Pernikahan akan jadi momen sekali seumur hidup yang tak akan terlupakan, maka dari itu saat memiliki venue pernikahan tradisional pasti dengan banyak pertimbangan. Apalagi kalau keluarga besar dan pasangan dari adat jawa juga, pasti ingin prosesi sakral dan mengharu biru.
Kamu perlu tahu pernikahan tanpa adat bagai sayur tanpa garam, jelas tidak lengkap dan pernikahan akan sama seperti hari biasanya saja. Menikah adalah keputusan besar yang wajib dibagikan pada orang lain, ini momen bahagia yang bisa dibagikan pada teman, saudara hingga khalayak ramai.
Apa jadinya apabila kamu melangsungkan pernikahan dengan adat Jawa, namun kamu sendiri tidak paham makna dari prosesi, pakaian, bahkan ornamen-ornamen yang ada di venue pernikahan kamu? Tentunya akan mengurangi kesyahduan kamu, kan? Karenanya kamu harus tau makna dari ornamen venue pernikahan tradisional adat jawa.
Makna Ornamen Venue Pernikahan Tradisional Adat Jawa
Bukan sekadar pelengkap saja, banyak ornament dalam venue adat jawa yang memiliki makna dan doa terselip. Ini tentu bagus untuk pernikahan mendatang, kebanyakan mendoakan agar dimudahkan dan mengandung makna agar pernikahan langgeng hingga maut memisahkan.
1. Gebyok Sebagai Latar Panggung Pernikahan
Papan besar dari kayu yang banyak digunakan untuk latar pelaminan, ini bukan hanya pernikahan namun hajatan besar adat jawa. Bentuknya seperti pintu dengan beberapa ukiran jawa, sekilas bentuknya memang mirip rumah pada umumnya.
Gebyok memiliki makna bahwa pasangan yang telah menikah akan memasuki dunia baru. Dimana nantinya kehidupan baru akan dimulai, ini tentu akan berbeda dari kehidupan sebelumnya, Gebyok juga menandakan doa yang manis dari orang tua untuk melepas anaknya.
Bentuk gebyok juga beraneka ragam, tidak mesti saklek dengan aturan adat. Misalkan bentuk pintu dengan jendela berukir dari kayu jawa, ini menggambarkan rumah tangga mendatang. Sedangkan ukiran pada gebyok menggambarkan keharmonisan hidup, tujuan pernikahan, kedamaian dan ketentraman.
Ada juga gebyok dengan gunungan seperti kerucut yang jadi peraga ombak, api, angina tau gua. Pelaminan tradisional adat jawa ini memiliki makna simbol kehidupan di dunia, dimana selalu muncul hal baik dan buruk nantinya. Pengantin baru diharapkan bisa saling membantu satu sama lain setelah pernikahan.
2. Miniatur Joglo di Pelaminan
Kebanyakan dalam pernikahan outdoor sederhana akan memberikan tambahan miniatur joglo di pelaminan. Tujuannya sebagai pelengkap atau pengganti gebyok. Sentuhan joglo akan memperkental adat jawa, biasanya hanya ada tiang dan gunungan atap saja.
Makna adanya empat pilar penyangga pada miniatur adalah empat arah mata angin. Sedangkan kerumitan dalam pembuatan rumah adat jawa tersebut, bisa menunjukkan tingkat strata sosial. Biasanya hanya kalangan bangsawan atau priyayi saja yang menggunakan adat tersebut.
Namun kini penggunaan miniatur joglo di pelaminan sudah sangat lazim tanpa memandang strata sosial. Kebanyakan digunakan untuk memberikan tambahan kesan mewah dan menutup panggung yang terlalu kosong. Paling cocok untuk venue pelaminan adat jawa outdoor, sehingga memberikan kesan mewah, besar dan lebih meriah.
3. Hiasan Bunga di Seluruh Pelaminan
Di pelaminan adat Jawa akan ada banyak rangkaian bunga untuk mempermanis sekaligus membuat pelaminan menjadi lebih wangi. Inilah yang akan jadi perbedaan pernikahan tradisional jawa dengan adat lainnya, bunga yang digunakan khas dan bermakna.
Biasanya di pelaminan akan banyak taburan bunga mawar dan melati, ini menandakan keharmonisan dan keharuman dalam rumah tangga. Belum lagi adanya bunga lainnya yang menjadi simbol doa bagi pasangan yang sedang berbahagia. Bisa kok menambahkan bunga yang kamu suka, tapi pastikan cocok ya.
