
Setiap orang pasti butuh waktu untuk dirinya sendiri, termasuk setelah menikah. Kesibukan rumah tangga, tanggung jawab sebagai pasangan, dan aktivitas sehari-hari seringkali membuat tubuh lelah dan pikiran jenuh. Kalau tidak diatasi, rasa lelah ini bisa berkembang menjadi marriage burnout, yaitu kondisi ketika pernikahan terasa berat dan melelahkan. Karena itu, punya waktu “me time” sangat penting supaya energi dan semangat bisa kembali pulih.
Dalam Islam, konsep “me time” sebenarnya sudah ada sejak dulu. Islam mengajarkan keseimbangan antara ibadah, tanggung jawab, kebersamaan, dan juga waktu untuk diri sendiri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga memberi teladan tentang pentingnya istirahat, menenangkan diri, dan tetap dekat kepada Allah. Jadi, “me time” dalam Islam bukan sekadar bersenang-senang, tapi juga bisa menjadi ibadah yang menyejukkan hati sekaligus menjaga keharmonisan rumah tangga.
Bagaimana Cara Islam Memandang Marriage Burnout

Dalam kehidupan rumah tangga, wajar jika setiap pasangan menemui berbagai tantangan. Bila tidak dihadapi dengan bijak, masalah yang menumpuk bisa membuat pasangan merasa lelah secara fisik maupun batin, hingga akhirnya mengalami marriage burnout. Mengenali penyebabnya merupakan langkah penting supaya keharmonisan tetap terjaga dan rumah tangga senantiasa berjalan dalam ridha Allah.
1. Keseimbangan Terganggu
Salah satu penyebab utama marriage burnout adalah terganggunya keseimbangan atau tawazun. Islam mengajarkan bahwa setiap Muslim perlu menata waktunya dengan baik, antara ibadah, pekerjaan, keluarga, dan istirahat. Jika salah satu aspek terlalu mendominasi dan yang lain terabaikan, maka tubuh dan pikiran akan lebih mudah merasa lelah. Dalam jangka panjang, hal ini membuat rumah tangga terasa berat dan hubungan suami istri menjadi kurang harmonis.
2. Hak dan Kewajiban Tidak Terpenuhi
Ketidakseimbangan dalam menunaikan hak dan kewajiban juga bisa menjadi penyebab munculnya marriage burnout. Misalnya, jika hanya satu pihak yang menanggung seluruh pekerjaan rumah tanpa dukungan pasangannya, atau kebutuhan emosional pasangan sering diabaikan, maka akan timbul rasa ketidakadilan. Islam menekankan pentingnya menunaikan hak dan kewajiban masing-masing secara seimbang supaya tercipta hubungan yang sehat dan penuh kasih sayang.
3. Koneksi Spiritual Melemah
Penyebab lain yang sering luput diperhatikan adalah melemahnya koneksi spiritual dalam rumah tangga. Ketika pasangan jarang melakukan ibadah bersama, seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, atau berdzikir, maka hati akan terasa kosong. Hubungan pun menjadi datar dan kehilangan energi positif yang seharusnya tumbuh dari kedekatan kepada Allah. Padahal, kekuatan spiritual inilah yang bisa menjadi sumber ketenangan dan pengikat cinta dalam rumah tangga.
4. Komunikasi Kurang Baik
Komunikasi yang buruk juga menjadi pemicu besar munculnya marriage burnout. Salah paham yang terus berulang, ucapan kasar, atau sikap mengabaikan perasaan pasangan akan menumpuk menjadi tekanan emosional. Dalam Islam, adab dalam berbicara sangat ditekankan, terutama kepada pasangan hidup. Kata-kata yang lembut dan sikap penuh empati bisa menjadi penyejuk hati, sebaliknya komunikasi yang kasar hanya akan menambah luka batin.
5. Beban Eksternal Terlalu Banyak
Selain faktor internal, beban eksternal juga bisa memperberat kondisi rumah tangga. Tekanan finansial, campur tangan keluarga besar, kesibukan pekerjaan, atau bahkan pengalaman traumatis yang belum terselesaikan bisa menjadi sumber masalah baru. Jika tidak dihadapi dengan kesabaran dan kerja sama, beban eksternal ini bisa merusak keharmonisan rumah tangga. Islam mendorong pasangan untuk saling menguatkan dan mendukung dalam menghadapi ujian hidup supaya tidak mudah goyah.
6. Mengabaikan Me Time
Penyebab lainnya adalah ketika seseorang mengabaikan perawatan diri. Islam sendiri memberi ruang bagi setiap Muslim untuk beristirahat, menjaga kesehatan, dan merawat dirinya dengan baik. Jika hal ini dikesampingkan, tubuh dan pikiran akan cepat lelah, sehingga lebih rentan menghadapi tekanan. Perawatan diri yang seimbang justru bisa membuat seseorang lebih siap menghadapi tantangan rumah tangga dengan tenang dan sabar.
Dengan memahami berbagai penyebab marriage burnout dari perspektif Islam, kamu dan pasangan bisa lebih peka dalam menjaga keseimbangan hidup berumah tangga. Langkah sederhana seperti menjaga komunikasi yang baik, memperkuat ikatan spiritual, serta menunaikan hak dan kewajiban secara adil bisa membantu mencegah kelelahan emosional.
Mengapa Me Time Setelah Menikah itu Penting?

