Kota Solo masih kental dengan kebudayaan dan tradisinya. Masyarakatnya masih menjunjung tinggi budaya adat Solo dan nilai-nilai tradisi peninggalan para leluhur. Salah satu budaya paling populer yang masih dilakukan ialah pernikahan adat Solo.
Di setiap prosesinya, terdapat nilai tradisi budaya Solo yang sarat akan makna. Tradisi pernikahan adat Solo memiliki beberapa perbedaan dengan prosesi pernikahan Jawa Yogyakarta. Namun, pernikahan adat Solo juga dilakukan dengan rangkaian yang panjang.
Sama seperti adat biasa, prosesinya melalui rangkaian panjang dari mulai sebelum, hari H, dan setelah pernikahan. Rangkaian pernikahan ini belum mengalami perubahan dan masih terjaga keasliannya. Untuk lebih jelasnya, simak ulasan berikut ini!
Prosesi sebelum pernikahan
Tahap pertama sudah dimulai sebelum pernikahan berlangsung. Terdapat 9 prosesi yang harus dilalui kedua calon mempelai, yaitu:
Nontoni
Pertemuan kedua keluarga pertama kali dilakukan di prosesi nontoni. Sebelum pertemuan resmi kedua keluarga, pihak pria akan mengirimkan perwakilannya untuk datang ke rumah calon mempelai wanita.
Perwakilan tersebut akan memastikan bibit, bebet, dan bobot dari wanita pilihan si pria. Prosesi ini dinamakan dengan congkong. Setelah perwakilan mendapatkan informasinya, ia akan kembali ke keluarga pria untuk mengatakannya.
Kegiatan ini disebut dengan salar, di mana keluarga pria membahas hasil pengamatannya. Lalu, setelah itulah kedua keluarga bertemu memastikan wanita tersebut berstatus lajang dan bersedia menikah.
Panembung
Prosesi kedua ini merupakan nama Jawa dari lamaran dan dilakukan setelah kedua keluarga saling mengenal satu sama lain. Lamaran tidak langsung diterima, calon mempelai wanita membutuhkan waktu sepasar atau lima hari sebelum memberikan jawabannya.
Begitu mendapatkan jawabannya, calon mempelai pria akan datang membawa peningset sebagai simbol “pengikat” terhadap wanita pinangannya. Peningset tersebut berupa cincin, baju untuk calon mempelai wanita, sirih ayu, jeruk gulung, tebu wulung, kain batik, nasi golong, sirih ayu, dan pisang.
Dengan peyerahan dan penerimaan peningset ini, wanita dinyatakan sudah tidak lagi single hingga dilarang menerima pinangan dari orang lain.
Pasang Tarub dan Bleketepe
Mempelai wanita sudah resmi dipinang dan keduanya bisa mulai mempersiapkan pernikahan. Persiapan menuju penikahan dimulai dengan pemasangan tarub dan bleketepe. Tarub terbuat dari pemasangan bleketepe atau anyaman daun kelapa untuk kemudian dijadikan sebagai atap saat resepsi pernikahan.
Pemasangan tarub ini merupakan harapan agar pasangan bisa terus saling mencintai selamanya. Dulunya, seluruh tarub terbuat dari daun anyaman. Namun, sekarang fungsi tarub sudah digantikan oleh tenda.
Meskipun begitu, prosesi pemasangan bleketepe masih terus dilakukan sebagai simbolis. Sebagai simbol gotong royong suami istri, bleketepe dipasang oleh kedua orang tua calon mempelai wanita.
Pasang Tuwuhan dan Bucalan
Setelah selesai dengan tarub, persiapan pernikahan dilanjutkan dengan pasang tuwuhan dan bucalan. Dekorasi pisang raja yang sudah matang, kelapa muda, daun randu, dan sepatang padi akan dipasang di kanan-kiri pintu.
Pintu ini nantinya akan dilewati oleh kedua calon pengantin. Adapun pemasangan tuwuhan ini dilakukan sebagai doa agar nantinya mereka mendapatkan kehormatan, kemakmuran, serta keturunan yang baik.
Dalam pernikahan adat Solo, bucalan atau sesajen dipasang di empat sudut tempat, mulai dari pintu masuk, bagian tengah rumah, pelaminan, dapur, dan kamar sebagai penolak bala.
Siraman
Satu hari sebelum pernikahan, kedua mempelai akan menjalani prosesi siraman di rumahnya masing-masing. Siraman dilakukan oleh sembilan orang untuk menyucikan diri dari segala sifat buruk. Siraman dilakukan dengan air yang berasal dari sumber mata air disertai dengan bunga warna-warni.
