Pilih Kategori Artikel

Menikah Setelah 10 Tahun Pacaran seperti Kim Woo-bin-Sin Min-ah? Ini yang Harus Kamu Tahu!
Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 16 -18 Januari 2026
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Kabar bahagia datang dari dunia entertainment Korea. Couple aktor dan aktris kesayangan kita akhirnya menikah! Ya, Kim Woo-bin dan Shin Min-ah baru saja melangsungkan pernikahan pada 20 Desember 2025 di Dynasty Hall of The Shilla Seoul. Pernikahan ini menjadi kabar bahagia bagi banyak penggemar karena mereka akhirnya mengikat janji suci setelah 10 tahun berpacaran. Waktu yang tidak sebentar bagi sebagian orang hingga menimbulkan pertanyaan apa alasan sebenarnya orang memilih pacaran berlama-lama.

Banyak juga pasangan yang sudah menjalin hubungan dalam waktu lama yang memiliki ekspektasi tertentu ketika akhirnya menikah nanti. Namun, apakah realitanya akan sama? Untuk mengetahui seputar pacaran lama ini, berikut adalah penjelasan selengkapnya.

Alasan baru menikah setelah pacaran lama

wm_article_img
Foto via Soyoo Bridal

Ada banyak orang yang bertanya-tanya kenapa beberapa pasangan masih belum memutuskan untuk menikah padahal sudah pacaran dalam waktu yang lama. Berikut ini mungkin beberapa alasannya.

1. Ingin benar-benar mengenal karakter pasangan secara utuh

Pacaran dalam jangka waktu yang lama biasanya dilakukan karena pasangan ingin melihat karakter satu sama lain dalam berbagai fase hidup, bukan hanya saat masa manis di awal hubungan. Dengan waktu yang panjang, seseorang bisa melihat bagaimana pasangannya bersikap ketika sedang stres, gagal, kehilangan orang terdekat, menghadapi konflik keluarga, atau berada di titik terendah dalam hidupnya. Hal-hal ini tidak selalu muncul ketika pacaran dalam waktu singkat. 

Banyak pasangan merasa bahwa pernikahan adalah komitmen seumur hidup sehingga mereka ingin memastikan bahwa karakter dasar pasangannya, seperti kejujuran, tanggung jawab, cara mengelola emosi, dan nilai hidup benar-benar selaras sebelum mengambil keputusan besar tersebut.

2. Menunggu kesiapan mental dan emosional

Tidak semua orang siap menikah meskipun sudah memiliki hubungan yang lama. Kesiapan mental dan emosional sering kali menjadi faktor utama mengapa pernikahan ditunda. Beberapa orang membutuhkan waktu untuk belajar mengelola ego, emosi, trauma masa lalu, atau pola komunikasi yang kurang sehat. Pacaran jangka panjang memberi ruang untuk bertumbuh, belajar berdiskusi tanpa meledak-ledak, memahami cara menyelesaikan konflik dengan dewasa, dan membangun kematangan emosional. Banyak pasangan yang sadar bahwa menikah tanpa kesiapan mental justru berisiko menimbulkan konflik yang lebih besar di kemudian hari.

3. Fokus pada pendidikan dan karier

Alasan yang sangat umum adalah prioritas pada pendidikan dan karier. Banyak pasangan sepakat menunda pernikahan karena masih menyelesaikan kuliah, pendidikan lanjutan, atau sedang membangun karier dari nol. Mereka ingin menikah dalam kondisi yang lebih stabil, baik secara finansial maupun profesional. Pacaran bertahun-tahun menjadi fase saling mendukung, di mana masing-masing pihak memberi ruang bagi pasangannya untuk berkembang tanpa tekanan harus segera menikah. Bagi sebagian orang, menikah bukan hanya soal cinta, tetapi juga kesiapan menghadapi tanggung jawab ekonomi dan peran baru dalam rumah tangga.

4. Menunggu kondisi finansial yang lebih aman

Masih berhubungan dengan pertumbuhan karier, keuangan adalah salah satu alasan paling realistis dalam menunda pernikahan. Banyak pasangan tidak ingin menikah dalam kondisi yang terlalu terburu-buru secara finansial. Mereka ingin memiliki tabungan, pekerjaan yang lebih stabil, atau setidaknya gambaran jelas tentang pengelolaan keuangan setelah menikah. Pacaran dalam waktu lama memberi waktu untuk berdiskusi soal gaya hidup, kebiasaan menabung, cara menghadapi utang, hingga visi keuangan jangka panjang. Menikah tidak berhenti di acara resepsi saja, tetapi kesiapan membangun kehidupan bersama secara berkelanjutan.

