
Jika dahulu banyak orang menganggap bahwa Gen Z adalah generasi muda-mudi yang masih sekolah, kini mereka sudah memasuki babak baru dalam kehidupan, yaitu pernikahan. Makanya, ada beberapa tren baru yang tercipta karena hal ini. Gen Z biasanya memiliki ciri identik, seperti menyukai hal-hal yang lebih efisien, autentik, dan kurang menyukai hal-hal yang sifatnya hanya formalitas saja.
Dengan sikap tersebut, konsep pernikahan yang mereka pilih juga lebih mengedepankan sisi personal, sesuai dengan selera, dan tentunya yang efisien. Nah, tren berikut inilah yang kini mulai muncul pada pernikahan ala Gen Z. Penasaran apa saja? Simak yuk selengkapnya!
1. Mingle party

Mingle party adalah konsep resepsi di mana tamu undangan tidak duduk secara formal mengikuti kursi yang disusun seperti pada resepsi konvensional, tetapi lebih santai dengan berdiri atau duduk bebas, saling berbincang, dan bisa bergerak ke berbagai spot acara. Konsep ini mirip dengan garden party, pesta koktail, atau gathering party. Biasanya acara akan dilengkapi dengan area makanan self-service dalam bentuk buffet atau food stall, area duduk lesehan atau bean bag, photobooth estetik, serta live music akustik.
Mengapa konsep seperti ini jadi tren? Gen Z sangat menyukai interaksi yang natural dan bukan sekadar formalitas. Mereka ingin tamunya merasa nyaman, tidak kaku, dan bisa berbaur walaupun dari sirkel yang berbeda, mulai dari keluarga, teman kerja, teman sekolah, dll. Tidak ada lagi "meja VIP" karena semua dianggap setara. Mingle party menciptakan suasana hangat serta membuat pasangan bisa bertemu langsung dan ngobrol ringan dengan semua tamu tanpa harus hanya duduk di pelaminan selama acara.
2. Memakai 1 baju sepanjang acara

Berbeda dari gaya pernikahan generasi sebelumnya di mana pengantin harus beberapa kali berganti baju, mulai dari kebaya akad, gaun resepsi, hingga dress after-party, banyak pengantin Gen Z justru memilih untuk memakai satu baju saja sepanjang acara. Namun, bukan berarti mereka mengorbankan estetika. Justru, baju yang dipakai biasanya dirancang dengan konsep multifungsi dan tetap modis.
Satu dress putih simpel bergaya minimalis bisa dikenakan untuk akad hingga resepsi. Kebaya modern yang cukup elegan juga cocok untuk akad, tapi juga cukup fleksibel untuk acara pesta. Gaun slip dress ala old-money style yang nyaman, ringan, tapi tetap elegan juga bisa dipilih untuk dikenakan sepanjang acara.
Keuntungan dari tren ini adalah persiapan dan transisi acara yang bisa lebih efisien. Budgeting pun akan lebih hemat karena tidak perlu menyewa atau membeli banyak busana. Biasanya Gen Z juga cukup peduli dengan sustainability, cocok dengan konsep ini karena tidak boros bahan atau limbah kain.
3. Katering dimsum mentai

Dimsum mentai adalah salah satu contoh hidangan fusion yang memadukan antara masakan oriental yaitu dimsum dan gaya penyajian modern kekinian dengan saus mentai ala Jepang. Hidangan ini jadi favorit di kalangan Gen Z karena rasanya yang familier dan mudah diterima banyak lidah, estetik saat difoto dan disajikan sehingga cocok untuk diunggah di media sosial, dan mudah dikemas di booth/counter yang akan cocok untuk konsep food corner di acara nikah.
Selain dimsum mentai, banyak Gen Z juga memilih menu lainnya, contohnya korean street food seperti tteokbokki dan corndog, japanese bites seperti sushi dan takoyaki, atau indonesian comfort food seperti seblak, nasi bakar, hingga sate taichan mini. Untuk minuman, berbagai sajian seperti boba, kopi susu kekinian, atau infused water juga bisa disajikan.
Pilihan katering seperti ini menunjukkan bahwa Gen Z mengutamakan makanan yang fun, praktis, dan relatable daripada menu berat konvensional yang kadang terlalu formal.
4. Undangan
Salah satu ciri kuat pernikahan Gen Z adalah minimnya penggunaan undangan fisik. Kini, sebagian besar hanya menggunakan undangan digital berupa microsite, file PDF interaktif, atau bahkan undangan video pendek di Instagram dan TikTok. Keuntungan dari gaya ini, pengantin bisa lebih hemat biaya cetak dan kurir, lebih ramah lingkungan karena paperless, hingga bisa diakses kapan saja dan disebar dengan cepat melalui grup WA, DM, atau broadcast email. Tak hanya itu, mudah juga jika diperlukan update info seperti lokasi, rundown, hingga dresscode.
Meskipun belum begitu populer, melalui undangan online, kamu bisa mulai menggunakan RSVP untuk menghitung kira-kira berapa tamu yang datang dan sebanyak apa konsumsi diperlukan.
5. Venue yang tidak biasa dan artistik