4. Patung Loro Blonyo
Patung sepasang pengantin yang selalu ada di sisi pelaminan, ini merupakan miniatur dari pria dan wanita. Diibaratkan pengantin yang menikah hari ini, adalah Dewi Sri dan Sadhana. Ini merupakan gadis muda cantik dalam kisah pewayangan Ramayana.
Sedangkan Sadhana merupakan perwujudan dari tokoh Rama dari kisah Ramayana, dimana menggambarkan pria yang tampan, gagah dan rupawan. Biasanya patung loro blonyo ini ada di tengah pelaminan sebagai simbol penyatuan pasangan pengantin.
Dalam venue pernikahan adat jawa, ini merupakan simbol dari kesetiaan suami istri yang akan memulai kehidupan rumah tangga. Diharapkan agar pernikahan langgeng, jauh dari gangguan, rukun dan harmonis. Bahkan pengharapan orang tua agar kamu dan pasangan langgeng hingga maut yang memisahkan.
5. Rangkaian Sepasang Buah dan Sayur di Pelaminan
Dalam pernikahan adat jawa, biasanya akan muncul sepasang rangkaian sayur dan buah di pelaminan. Bukan hanya bisa dikonsumsi namun jadi aksesori tambahan untuk pemanis pelaminan. Selain itu, ornamen venue adat jawa ini memiliki makna dan doa yang tulus.
Adanya sepasang buah dan sayur ini menggambarkan nantinya pengantin akan dilimpahi dengan kemakmuran, kesejahteraan dan harta yang cukup menjalani rumah tangga. Selain itu, menggambarkan kemakmuran dan penyelenggara acara hajatan.
Biasanya buah yang digantungkan seperti buah apel, nanas, pisang, rambutan, timun, wortel. Ini semua bisa dikonsumsi dan disajikan dalam bentuk buah matang. Bahkan terkadang ditemukan satu tanda pisang dengan jumlah ganjil dan genap yang mewakili pengantin pria dan wanita.
6. Aksen Batik di Pelaminan
Kebanyakan baju pengantin adat jawa menggunakan ornamen batik. Bukan sekedar melestarikan adat, namun juga mengandung makna. Bahkan setiap jenis batik yang digunakan pengantin di pelaminan memiliki makna dan doa tersendiri lho!
Misalkan motif batik Sido Mulyo, menggambarkan doa kemuliaan bagi pengantin saat memulai kehidupan berumah tangga. Berbeda lagi jika memiliki batik motif Sido Asih yang berasal dari Surakarta, dimana memiliki makna sebuah pengharapan pengantin dilimpahi kasih sayang dan kemudahan dalam mengarungi kehidupan berumah tangga.
Aplikasi penggunaan batik bukan hanya pada baju pengantin, namun bisa di motif kursi pengantin, taplak meja hingga dekorasi pada gebyok dengan tambahan kain batik. Bahkan untuk hajatan resepsi pernikahan modern masih menggunakan sentuhan batik yang terkesan lebih 'kejawen'.
7. Lampu Hias Digantung di Pelaminan
Kurang semarak jika pelaminan tidak ditambahkan dengan lampu hias. Tidak perlu terlalu ramai yang akan membuat panas nantinya. Cukup tempatkan lampu hias di sekitaran gebyok yang jadi background saja. Ini hanya untuk mempermanis pelaminan adat jawa saja, sehingga memberikan kesan lebih semarak.
Namun kini banyak pengantin yang memilih lampu hias mengarah pada adat jawa, seperti lampu gantung hias kuno yang ada di teras rumah jawa atau lampu gantung model semprong yang biasanya ada di rumah bangsawan atau priyayi.
Tujuan diberikan tambahan lampu hias, agar panggung lebih terang dan fokus tamu hanya pada pengantin saja. Lampu yang dipilih juga bisa menyesuaikan dari gebyok, hiasan bunga dan konsep pelaminan.
Ternyata bukan hanya hiasan semata ya dear, lampu yang menerangi di pelaminan memiliki makna dan doa untuk pengantin baru loh. Dimana orang tua memiliki harapan agar pernikahan selalu diterangi dengan kebahagiaan, kesenangan dan selalu rukun hingga kakek nenek.
Cukup banyak bukan ornamen dalam venue pernikahan tradisional adat jawa, ya? Apakah akan rumit apabila melakukan pernikahan adat jawa? Tentu saja tidak! Kamu bisa berkonsultasi dengan venue pernikahan adat, ataupun wedding organizer tradisional bahkan bisa menyerahkan semua tugasnya kepada mereka. Yuk temukan vendor-vendor yang siap membantu wujudkan pernikahan impian kamu di Wedding Market.