5. Menunggu situasi yang tepat

Faktor keluarga sering menjadi alasan mengapa pernikahan tertunda meski pacaran sudah lama. Bisa jadi ada kondisi keluarga yang belum memungkinkan, seperti orang tua yang sedang sakit, masalah ekonomi keluarga, tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga, atau menunggu adik menyelesaikan pendidikan. Selain itu, ada pula pasangan yang menunggu restu penuh dari keluarga besar agar pernikahan bisa berjalan dengan tenang dan minim konflik. Dalam konteks ini, pacaran lama bukan tanda ketidakseriusan, tetapi bentuk kesabaran dan tanggung jawab terhadap situasi yang sedang dihadapi.

6. Ingin memastikan apakah visi hidup dan tujuan pernikahan sejalan

Seiring berjalannya waktu, cara pandang tentang anak, karier, tempat tinggal, agama, hingga gaya hidup seseorang bisa berubah. Pacaran bertahun-tahun memberi kesempatan untuk membicarakan hal-hal besar ini secara mendalam dan berulang. Banyak pasangan baru merasa mantap menikah setelah yakin bahwa visi hidup mereka benar-benar sejalan, bukan sekadar “nanti juga bisa dibicarakan setelah menikah”. Mereka ingin memastikan bahwa keputusan menikah bukan hanya didorong oleh usia atau tekanan sosial, melainkan kesepakatan yang dibuat secara sadar tentang masa depan bersama.

7. Menghindari keputusan menikah karena tekanan lingkungan

Sebagian pasangan justru menunda menikah karena tidak ingin mengambil keputusan besar hanya karena tuntutan usia, omongan orang, atau tekanan sosial. Mereka memilih pacaran lebih lama agar keputusan menikah benar-benar datang dari kesadaran pribadi, bukan rasa takut tertinggal atau sekadar memenuhi ekspektasi orang lain. Waktu pacaran yang lama memberikan kesempatan pada pasangan untuk bisa menguji apakah keinginan menikah tetap ada meski tanpa dorongan eksternal. Ketika akhirnya menikah, keputusan tersebut biasanya terasa lebih mantap dan minim penyesalan.

8. Ingin membangun fondasi yang kuat sebelum menikah

Pacaran bertahun-tahun sering dimanfaatkan untuk membangun fondasi hubungan yang sehat, seperti komunikasi terbuka, kepercayaan, empati, dan kebiasaan menyelesaikan konflik dengan cara yang dewasa. Banyak pasangan menyadari bahwa pernikahan tidak otomatis memperbaiki hubungan. Justru, apa yang ada sebelum menikah akan terbawa ke dalam rumah tangga. Oleh karena itu, mereka memilih untuk “merapikan” hubungan terlebih dahulu, belajar memahami satu sama lain secara lebih dalam sebelum masuk ke fase pernikahan yang penuh tanggung jawab.

Ekspektasi dan realita setelah lama menikah

wm_article_img
Foto via Soyoo Bridal

Hubungan yang lama ternyata akan memunculkan banyak ekspektasi ketika memutuskan akan ke jenjang selanjutnya. Namun, ekspektasi ini bisa jadi berbeda dengan kenyataan yang ada. 

1. Sudah pacaran lama, konflik akan berkurang

Banyak pasangan yang pacaran bertahun-tahun, kemudian masuk ke pernikahan dengan keyakinan bahwa mereka sudah sangat mengenal satu sama lain sehingga konflik akan jauh berkurang. Ekspektasi ini muncul karena selama pacaran, pasangan merasa sudah melewati banyak masalah bersama. Namun, realitanya, konflik justru bisa terasa berbeda setelah menikah bukan karena tidak saling mengenal, tetapi karena konteksnya berubah. Setelah menikah, konflik tidak lagi sekadar soal perasaan, melainkan menyangkut tanggung jawab, keputusan harian, keuangan, peran rumah tangga, dan keterlibatan keluarga. Masalah yang dulu bisa ditunda atau dihindari, kini harus dihadapi dan diselesaikan bersama.