Venue yang dipilih Gen Z biasanya tidak lagi di ballroom atau gedung konvensional, tapi di tempat-tempat yang punya karakter kuat dan visual menarik, seperti taman atau kebun terbuka, kafe estetik atau rooftop, hingga villa pribadi. Tempat dengan interior artistik, misalnya galeri seni atau bangunan kolonial juga mulai banyak dipertimbangkan. Selain menekan biaya, venue semacam ini memberikan kebebasan bagi pengantin untuk menata acara dan menciptakan visual yang indah untuk dokumentasi.
6. MC tidak formal, diganti dengan teman atau host santai
Gen Z juga mulai meninggalkan MC profesional yang terlalu formal. Mereka lebih suka mengajak teman dekat menjadi MC supaya acara terasa lebih personal dan tidak canggung. MC juga akan diminta untuk memimpin games interaktif atau ice breaking agar acara tidak terlalu kaku. Pun, jika biasanya ada banyak sesi formalitas dengan sambutan yang panjang, Gen Z lebih banyak menggunakan waktu untuk acara yang lebih bermakna. Tujuannya agar acara tidak terasa seperti upacara resmi, tetapi lebih mirip pesta yang hangat dan penuh tawa.
7. Dresscode kasual atau monokrom yang simpel, tapi serasi

Dress code ala Gen Z biasanya tidak terlalu ribet. Pilihannya biasanya pakaian dengan warna netral atau monokrom, seperti putih, beige, dusty pink, atau sage green. Gaya casual chic di mana para tamu tidak harus mengenakan kebaya atau batik, tapi boleh mengenakan blouse, tunik, atau dress kasual
Tamu pria tidak wajib memakai jas, cukup dengan kemeja rapi atau polo shirt. Dengan dress code seperti ini, tamu bisa merasa lebih bebas bergerak dan tidak terbebani oleh persiapan outfit.
8. Mengenakan sneakers alih-alih sepatu formal
Pada pernikahan ala Gen Z, sepatu hak tinggi dan pantofel klasik bukan lagi satu-satunya pilihan. Banyak pengantin dan tamu yang memilih untuk memakai sneakers, bahkan untuk acara akad atau resepsi. Sneakers putih bersih, sneakers dengan aksen glitter, atau bahkan sepatu kolaborasi brand ternama bisa menjadi bagian dari fashion statement. Tak hanya itu, sneakers putih juga lebih nyaman untuk digunakan sepanjang acara, khususnya yang berlangsung outdoor atau dengan konsep mingle.
Sepatu jenis ini akan cocok dengan outfit yang kasual atau minimalis. Pengantin bisa tetap tampil modis dan estetik, apalagi jika dipadukan dengan dress atau jas yang tidak terlalu formal. Tren ini menunjukkan bahwa Gen Z mengutamakan diri mereka sendiri dibanding ekspektasi publik, termasuk dalam hal busana.
9. Durasi acara hanya satu atau dua jam

