperti masalah ekonomi.

7. Posisi rumah berhadapan

wm_article_img
Foto via Swasana Wedding

Seperti yang kita tahu jodoh bisa datang darimana saja, termasuk yang terdekat. Ada besar kemungkinan seseorang menikah dengan tetangga yang rumahnya tidak jauh . Namun, ada juga mitos lain terkait dengan posisi rumah calon pengantin. Posisi yang dilarang untuk menikah adalah posisi rumah yang berhadapan. 

Jika ingin mengatasi hal ini, posisi rumah harus diubah menghadap ke posisi lain. Jika tidak, calon pengantin harus rela pindah ke rumah kerabat. Dengan melakukan hal tersebut, calon pengantin baru bisa melanjutkan untuk melangsungkan pernikahan.

8. Siji jejer telu

wm_article_img
Foto via Omah Pakem

Ternyata anak pertama menikah dengan anak ketiga bukan satu-satunya yang dilarang. Ada juga istilah siji jejer telu, yaitu sebuah kondisi di mana kedua calon pengantin adalah anak pertama. Bukan hanya itu saja, salah satu dari orang tua juga merupakan anak pertama. Hal ini dinilai tidak baik dan dipercaya kemungkinan akan mendatangkan hal buruk bahkan malapetaka nantinya.

9. Rumah pasangan berada dekat dengan saudara ipar

wm_article_img
Fotografi: Polar Photography

Mungkin saudaramu menjadi salah satu orang yang berjasa atas pertemuanmu dan pasangan karena mereka bertetangga. Namun, ada hal yang harus dipikirkan kembali jika kamu tinggal dengan tradisi Jawa yang kuat. Pasalnya, menikahi pasangan yang memiliki tempat tinggal dekat dengan saudara ipar ternyata juga dinilai tidak baik. Konon, jika nekat dilaksanakan, akan ada kabar buruk berupa salah satu orang tua yang meninggal dunia.

Beberapa mitos pernikahan Jawa tersebut ada yang masih dipercaya oleh beberapa orang. Namun, seiring perkembangan zaman banyak juga yang tak terlalu mempercayainya lagi. Semuanya kembali lagi pada masing-masing.

Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 10-12 Januari 2025
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Article Terkait

Loading...

Article Terbaru

Loading...

Media Sosial

Temukan inspirasi dan vendor pernikahan terbaik di Sosial Media Kami

Loading...