Bila kita mengulik riasan pengantin tradisional Indonesia, seakan tiada habisnya, ya? Salah satu ragam riasan adat yang menarik untuk kita bahas yakni Paes. Ya, paes adalah riasan pengantin wanita adat Jawa yang memiliki ciri berupa lukisan hitam di dahi mengikuti lekuk rambut. Tahukah kamu bahwa ternyata riasan paes ini memiliki keberagaman di setiap daerah. Salah satu paes yang memiliki ciri khas adalah Paes Ageng dari Yogyakarta.
Berbagai sisi menarik tentang Paes Ageng, mulai dari makna filosofis, perbedaanya dengan Paes Solo, hingga tahapan-tahapan dalam merias Paes Ageng Jogja bisa kamu baca dalam artikel ini.
MAKNA FILOSOFIS PAES AGENG
Paes Ageng (instagram.com/teadatubachtiar)
Dahulu, rias pengantin Paes Ageng hanya dikhususkan untuk keturunan kerajaan, loh. Hanya putri-putri dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang diperbolehkan mengenakannya. Barulah ketika kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono ke-IX, masyarakat umum diperkenankan untuk mengenakan riasan ini. Bukan hanya sekedar riasan, paes ageng memiliki makna filosofis bagi pernikahan antara kedua mempelai. Apa saja makna dari riasan pengantin Paes Ageng? Berikut penjelasannya.
Cunduk Mentul
Aksesoris yang paling jelas terlihat jelas bagai mahkota pada paes ageng Jogja adalah cunduk mentul. Cunduk mentul dipasang dengan cara ditusuk pada bagian sanggul. Jumlah cunduk mentul yang dipasang biasanya lima atau tujuh bulatan. Akan tetapi, pengantin bisa memilih jumlah cunduk mentul yang dipasang berjumlah ganjil yaitu, 1, 3, 5, 7 atau 9.
Masing-masing dari jumlah cunduk mentul memiliki makna filosofi. Cunduk mentul berjumlah satu memiliki makna keesaan Tuhan, tiga merupakan simbol Trimurti. lima melambangkan simbol rukun Islam, tujuh berarti pitulungan (pertolongan), sedangkan sembilan melambangkan simbol Wali Songo.
Dalam pemasangannya, cunduk mentul seharusnya menghadap ke belakang. Dalam riasan paes ageng hal ini bermakna bahwa kecantikan perempuan Jawa harus terlihat dari depan maupun belakang.
Gunungan
Aksesoris pada Paes Ageng yang berbentuk seperti gunung disebut gunungan. Bentuk ini memiliki makna bahwa gunung dipercaya oleh masyarakat Jawa sebagai tempat yang sakral, tempat di mana para dewa bernaung. Sementara itu, adanya gunungan di kepala pengantin perempuan menandakan bahwa perempuan harus dihormati oleh suaminya.
Centhung
Centhung adalah bagian dari Paes Ageng yang berbentuk seperti gerbang. Terdapat dua centhung yang ada pada sisi kanan dan sisi kiri Paes Ageng. Centhung ini sebagai simbol dari gerbang kehidupan, dimana menandakan kesiapan seorang perempuan untuk hidup berumah tangga, serta siap mengambil peran sebagai seorang istri.
Paes Prada
Paes Prada merupakan riasan yang paling sentral dalam Paes Ageng Jogja. Paes Prada merupakan riasan berwarna hitam yang berbentuk garis lengkung atau runcing di dahi, disebut cengkorongan. Riasan ini mengikuti lengkungan pada kening, kemudian dihitamkan menggunakan sebuah bahan yang bernama pidih. Lengkungan besar berada di tengah sedangkan lengkungan-lengkungan kecil berada di samping mengapit lengkungan yang besar. Di bagian tepi luar garis lengkungan tersebut, diberi ketep dan serbuk berwarna emas yang dinamakan prada.
Riasan Paes Ageng yang berupa lengkungan besar pada paes prada tersebut, merupakan simbol kebesaran Tuhan, sedangkan lengkungan kecil atau pengapit menyiratkan makna bahwa seorang istri harus siap menjaga keseimbangan dalam rumah tangganya.
Cithak
Riasan berbentuk belah ketupat yang dilukis di tengah kening pengantin paes ageng disebut cithak. Jika dilihat sepintas, chitak mirip seperti riasan khas India. Cithak yang berada tepat di tengah-tengah kening memiliki simbol bahwa seorang wanita harus memiliki pandangan yang lurus dan fokus akan masa depan serta setia kepada pasangan.
