Perkenalan seseorang dengan pasangannya hingga menikah bisa terjadi karena banyak hal. Salah satunya adalah melalui perjodohan. Perjodohan ini bisa dilakukan oleh keluarga atau teman. Bahkan, di beberapa daerah, perjodohan malah menjadi sebuah bagian dari budaya.
Menikah karena dijodohkan seperti ini bukan hanya dilakukan sebagai sebuah solusi untuk menemukan jodoh. Akan tetapi, juga sudah menjadi sebuah tradisi yang sudah dilakukan turun temurun.
Ya, kamu tidak salah mendengar. Perjodohan menjadi sebuah tradisi di beberapa negara dan banyak warganya yang bertemu dengan cara seperti itu. Bahkan, banyak juga yang memiliki cara yang cukup unik ketika melakukannya.
Lalu, negara mana saja yang melakukannya? Simak yuk penjelasan selengkapnya!
1. Tradisi omiai di Jepang
Jepang telah melakukan perjodohan sejak lama. Dahulu perjodohan ini dilakukan dengan alasan kepentingan tertentu, seperti alasan material dan politis. Mereka menggunakan pihak ketiga yang akan mempertemukan kedua belah pihak yang bernama nakodo.
Selang waktu berlalu, beberapa orang berpikir bahwa pernikahan harus didasari oleh rasa cinta juga. Meskipun begitu, banyak yang menganggap bahwa cinta adalah suatu konsep yang terlalu rapuh untuk dijadikan sebagai alasan untuk menikah.
Setelah Perang Dunia II, perjodohan tetap dilaksanakan, tapi namanya berubah menjadi omiai. Orang tua bisa mendaftarkan anaknya, tapi mereka yang sudah siap menikah juga bisa mendaftarkan dirinya sendiri untuk menikah.
2. Pasar Pengantin laki-laki di India
Di sebuah kota di India, tepatnya bernama Madhubani, ada pasar yang menawarkan pengantin pria untuk dipinang. Pasar yang sudah ada selama 700 tahun ini disebut dengan sabha.
Para pria akan duduk di bawah sebuah pohon keramat untuk dipilih oleh keluarga perempuan jika ada yang cocok. Dalam proses ini, yang memilihkan adalah keluarga perempuan, sementara si perempuan itu sendiri tidak memiliki suara untuk menentukan pilihannya.
Ada berbagai profesi yang dimiliki oleh para pengantin pria, seperti insinyur, dokter, dan PNS. Pekerjaan ini akan memengaruhi jumlah mahar yang harus dibayarkan.
Jika sudah menawar, biasanya pihak wanita akan mengunjungi desa asal sang pria untuk mengamati dari jauh. Jika semuanya sudah cocok, pria yang dipilih akan dikenakan selendang yang memiliki warna merah sebagai tanda terpilihnya ia.
3. Pasar Jodoh di Tiongkok
Perjodohan di Tiongkok juga terjadi dalam bentuk pasar. Namun, pasar ini memiliki perbedaan dengan pasar yang berada di India. Pasar Jodoh yang digelar di Shanghai ini justru lebih ramai didatangi oleh para orang tua yang menginginkan anaknya segera menikah.
Pasar digelar pada hari Sabtu dan Minggu dari siang hingga sore hari. Di sana, bukan orang yang ingin dijodohkan langsung yang datang, melainkan para orang tua akan memasang poster semacam CV yang berisi berbagai informasi di dalamnya. Mulai dari informasi dasar seperti nama dan pekerjaan, hingga shio yang dipercaya menentukan kecocokan juga.
Tak hanya datang dan duduk menunggu, para orang tua juga akan berkeliling untuk mengobrol satu sama lain siapa tahu menemukan kecocokan melalui obrolan tersebut. Jika kedua belah pihak merasa akan ada kecocokan, mereka akan memperkenalkan anak-anak dan melanjutkan ke tahap yang lebih serius, yaitu pernikahan.
4. Gipsy Bride Market di Bulgaria
Gipsy Bride Market digelar di sebuah kota yang bernama Stara Zagora. Orang yang menawarkan diri di pasar ini biasanya mereka yang memiliki kesulitan secara ekonomi dan menginginkan perbaikan melalui perjodohan ini.
Para perempuan akan datang dengan baju terbaik dan riasan di wajah mereka untuk bisa menarik perhatian lawan jenis. Nantinya laki-laki yang datang akan memilih dan menawar, tapi wanita yang akan menikah tidak memiliki hak untuk memilih.
Orang tuanya lah yang akan memutuskan untuk menerima atau menolak tawaran tersebut. Pasar perjodohan ini hanya diadakan sebanyak empat kali dalam setahun di hari keagaman.
5. Gubuk Cinta Suku Kreung di Kamboja
Tradisi yang satu ini terbilang cukup unik. Pasalnya, para wanita suku Kreung di Kamboja akan dibuatkan gubuk oleh sang ayah yang nantinya digunakan untuk bermalam bersama dan menemukan jodoh.
Gubuk ini akan diberikan saat anak perempuan masuk usia 15 tahun. Kemudian, laki-laki bisa datang untuk bermalam di sana dan pihak perempuan yang akan memilih jodohnya sendiri berdasarkan pengalaman tersebut.
Uniknya, bukan hanya pihak perempuan yang diajarkan untuk bisa bertanggung jawab terhadap pilihannya, pihak laki-laki juga diajari untuk tetap menghormati dan berlaku baik kepada perempuan saat datang ke gubuk cinta tersebut sehingga proses ‘perkenalan’ akan lebih aman.
6. Omed-omedan di Bali
Selain di luar negeri, ternyata Bali juga memiliki tradisi perjodohan. Namanya adalah omed-omedan yang digelar setelah Nyepi dilaksanakan.
Tradisi ini dilakukan dengan mengumpulkan para pemuda dan pemudi untuk berbaris dan berhadap-hadapan. Nantinya, akan dipilih dua orang, satu laki-laki dan satu perempuan. Kedua orang ini akan berada di paling depan untuk berpelukan.
Masing-masing kelompok akan berusaha menarik hingga mereka terlepas. Namun, jika mereka tetap tak terlepas, kemudian mereka akan disiram dengan air sampai basah. Lalu, kedua pihak tersebut akan saling berpelukan dan berciuman.
Meskipun terdapat berbagai gempuran perjodohan online yang mudah diakses, beberapa tradisi perjodohan di dunia tersebut masih banyak dilakukan di berbagai belahan dunia hingga sekarang. Kira-kira jika ada beberapa tradisi tersebut, apakah kamu tertarik untuk melakukannya?
Foto cover via phnompenhrealestate.net