Dodol Dawet
Di acara siraman, kedua orang tua calon pengantin wanita akan berjualan dawet. Bulir-bulir dawet merupakan harapan agar tamu undangan yang nantinya mendoakan pernikahan anak mereka akan melimpah.
Acara dodol dawet ini menjadi simbol tekad orang tua untuk menikahkan anak perempuannya. Transaksi pembelian dawet tidak dilakukan dengan uang, melainkan pecahan genteng atau kreweng.
Pelepasan Ayam
Acara selanjutnya adalah pelepasan ayam yang dilakukan oleh kedua orang tua calon mempelai wanita sebagai simbol mereka telah melepaskan putri perempuannya untuk hidup mandiri.
Pelepasan ayam juga menjadi doa agar kehidupan anak mereka kedepannya diberikan rezeki berlimpah. Ritual inilah salah satu pembeda pernikahan adat Solo dengan Jawa Yogyakarta.
Tanam Rikmo
Setelah acara siraman, calon pengantin akan melewati prosesi ngerik – menyingkirkan walu kolong (bulu-bulu halus) di bagian dahi. Kemudian, akan disatukan dengan rambut tengkuk milik calon mempelai pria di dalam cepuk.
Lalu, rambut akan dikuburkan di tempat yang telah ditentukan oleh ayah, ibu, dan saudara kandung calon mempelai wanita. Tanam rikmo dilakukan untuk mendoakan agar keburukan tidak pernah terjadi kepada keduanya.
Midodareni
Malam sebelum pernikahan, pihak keluarga wanita akan melaksanakan acara memanjatkan doa. Acara inilah yang disebut dengan midodareni. Prosesi midodareni dilakukan untuk mendoakan acara pernikahan di esok hari. Pada malam midodareni, calon mempelai pria belum boleh bertemu dengan wanitanya.
Salah satu perlengkapan khas yang ada di malam midodareni adalah kembar mayang. Pembuatannya menjadi simbol kehidupan bagi calon pengantin. Kembar mayang terbuat dari janur, bunga, buah, dan daun.
Di malam midodareni terdapat angsul-angsul untuk calon mempelai pria sebagai balasan atas bingkisan yang diterima pihak wanita. Barang angsul-angsul tidak memiliki ketentuan khusus tetapi kancing gelung harus menjadi salah satunya. Kancing gelung ini merupakan satu set pakaian lengkap pria beserta kris untuk dikenakan ketika upacara panggih.
Begitu menerima angsul-angsul, keluarga mempelai pria akan kembali ke kediamannya dan pihak wanita melanjutkan acara wilujengan majemukan. Prosesi ini merupakan kegiatan merogoh isi perut opor ayam untuk mengambil hatinya.
Ritual wilujengan majemukan sebagai simbol harapan mempelai wanita agar dapat selalu mengambil hati suami. Sajian tumpeng majemukan akan turut dihidangkan pada acara ini.
Prosesi di hari pernikahan
Sampailah kita pada prosesi di hari pernikahan setelah rangkaian panjang sebelumnya. Prosesi ini juga tidak kalah panjang. Terdapat 12 rangkaian kegiatan yang harus dilakukan, yaitu:
Ijab Kabul
Ijab kabul dilakukan di hadapan penghulu, wali, dan saksi. Setelah panjangnya proses sebelumnya, ijab kabul yang meresmikan status baru kedua calon mempelai menjadi sepasang suami istri.
Upacara Panggih
Panggih merupakan arti dari bertemu. Upacara ini merupakan pertemuan kedua mempelai di atas kursi pelaminan. Ketika upacara panggih dilakukan, pihak mempelai pria akan menyerahkan pisang sanggan pada ibu mertuanya.
Tidak hanya pisang sanggan, keluarga mempelai pria akan memberikan sirih ayu atau kinang, benang lawe, tunas pohon kelapa, dan kembang telon. Pemberian ini akan diletakkan di dekat kursi pelaminan.
Acara dilanjutkan dengan kegiatan saling melempar lintingan sirih yang diisi dengan daun pinang (balangan gantal). Ini merupakan bentuk sambutan dari pihak keluarga wanita.
Ngidak Tigan
Mempelai pria melakukan prosesi menginjak telur ayam kampung sebagai simbol siap memberikan keturunan. Setelah itu, mempelai pria akan membersihkan kakinya sebagai bentuk bakti pada suami.