2. Transisi ke pernikahan akan terasa mulus

Pasangan yang sudah pacaran lama biasanya membayangkan pernikahan sebagai kelanjutan dari hubungan yang selama ini sudah berjalan stabil. Mereka mengira tidak akan ada “shock culture” karena sudah saling mengenal kebiasaan masing-masing. Realitanya, pernikahan tetap membawa fase adaptasi yang harus dihadapi. Tinggal bersama, berbagi ruang pribadi setiap hari, dan menghadapi rutinitas yang berulang bisa memunculkan gesekan baru. Hal-hal kecil seperti cara menata rumah, jam bangun tidur, hingga kebiasaan diam saat marah bisa menjadi sumber permasalahan yang tidak pernah terasa signifikan saat masih pacaran.

3. Cinta akan terasa sama atau bahkan lebih romantis

Banyak orang berharap bahwa menikah setelah pacaran lama akan membuat cinta terasa lebih dalam dan romantis karena akhirnya hubungan ini “resmi” dan aman. Realitanya, bentuk cinta memang berubah. Romantisme spontan seperti saat pacaran bisa berkurang, digantikan oleh cinta yang lebih praktis dan fungsional. Bukan berarti cinta memudar, tetapi ekspresinya menjadi berbeda. Terkadang pasangan merasa kaget karena tidak lagi merasakan euforia yang sama seperti dulu padahal yang terjadi adalah pergeseran dari cinta berbasis emosi ke cinta berbasis komitmen dan tanggung jawab.

4. Tidak akan ada rasa ragu karena sudah yakin

Pacaran lama sering dianggap sebagai bukti bahwa pasangan sudah sangat yakin satu sama lain. Ekspektasinya, setelah menikah tidak akan muncul keraguan. Namun realitanya, rasa ragu tetap bisa muncul, terutama di awal pernikahan. Keraguan ini biasanya bukan soal memilih pasangan yang salah, tetapi tentang kesiapan diri menjalani peran baru sebagai suami atau istri. Perubahan identitas, tanggung jawab baru, dan tekanan sosial bisa memicu pertanyaan internal seperti “aku bisa nggak ya menjalani ini?” meskipun cintanya tetap ada.

5. Pasangan akan sama seperti ketika masih pacaran

Banyak orang berharap pasangannya tidak berubah setelah menikah karena sudah lama bersama. Realitanya, perubahan tetap terjadi. Menikah akan membawa peran baru, tekanan baru, dan tanggung jawab yang bisa mengubah prioritas seseorang. Pasangan mungkin menjadi lebih serius, lebih lelah, atau lebih sensitif terhadap hal-hal tertentu. Perubahan ini bukan selalu hal negatif, tetapi jika tidak disadari sejak awal bisa menimbulkan kekecewaan karena ekspektasi yang terlalu kaku terhadap versi pasangan di masa lalu.

6. Setelah menikah merasa lega dan tenang sepenuhnya

Banyak pasangan menanti pernikahan sebagai titik akhir dari penantian panjang, berharap setelah menikah hidup akan terasa lebih tenang dan pasti. Realitanya, pernikahan justru membuka babak baru dengan tantangan yang berbeda. Rasa lega memang ada, tetapi sering disertai tanggung jawab besar yang menuntut penyesuaian terus-menerus. Ketentraman dalam pernikahan bukan sesuatu yang otomatis hadir, melainkan hasil dari proses membangun kebiasaan, kepercayaan, dan kerja sama setiap hari.

7. Hubungan aman karena sudah menikah

Menikah sering dianggap sebagai jaminan keamanan hubungan, terutama setelah pacaran lama. Ekspektasinya, tidak perlu lagi usaha sebesar dulu untuk menjaga hubungan. Realitanya, pernikahan justru membutuhkan usaha yang lebih konsisten. Rasa aman memang bertambah secara status, tetapi kualitas hubungan tetap bergantung pada komunikasi, perhatian, dan komitmen untuk saling memilih setiap hari. Tanpa usaha sadar, hubungan bisa terasa datar meski secara legal sudah sah.

Setiap pasangan memiliki pertimbangan mereka masing-masing saat memutuskan akan melanjutkan ke hubungan yang selanjutnya, termasuk mereka yang ingin mengenal pasangan lebih jauh atau meyakinkan diri hingga situasi sudah tepat.

Untuk tips bermanfaat seputar pernikahan lainnya, jangan lupa untuk mengecek artikel-artikel bermanfaat di WeddingMarket, ya!


Cover | Foto via AM Entertainment

Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 16 -18 Januari 2026
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Article Terkait

Loading...

Article Terbaru

Loading...

Media Sosial

Temukan inspirasi dan vendor pernikahan terbaik di Sosial Media Kami

Loading...