Alis Menjangan
Menjangan dalam bahasa Jawa berarti rusa. Disebut alis Menjangan karena bentuk alis ini bercabang menyerupai tanduk rusa. Riasan ini memang terinspirasi dari hewan rusa, yang melambangkan bahwa seorang wanita harus cerdik cerdas dan anggun layaknya seekor rusa. Ketiga karakter ini diharapkan ada pada pengantin perempuan.
Sumping
Sumping merupakan hiasan yang berada di telinga pengantin. Sumping terbuat dari lempengan logam. Namun, pada zaman dahulu sumping yang digunakan oleh perempuan kerajaan terbuat dari daun pepaya. Rasa daun pepaya yang pahit ini menjadi simbol bahwa dalam menjalani rumah tangga nanti, seorang istri harus siap untuk merasakan berbagai kepahitan.
Subang Ronyok
Subang ronyok menjadi pelengkap dari riasan paes ageng. Subang ronyok merupakan aksesoris yang dikenakan pada telinga kanan dan kiri pengantin. Aksesoris ini terbuat dari emas berlian. Wujud dari subang ronyok yang bercahaya memiliki makna filosofis bagi pengantin untuk mencapai cahaya kehidupan serta harapan akan keabadian hubungan pernikahan.
Kelat Bahu
Paes Ageng (instagram.com/prameshwari_mua)
Kelat bahu merupakan hiasan yang disematkan pada bahu pengantin wanita. Aksesoris kelat bahu memiliki bentuk seperti seekor naga. Naga bagi masyarakat Jawa dipercaya sebagai hewan yang memiliki kekuatan besar. Oleh sebab itu, kelat bahu memiliki makna bahwa perempuan harus kuat dalam menghadapi berbagai macam masalah yang yang hadir dalam kehidupan pernikahan.
Gelang Paes Ageng
Dalam tata rias Paes Ageng, gelang pada pengantin wanita juga memiliki makna tersendiri. Bentuknya yang bulat tanpa putus merupakan simbol dari cinta abadi di antara pengantin wanita dengan pasangannya.
Kalung Susun
Kalung susun atau yang biasa disebut tanggalan, terdiri dari tiga lempengan yang diikat menjadi satu susun. Susunan pada kalung ini memiliki filosofi tahapan dari kehidupan, yaitu kelahiran, pernikahan, dan kematian.
PERBEDAAN PAES AGENG DAN PAES SOLO
Kiri-kanan: Paes Ageng - Paes Solo (instagram @teadatubachtiar dan @ririnekawati)
Setelah mengetahui apa itu paes ageng beserta maknanya, muncul pertanyaan, apakah paes ageng Jogja berbeda dengan paes Solo? Bagaimana cara membedakannya? Perbedaan di antara keduanya bisa dilihat dari penjelasan berikut ini.
Bentuk cengkorongan berbeda
Cengkorongan merupakan riasan yang melengkung pada paes. Perbedaan dapat dilihat mulai dari bentuk penunggul atau gajahan, penitis, pengapit, dan godheg. Perbedaan paling mencolok terletak pada bagian tengah paes. Pada Paes Ageng, pola riasan berbentuk mirip daun sirih dengan ujung yang runcing. Sedangkan pada Paes Solo bentuknya menyerupai setengah telur bebek yang biasa disebut gajahan.
Perbedaan pada bagian penitis
Antara Paes Ageng Jogja dengan Paes Solo memiliki kesamaan bentuk pada pengapit yang disebut ngundhup kanthil. Namun, pada bagian penitis terdapat perbedaan bentuk. Pada Paes Ageng, penitis berbentuk seperti daun sirih namun ukurannya lebih kecil dari penunggul. Sedangkan, pada Paes Solo bentuknya menyerupai setengah bulatan telur ayam.
Perbedaan paling jelas ada pada bagian godheg
Godheg pada paes ageng jogja memiliki bentuk tajam seperti ujung mata pisau. Pada paes Solo, Godheg memiliki bentuk seperti kuncup turi sehingga disebut ngundup turi. Hal yang paling menonjol dari perbedaan pada bagian godheg adalah penggunaan serbuk emas pada tepian paes ageng Jogja.
Penggunaan prada juga terdapat perbedaan.
Pada riasan Paes Ageng, prada adalah hal yang sangat penting, sedangkan pada Paes Solo, terdapat beberapa pengantin yang tidak menggunakan prada. Bagi pengantin yang menggunakan prada, mereka menggunakan pidih berwarna hijau. Pidih sendiri merupakan make up khusus untuk melukis prada pada paes.
Centung dengan bentuk yang berbeda.
Centung merupakan aksesoris berupa sisir berhiaskan permata yang juga melengkapi riasan pengantin paes adat Jawa. Pada riasan paes ageng memiliki bentuk seperti gelombang, sedangkan pada pengantin Jogja, centung memiliki bentuk setengah lingkaran.