Kemudian, orang tua mempelai wanita menyiramkan air di tengkuk mereka sebagai doa agar keduanya selalu sabar dan tenang ketika menjalani kehidupan rumah tangga.
Sinduran
Sinduran adalah prosesi melingkarkan kain putih dengan liris merah pundak kedua pengantin. Warna merah sebagai lambang wanita dan putih milik pengantin pria. Kain tersebut memiliki makna kedua pengantin dapat melanjutkan keturunannya.
Ritual sinduran juga melibatkan kedua orang tua mempelai wanita. Sang ayah berada di depan sebagai pembimbing kebahagiaan putra putinya, sedangkan ibu mempelai wanita mengikuti dari belakang sebagai pemberi dorongan.
Bobot Timbang dan Tanem Jero
Pada prosesi bobot timang, ayah mempelai wanita memangku anaknya di paha kiri dan menantunya di sebelah kanan. Ibu mempelai akan bertanya mana yang lebih berat dan ayah menjawab keduanya sama saja.
Prosesi ini memberi makna bahwa mereka berdua adalah putra putrinya. Setelah itu, kedua pengantin berdiri dan sang ayah menepuk pundah keduanya dengan lembut untuk menyuruh mereka duduk secara bersamaan. Setelah itu, ia akan memberikan ucapan dan doa kepada putri dan menantunya.
Kacar Kucur
Sebagai tanda kesiapan mempelai pria memberikan nafkah, ia akan mengucurkan biji-bijian ke tengan istrinya.
Dhahar Klimah
Dhahar Klimah merupakan kegiatan suap-suapan antara kedua pengantin yang ditutup dengan memakan lauk pindang hati sebagai ungkapan kemantapan hati.
Ngunjak Rujak Degan
Kedua mempelai dan keluarga pengantin wanita akan mencicipi minuman yang terbuat dari serutan kelapa muda dicampur gula merah. Prosesi ini dilakukan sebagai doa kebersamaan dan kerukunan.
Bubak Kawah dan Tumplak Punjen
Bubak kawah merupakan tradisi membagikan peralatan dapur seperti piring, sendok, panci, wajan, dan peralatan dapur lainnya kepada para tamu. Bubak kawah merupakan prosesi yang diperuntukkan bagi mempelai wanita sebagai anak sulung.
Di samping itu, tumplak punjen diperuntukkan bagi anak bunggu. Rangkaian tumplak punjen merupakan tradisi membagikan kantong kain kecil berisi campuran uang dan beras kuning kepada saudara.
Tilik Pitik
Selama proses sebelumnya berlangsung, orang tua pengantin pria tidak diperbolehkan hadir. Pada prosesi tilik pitik atau mertuwi inilah keduanya baru menghadiri lokasi pernikahan.
Sungkeman
Momen mengharukan ketika kedua pengantin meminta izin dengan bersembah di kaki orang tua ada di sungkeman. Rangkaian pernikahan ini merupakan bentuk penghormatan mereka pada orang tuanya.
Kirab dan Resepsi
Saatnya kedua pengantin diarak menuju pelaminan. Kirab dilakukan oleh seorang cucuk lampah, dua satrio sakembaran, dua gadis kecil patah sakembaran, 4-8 anak remaja yang berperan sebagai putri domas, pasangan pengantin, ibu dan ayah kedua mempelai, dan saudara kandung mereka.
Setelah keduanya sampai di pelaminan, barulah resepsi pernikahan seperti biasanya mulai digelar.
Prosesi setelah pernikahan
Terdapat dua prosesi lagi sebelum semua rangkaian acara pernikahan adat Solo selesai. Kedua prosesi tersebut ialah ngunduh mantu dan sum-suman.
Ngunduh Manten
Acara ngunduh mantu dilakukan di rumah pengantin pria. Keluarga pengantin wanita akan mengantarkan kedua mempelai menuju kediaman pria. Begitu sampai di rumah, mempelai wanita segera melakukan sungkeman kepada mertua dan diikuti pengantin pria sebagai bakti mereka kepada kedua orang tua.
Sum-suman
Tibalah kedua pengantin pada prosesi terakhir yaitu makan bubur sum-sum bersama keluarga. Tradisi ini diharapkan bisa menghilangkan segala lelah kedua pengantin.
Itulah rangkaian pernikahan adat Solo yang masih dilakukan hingga saat ini. Meskipun prosesinya panjang, setiap rangkaian merupakan bentuk doa dan harapan bagi kedua pengantin serta keluarga. Oleh karena itu, jangan sampai ada pelaksanaan yang tidak sesuai dengan budayanya, ya!