Pilih Kategori Artikel

Mengenal Upacara Pedang Pora, Tradisi Pernikahan Militer yang Penuh Simbol Kehormatan
Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 25 -27 April 2025
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Pernikahan selalu menjadi momen istimewa, namun ketika seorang prajurit militer melepas masa lajangnya, ada satu tradisi penuh kehormatan yang menyertai: upacara Pedang Pora. Upacara ini bukan sekadar seremoni formal, melainkan simbol persaudaraan, pengabdian, dan penerimaan pasangan ke dalam keluarga besar militer.

Dilaksanakan hanya sekali seumur hidup, upacara pedang pora menjadi tanda bahwa seorang perwira telah mengikat janji dalam kehidupan pribadi tanpa melepas jati dirinya sebagai abdi negara. Yuk, kenali lebih dalam makna, tata cara, hingga biaya pelaksanaan tradisi yang penuh kharisma ini.

Apa Itu Upacara Pedang Pora?

Upacara Pedang Pora adalah tradisi penghormatan dalam pernikahan seorang perwira militer aktif, baik dari TNI (AD, AL, AU) maupun Polri. Istilah “Pedang Pora” berasal dari frasa “Pedang Pura”, yang secara harfiah berarti gapura pedang. Makna ini merujuk pada barisan pedang yang diangkat tinggi membentuk lengkungan layaknya sebuah gerbang kehormatan. 

Formasi ini menjadi jalur simbolis yang dilalui oleh kedua mempelai saat melangkah menuju pelaminan—sebagai lambang awal perjalanan mereka dalam kehidupan rumah tangga yang penuh kehormatan dan kebersamaan.

Upacara ini hanya boleh dilakukan sekali seumur hidup, saat perwira menikah untuk pertama kali. Jika perwira tersebut menikah kembali setelah perceraian atau ditinggal pasangan, maka upacara ini tidak dapat diulang.

Selain sebagai bentuk penghormatan bagi perwira yang melepas masa lajang, upacara ini juga bermakna penerimaan mempelai wanita ke dalam keluarga besar militer, termasuk ke dalam organisasi Persit (untuk istri TNI) atau Bhayangkari (untuk istri Polri).

Siapa yang Berhak Menyelenggarakan Upacara Pedang Pora?

wm_article_img

Meskipun tampak memukau dan menggugah, tidak semua orang bisa menggelar upacara ini. Pedang Pora merupakan kehormatan khusus yang diberikan kepada perwira militer aktif—baik dari matra darat, laut, udara, maupun kepolisian. 

Ada jenjang dan latar belakang pendidikan tertentu yang menjadi syarat mutlak, seperti lulusan akademi militer atau sekolah perwira. Dengan demikian, upacara ini menjadi simbol eksklusif bagi mereka yang telah melewati proses panjang pendidikan, disiplin, dan pengabdian dalam institusi militer. 

Tradisi ini secara khusus diperuntukkan bagi perwira pria aktif, yakni mereka yang telah menyelesaikan pendidikan di institusi militer resmi. Beberapa di antaranya termasuk:

  • Akmil (Akademi Militer)

  • AAL (Akademi Angkatan Laut)

  • AAU (Akademi Angkatan Udara)

  • Akpol (Akademi Kepolisian)

  • Sepawamil (Sekolah Perwira Wajib Militer)

  • Semapa PK (Sekolah Perwira Prajurit Karier)

  • Ikatan Dinas Pendek (IDP)

Jika seorang prajurit wanita menikah dengan sesama prajurit pria berpangkat perwira, maka upacara ini dapat diselenggarakan oleh pihak laki-laki. Sedangkan untuk bintara dan tamtama, tradisi serupa dikenal dengan nama Hasta Pora, di mana formasi penghormatan dibentuk menggunakan tangan, bukan pedang.

Tata Cara Pelaksanaan Upacara Pedang Pora

wm_article_img
Fotografi: Morden

Tak hanya megah, upacara Pedang Pora juga berlangsung dalam urutan prosesi yang sangat terstruktur dan penuh nilai simbolis. Prosesi ini dirancang bukan sekadar untuk memukau para tamu, tapi untuk menciptakan momen sakral yang tak terlupakan, sebagai awal dari perjalanan panjang dalam pernikahan seorang prajurit.

Tradisi Pedang Pora umumnya digelar setelah prosesi akad nikah atau pemberkatan selesai, dan dilangsungkan di lokasi resepsi pernikahan. Momen ini menjadi bagian penutup yang penuh kehormatan, sekaligus simbol masuknya pasangan ke dalam kehidupan baru dengan restu dari keluarga besar militer. 

wm_article_imgwm_article_imgwm_article_img

Fotografi: Morden

Prosesinya melibatkan 12 orang perwira yang mengenakan seragam lengkap dan membawa pedang upacara. Susunan prosesi (umum) upacara Pedang Pora adalah sebagai berikut:

a. Jika Orang Tua Tidak Ikut Serta

  1. Pasukan Pedang Pora memasuki lokasi upacara. Berbaris rapi dengan seragam lengkap, pasukan membentuk dua baris yang saling berhadapan.