TAHAPAN DALAM MERIAS PAES AGENG
Paes Ageng (instagram.com/teadatubachtiar)
Setelah mengetahui secara jelas apa itu paes ageng Jogja beserta makna filosofinya. Kamu juga bisa mengetahui tahapan dalam merias paes ageng Jogja, berikut adalah tahapan-tahapannya.
1. Ratusan
Tahap awal tidak langsung proses merias melainkan diawali dengan pengasapan dengan wewangian pada rambut pengantin.
2. Halup - halupan
Tahap ini juga dikenal dengan proses cukur rambut. Pada tahap ini dilakukan pencukuran pada rambut-rambut halus di wajah pengantin. Pencukuran dilakukan kan di sekitar dahi juga rambut-rambut yang menjuntai panjang yang di pinggir dahi. Hal ini dilakukan agar wajah bersih sehingga proses riasan lebih mudah dilakukan.
3. Cengkorongan
Tahap ini merupakan proses pembuatan pola paes ageng pada wajah pengantin. Pembuatan pola cengkorong dilakukan dengan kegunaan pensil. Pola dibuat samar-samar atau tipis. Pola yang dibuat antara lain adalah citak, panunggul, pangapit, panitis, godheg, dan alis menjangan.
4. Kandelan
Setelah pola cengkorongan sudah berhasil dibuat. Proses selanjutnya adalah kandelan. Pada proses ini pola-pola yang sudah dibuat tadi ditebalkan. Garis-garis pola akan ditebalkan sehingga menjadi paes dadi (paes jadi)
5. Dados
Setelah proses kandelan selesai, selanjutnya adalah proses dados jangkep pengantin (pengantin berdandan lengkap). Proses ini meliputi sanggul pengantin, baju pengantin, kain pengantin, perhiasan pengantin, dan dandosan (berbusana). Dandosan terdiri dari:
Hiasan sanggul, tata rambut pengantin wanita dibuat seperti bokor tengkurap yang juga disebut bokor mengkurep. Sanggul rambut akan diisi dengan irisan daun pandan, dan ditutupi dengan rajutan bunga melati. Perpaduan daun pandan dan bunga melati menjadikan pengantin memancarkan keharuman. Hal ini bertujuan agar pengantin senantiasa membawa nama harum di masyarakat.
Jebehan
Jebehan merupakan riasan berupa tiga bunga korsase berwarna merah kuning dan biru. Ketiga bunga tersebut disusun dan dipasang di sisi kanan dan kiri gelung. Ketiga warna ini melambangkan Trimurti yaitu Dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu.
Ceplok
Pada bagian tengah sanggul diberikan riasan berupa bunga berwarna merah. Pada sisi kiri dan kanan ceplok dihiasi satu bros emas permata.
Gajah ngoling.
Pada bagian bawah agak ke kanan Sisi sanggul dipasangkan untaian melati yang memiliki panjang 40 cm. Untaian melati ini disebut gajah ngoling. Riasan ini merupakan simbol dari kesucian dan kesakralan pengantin dalam pernikahan.
Pengantin dengan Riasan Paes Ageng Jogja (instagram.com/arda_prafasta)
Untuk merangkum pembahasan kita di atas, inilah pertanyaan terkait Paes Ageng yang sering ditanyakan.
Paes ageng itu apa?
Paes ageng merupakan tata rias dan busana pengantin khas Jogja yang terdiri dari kain batik dengan warna dasar tertentu seperti warna hijau Gadung Mlati serta riasan wajah berupa lukisan yang mengikuti lekuk rambut pada dahi.
Paes Jawa terbuat dari apa?
Paes Jawa terbuat dari pidih, yaitu campuran malam atau lilin yang tidak kering dan juga tidak meleleh. Biasanya pidih berwarna hitam atau hijau.
Berapa lama membuat paes?
Lama proses pembuatan paes pada riasan pengantin Jawa adalah sekitar 1,5 jam.
Makna Paes?
Makna paes secara keseluruhan adalah simbol kecantikan dan kedewasaan seorang wanita.
Begitulah kira-kira serba-serbi seputar Paes Ageng Jogja. Ada banyak atribut, ya. Namun,setiap masing-masing atribut tersebut ternyata punya makna yang mendalam. Apa kamu tertarik menggunakan Paes Ageng untuk acara pernikahanmu nanti? Jika iya, kamu bisa mencoba MUA (Make Up Artist) tradisional terpercaya. Kamu bisa juga menemukan kebutuhan-kebutuhan lain untuk pernikahanmu di Smart Platform Wedding Market, baik itu vendor fotografi, catering hingga venue pernikahanmu. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!