Pada dasarnya, menikah memang membawa kebahagiaan, tapi juga tanggung jawab yang tidak sedikit. Mulai dari urusan rumah, pekerjaan, hingga peran sebagai pasangan, semua bisa membuat energi terkuras dan memicu marriage burnout. Untuk mencegahnya, setiap pasangan butuh waktu khusus bagi diri sendiri atau me time. Mengapa me time menjadi hal yang krusial?
1. Mengisi Ulang Energi
Setelah beraktivitas seharian, baik di rumah maupun di luar, wajar kalau tubuh dan pikiran terasa lelah. Me time memberi kesempatan untuk beristirahat, menenangkan pikiran, dan mengembalikan suasana hati. Dengan begitu, ketika kembali bersama pasangan, kita bisa hadir dengan energi yang lebih positif dan sabar.
2. Menjaga Identitas dan Otonomi
Pernikahan bukan berarti kita harus kehilangan jati diri. Waktu untuk melakukan hobi, berkumpul dengan teman, atau sekadar menikmati aktivitas pribadi sangat penting supaya kita tetap merasa utuh sebagai individu. Hal ini membuat kita tidak mudah merasa terkekang atau kehilangan arah hanya karena menjalani peran sebagai suami atau istri.
3. Memproses Stres yang Menumpuk
Masalah kecil dalam rumah tangga sering dianggap sepele, tapi jika tidak diolah, bisa menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak. Dengan memberi ruang untuk diri sendiri, kita bisa menenangkan hati, menulis jurnal, berdoa, atau sekadar menarik napas panjang supaya stres tidak menumpuk dan akhirnya meledak dalam bentuk emosi berlebihan.
4. Meningkatkan Komunikasi dan Empati

Ketika pikiran tenang dan hati lebih ringan, kita akan lebih mudah mendengarkan pasangan tanpa mudah tersinggung. Begitu juga sebaliknya, kita bisa menyampaikan kebutuhan dan perasaan dengan lebih jelas. Hasilnya, komunikasi dalam pernikahan menjadi lebih sehat dan penuh pengertian.
5. Mengurangi Kebosanan
Kalau terus-menerus hanya fokus pada rutinitas, rasa jenuh pasti akan muncul. Bahkan, kalau kebutuhan pribadi tidak pernah dipenuhi, kita bisa merasa tidak dihargai. Me time mencegah hal ini terjadi karena memberi kesempatan untuk merawat diri, sehingga tidak ada perasaan terabaikan yang berpotensi merusak hubungan.
6. Memelihara Kreativitas dan Hubungan Sosial
Menghabiskan waktu untuk hobi, mengikuti kegiatan komunitas, atau sekadar berolahraga bisa memberi pengalaman baru yang menyenangkan. Hal-hal kecil ini bisa membuat hidup lebih berwarna. Saat kembali ke rumah, cerita dan energi baru itu bisa membuat hubungan dengan pasangan terasa lebih segar.
7. Memperbaiki Kualitas Hubungan Intim
Ketika kamu dan pasangan saling merasa cukup secara emosional, kalian akan lebih mudah menunjukkan kasih sayang, tidak cepat menuntut, dan lebih terbuka untuk menjaga keintiman, baik secara emosional maupun fisik. Me time pada akhirnya bisa membuat hubungan terasa lebih dekat.
Me time bukanlah sesuatu yang egois, tapi cara merawat diri supaya tetap mampu merawat hubungan. Dengan saling memberi ruang, kamu dan pasangan bisa tumbuh bersama tanpa kehilangan pribadi kalian, sehingga pernikahan terasa lebih hangat dan jauh dari risiko marriage burnout.
Cara Me Time Supaya Tidak Mengalami Marriage Burnout