  2. Kedua mempelai memasuki lokasi acara. Biasanya didampingi oleh panitia atau pengiring khusus, bukan orang tua.

  3. Inspektur Upacara memasuki tempat upacara. Sosok penting ini memimpin jalannya prosesi secara resmi.

  4. Komandan pasukan memberikan laporan kesiapan.

  5. Sepasang mempelai melewati formasi ‘Gapura Pedang’. Pedang diangkat membentuk lengkungan sebagai simbol gerbang rumah tangga baru.

  6. Inspektur menyampaikan pernyataan kehormatan.

  7. Pemberian penghormatan kepada mempelai.

  8. Mempelai menuju pelaminan, diiringi Inspektur Upacara.

  9. Laporan akhir disampaikan oleh Komandan kepada Inspektur.

  10. Inspektur Upacara meninggalkan lokasi.

  11. Sesi foto bersama pasukan Pedang Pora dan kedua mempelai.

  12. Upacara resmi dinyatakan selesai.

b. Jika Orang Tua dan Keluarga Ikut Serta

Pelibatan orang tua dan keluarga inti bisa disesuaikan. Apabila orang tua turut ambil bagian dalam prosesi, maka yang memasuki lokasi upacara bukan hanya mempelai, melainkan juga orang tua serta keluarga inti. Mereka bersama-sama melewati gapura pedang, menjadikan momen tersebut lebih hangat dan penuh makna karena diiringi restu keluarga dalam setiap langkah pasangan menuju kehidupan baru.

Setelah inspektur upacara memberikan penghormatan kepada mempelai, prosesi dilanjutkan dengan iringan menuju pelaminan. Dalam tahap ini, inspektur, orang tua, keluarga inti, dan pasukan pedang pora turut serta mendampingi. Selanjutnya, prosesi berjalan sebagaimana biasanya—mulai dari sesi foto bersama hingga laporan penutup dari komandan pasukan sebagai tanda berakhirnya upacara.

Makna Filosofis Pedang Pora

wm_article_img
Fotografi: Teinmiere

Upacara ini bukan hanya tentang barisan seragam dan irama tambur yang menghentak. Setiap gerakan, dari pedang yang terhunus hingga langkah kaki mempelai yang mantap melewati gapura, adalah metafora kehidupan. 

Pedang yang terangkat melambangkan kesiapan menghadapi rintangan, sedangkan gapura itu sendiri adalah simbol gerbang kehidupan baru. Sementara formasi Payung Pora menyiratkan perlindungan dan doa restu dari Yang Maha Kuasa, agar rumah tangga yang dibangun dapat bertahan dalam suka dan duka. Setiap detail dalam upacara ini penuh makna:

  • Gapura Pedang: Simbol gerbang kehidupan baru yang akan dilalui bersama.

  • Pedang Terhunus: Tekad untuk menghadapi tantangan hidup pernikahan dengan keberanian dan disiplin.

  • Formasi Payung Pora: menyiratkan perlindungan dan doa restu dari Yang Maha Kuasa, agar rumah tangga yang dibangun dapat bertahan dalam suka dan duka.

  • Seragam Persit/Bhayangkari: menandai bahwa sang istri telah resmi diterima sebagai bagian dari komunitas militer, dan siap mendampingi dalam segala kondisi.

Persyaratan Administratif Upacara Pedang Pora

wm_article_img
Fotografi: Antzcreator

Sebelum menyelenggarakan upacara Pedang Pora, calon pengantin harus menyiapkan sejumlah dokumen dan menjalani proses administratif sesuai ketentuan militer. Berikut adalah daftar lengkap yang perlu dipenuhi:

  1. Surat Permohonan Izin Menikah: Dibuat oleh prajurit dan ditandatangani oleh atasan langsung di satuan, seperti Komandan Batalyon. Salinan biasanya dibuat rangkap 10.

  2. Surat Pernyataan Kesanggupan Calon Istri: Dokumen ini berisi kesediaan calon mempelai wanita untuk menjadi istri prajurit, dilengkapi tanda tangan di atas materai.

  3. Surat Persetujuan Orang Tua/Wali: Persetujuan resmi dari orang tua atau wali calon mempelai wanita, ditandatangani dan dilegalisasi sesuai ketentuan.