Resepsi pernikahan Gen Z biasanya berlangsung sangat singkat, hanya sekitar 60 sampai 90 menit. Acara biasanya akan dibuat padat, ringkas, dan tidak bertele-tele. Tidak ada sambutan panjang, tidak ada sesi formal yang kaku, bahkan kadang tidak ada prosesi masuk ke venue dan sejenisnya ala pengantin.
Berikut ini adalah contoh susunan acara singkat:
- Akad singkat (jika digabung dengan resepsi)
- Pidato singkat dari orang tua atau sahabat
- Makan bersama/mingle party
- Dokumentasi yang dilakukan secara candid
- Penutup
Keuntungan acara pendek ini adalah tamu tidak mudah kelelahan dan tetap semangat sepanjang acara. Pengantin juga tidak harus selalu tersenyum dan berdiri dalam waktu yang lama. Budget pun bisa lebih hemat, apalagi jika sewa tempat dan vendor dihitung per jam. Konsep ini akan lebih relevan untuk tamu dari kalangan muda yang sibuk dan tidak suka formalitas.
10. Playlist skena
Salah satu elemen paling menonjol di pernikahan Gen Z adalah playlist yang dikurasi sendiri oleh pengantin. Biasanya pilihan musik ini akan mencerminkan selera musik pasangan, bukan lagi lagu-lagu pernikahan klasik. Playlist ini sekarang lebih sering disebut sebagai “playlist skena”. Isinya cukup beragam, mulai dari lagu-lagu dari musisi indie lokal atau internasional, musik alternatif, pop 90an, bahkan lagu TikTok viral yang punya makna bagi pasangan.
Beberapa contohnya adalah lagu-lagu dari Hindia, Pamungkas, Sal Priadi, The 1975, LANY, Boy Pablo, lagu-lagu Jepang atau Korea yang chill, instrumental lo-fi atau city pop, hingga lagu-lagu cinta versi akustik atau jazz.
Playlist ini sering diputar sebagai background music sepanjang acara, dan tidak jarang dibuatkan dalam bentuk link Spotify atau YouTube untuk dibagikan ke tamu sebagai souvenir digital.
11. Menonjolkan natural beauty

Jika biasanya pernikahan membuat pengantin terlihat manglingi, tren makeup dan hairdo Gen Z lebih condong ke natural look. Mereka tidak ingin terlihat seperti orang lain di hari spesialnya. Fokusnya justru pada kulit sehat, tampilan segar, dan gaya rambut simpel tapi manis.
Ciri khasnya ada pada complexion yang ringan, bukan full coverage. Blush dan lip tint alami, tidak bold. Rambut dicepol simpel, ponytail estetik, atau loose wave. Headpiece juga dipilih yang minimalis atau diganti dengan flower crown.
Makeup seperti ini tidak hanya lebih nyaman untuk dipakai lama, tetapi juga bisa membuat dokumentasi terlihat lebih timeless. Namun, perlu diingat bahwa Gen Z mengutamakan konsep autentik. Mereka juga bisa saja menggunakan makeup yang lebih bold untuk menunjukkan dirinya.
12. Tanpa makeup team dan WO
Banyak pasangan Gen Z memilih untuk tidak menyewa MUA besar atau WO mahal. Mereka lebih suka dirias oleh teman sendiri, membentuk "panitia kecil" dari sahabat dan saudara, menyusun rundown sendiri, dan hanya menyewa MC freelance atau EO kecil-kecilan.
Tujuan dari hal ini adalah agar acara lebih personal dan benar-benar sesuai dengan keinginan. Hal ini juga menunjukkan semangat gotong royong dan kedekatan emosional dalam menyelenggarakan acara.
Gen Z identik dengan segala sesuatu yang efisien dan personal. Namun, bukan berarti mereka semua meninggalkan pakem-pakem pernikahan yang biasanya lebih panjang dan penuh prosesi. Jika itu preferensi mereka untuk “stay authentic”, pengantin Gen Z juga akan tetap melakukannya. Intinya, mereka akan memilih konsep pernikahan yang paling mencerminkan kepribadian, tapi juga yang lebih efisien.
Sekarang kamu sudah tahu konsep nikah yang lagi hits di kalangan Gen Z? Yuk, bikin hari spesialmu jadi anti-mainstream dan full of vibes! Cek vendor kece dan inspirasi kekinian cuma di WeddingMarket—biar nikahmu bukan cuma sah, tapi juga wah!
Cover | Fotografi: Hieros Photo via Uncle D Dekor