Islam sebagai agama yang sempurna telah mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan hidup, termasuk memberikan ruang bagi diri sendiri untuk beristirahat, menenangkan hati, dan memperbarui semangat. Konsep yang disebut sebagai me time ini diharapkan bisa mengembalikan energi fisik maupun spiritual kamu. Berikut beberapa jenis me time yang direkomendasikan dalam Islam untuk kamu ikuti:
1. Me Time dengan Ibadah Pribadi
Islam mengajarkan bahwa beribadah bukan hanya soal kewajiban, tapi juga sarana menenangkan hati. Meluangkan waktu untuk shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, atau berdzikir sendirian bisa menjadi bentuk me time yang paling efektif. Saat beribadah pribadi, hati akan kembali tenang, pikiran lebih jernih, dan energi batin terisi kembali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri sering mengambil waktu untuk berdoa atau menyendiri dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
2. Me Time dengan Menjaga Kesehatan
Islam mendorong umatnya untuk menjaga tubuh karena tubuh adalah amanah. Menjaga kesehatan dengan olahraga ringan, berjalan santai, atau sekadar beristirahat cukup adalah bagian dari me time yang diajarkan Islam. Dengan tubuh yang sehat, kamu akan lebih siap menghadapi kewajiban rumah tangga dan tidak mudah merasa lelah. Rasulullah pun mengajarkan pentingnya menjaga kebugaran melalui olahraga seperti berkuda, memanah, atau berenang.
3. Me Time dengan Tadabbur Alam

Menghabiskan waktu sendirian di alam juga termasuk bentuk me time dalam Islam. Alam adalah ciptaan Allah yang penuh tanda kebesaran-Nya. Menikmati keindahan langit, pepohonan, atau suara burung sambil merenungi ayat-ayat Allah bisa membuat hati terasa lapang. Tadabbur alam juga bisa membantu kamu dan pasangan menyadari betapa kecil dirinya di hadapan Sang Pencipta, sehingga masalah rumah tangga terasa lebih ringan.
4. Me Time dengan Mengembangkan Diri
Islam mendorong setiap Muslim untuk terus menambah ilmu dan keterampilan. Menyisihkan waktu untuk membaca buku, menulis, atau belajar hal baru bisa menjadi bentuk me time yang bermanfaat. Aktivitas ini tidak hanya menyegarkan pikiran, tapi juga meningkatkan kualitas diri sehingga seseorang bisa menjadi pasangan dan orang tua yang lebih baik.
5. Me Time dengan Istirahat yang Layak
Tidur dan beristirahat juga termasuk ibadah jika diniatkan dengan benar. Islam mengajarkan bahwa tubuh memiliki hak untuk beristirahat. Memberi jeda dari rutinitas rumah tangga dengan tidur cukup, mandi yang menyegarkan, atau sekadar menikmati waktu tenang tanpa gangguan adalah bagian dari me time yang penting untuk mencegah marriage burnout.
6. Me Time dengan Menyalurkan Hobi yang Halal

Islam tidak melarang hiburan selama tidak melanggar syariat. Menyibukkan diri dengan hobi seperti memasak, berkebun, menulis, atau bahkan menghadiri majelis ilmu bisa menjadi bentuk me time yang sehat. Aktivitas ini membantu pikiranmu menjadi lebih rileks, hati lebih senang, dan energi lebih segar untuk kembali mengurus keluarga.
7. Me Time dengan Silaturahmi
Meski terdengar berbeda, me time juga bisa dilakukan dengan bertemu teman dekat atau keluarga yang menenangkan hati. Dalam Islam, silaturahmi adalah ibadah yang membawa banyak kebaikan. Mengobrol ringan, berbagi cerita, atau sekadar minum teh bersama orang tua atau sahabat terdekat bisa mengurangi beban mental dan membuat hati lebih bahagia.
Me time dalam Islam bukan berarti melarikan diri dari tanggung jawab rumah tangga, tapi cara untuk menjaga keseimbangan supaya kamu tetap mampu menjalankan peran sebagai pasangan dan orang tua dengan baik. Dengan mengikuti cara di atas, kamu bisa mengisi ulang energi fisik dan spiritual. Pada akhirnya, rumah tangga akan lebih harmonis karena kamu dan pasangan mampu menghadapi tantangan dengan hati yang tenang, tubuh yang sehat, dan pikiran yang jernih.
Saat kamu memberi waktu untuk beribadah, beristirahat, belajar hal baru, atau sekadar menenangkan hati untuk diri kamu sendiri, sebenarnya kamu sedang menambah energi untuk kembali bersama pasangan dan keluarga. Rumah tangga yang sehat bukan hanya tercipta dari kebersamaan, tapi juga dari usaha masing-masing menjaga diri supaya tidak mudah lelah dan siap membangun kebahagiaan bersama dalam ridha Allah subhanahu wa ta’ala. Nah, untuk semakin melengkapi perjalanan ini, temukan inspirasi dan panduan pernikahan hanya di WeddingMarket, teman setia menuju rumah tangga sakinah.
Cover | Foto: pexels/SERHAT TUĞ