  4. Surat Keterangan Belum Pernah Menikah: Diketahui oleh Kepala Desa dan pihak KUA sesuai domisili calon pengantin.

  5. Surat Keterangan Domisili: Dikeluarkan oleh kelurahan atau desa tempat tinggal masing-masing mempelai.

  6. Surat Pengantar (Sampul D): Dokumen penting yang diproses di Kodim dan Koramil wilayah calon mempelai wanita. Isinya ditujukan kepada Komandan Kodim, Pasi Intel, Pasi Ter, dan Danramil.

  7. Dokumen N1, N2, dan N4: Merupakan dokumen resmi dari kelurahan untuk kebutuhan pencatatan sipil dan KUA. Meliputi: N1: Surat pengantar nikah, N2: Surat keterangan asal-usul, dan N4: Surat keterangan tentang orang tua.

  8. Surat Pernyataan dari Kedua Calon Pengantin: Berisi kesiapan masing-masing untuk menjalani pernikahan dan kehidupan sebagai pasangan prajurit.

  9. SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian): Wajib disertakan oleh calon istri dan juga orang tuanya sebagai bagian dari proses pemeriksaan latar belakang.

  10. Dokumen Identitas Pribadi: Meliputi fotokopi KTP, akta kelahiran, dan ijazah dari kedua mempelai.

  11. Pas Foto Resmi

  • Calon pengantin pria: ukuran 6×9, mengenakan Pakaian Dinas Harian (PDH), latar belakang biru (12 lembar).

  • Calon pengantin wanita: ukuran 4×6, mengenakan seragam Persit (tanpa lencana) sebanyak 5 lembar.

  1. Audiensi dengan Pejabat Militer Terkait: Calon mempelai wanita dan pihak keluarganya juga diwajibkan untuk melakukan pertemuan resmi (menghadap) dengan Komandan Satuan, Pasi Intel (Perwira Seksi Intelijen), dan Danramil (Komandan Rayon Militer) sesuai domisili, sebagai bagian dari proses verifikasi dan pembinaan mental calon anggota keluarga militer.

Selain dokumen, calon istri juga diwajibkan untuk:

  • Tes kesehatan di rumah sakit militer.
  • Tes bintal (pembinaan mental).
  • Menghadap Komandan Satuan, Pasi Intel, dan Danramil (sesuai domisili)
  • Mengikuti sesi pengenalan organisasi istri prajurit (seperti Persit).

Biaya Upacara Pedang Pora

wm_article_img
Fotografi: Antzcreator

Menyelenggarakan upacara Pedang Pora jelas bukan sekadar resepsi pernikahan biasa. Ada elemen protokoler, personel berseragam lengkap, hingga alat khusus seperti pedang dan seragam resmi yang perlu dipersiapkan. Oleh karena itu, wajar bila biaya pelaksanaannya bisa lebih tinggi dibandingkan pernikahan sipil pada umumnya. 

Namun, banyak pasangan menyebut biaya ini sebagai bentuk investasi untuk menciptakan momen yang tak hanya indah, tapi juga sarat makna dan kebanggaan—sebuah kenangan yang akan dikenang seumur hidup.

Secara umum, tidak ada tarif baku. Biaya pelaksanaan tergantung dari skala acara, lokasi, jumlah personel yang terlibat, hingga apakah kamu menggunakan wedding organizer yang berpengalaman dalam pernikahan militer.

Biasanya, biaya ini sudah menjadi satu bagian dalam paket WO. Namun, jika diselenggarakan secara mandiri, keluarga perlu berkoordinasi dengan satuan untuk kesiapan personel, seragam, pedang, dan peralatan pendukung lainnya.

Tradisi yang Tak Sekadar Simbol

Upacara Pedang Pora bukan hanya prosesi simbolis, tetapi juga wujud penghargaan yang sarat makna—tentang kehormatan, kesetiaan, dan kesiapan memasuki kehidupan rumah tangga sebagai bagian dari keluarga besar militer. Di balik setiap langkah dan hunusan pedang, tersimpan doa, restu, serta kebanggaan yang menjadikan momen ini tak hanya megah, tapi juga begitu emosional dan membekas dalam kenangan.

Bagi kamu yang sedang merancang pernikahan istimewa dengan nuansa militer atau mencari inspirasi konsep pernikahan lainnya, WeddingMarket hadir sebagai partner terpercaya untuk mewujudkannya. Temukan vendor terbaik, ide-ide kreatif, serta tips bermanfaat yang akan membantumu merencanakan hari bahagiamu dengan lebih mudah dan berkesan. Mulai kisah cintamu dengan langkah yang tepat—jelajahi WeddingMarket dan ciptakan momen tak terlupakan dalam balutan keindahan.


Cover | Fotografi: Venema Pictures

Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 25 -27 April 2025
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Article Terkait

Loading...

Article Terbaru

Loading...

Media Sosial

Temukan inspirasi dan vendor pernikahan terbaik di Sosial Media Kami

Loading...