Pilih Kategori Artikel

Apa Saja Larangan Menikah? Berikut ini Beberapa di Antaranya
Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 26-27 Oktober 2024
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Saat akan memutuskan untuk menikahi seseorang, kamu mungkin akan banyak mencari tahu tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan. Namun, mungkin kurang mencari tahu perihal apa saja yang harus dihindari padahal hal yang satu ini juga akan membantumu dalam memutuskan apakah pernikahan sebaiknya dilanjutkan atau tidak, lo. 

Lalu, apa saja larangan yang sebaiknya dihindari ketika akan memutuskan untuk menikahi seseorang? Berikut ini beberapa hal yang sebaiknya kamu hindari jika ingin acara pernikahan dan kehidupan rumah tangga nantinya akan berjalan dengan lancar. Simak sampai habis, ya!

1. Menikah tanpa restu orang tua

wm_article_img

Saat awal meminta restu orang tua dan tidak mendapatkannya, kamu boleh saja berusaha sekuat tenaga hingga akhirnya mereka memberikan izin. Namun, jika sudah beberapa kali meminta restu, ternyata hubungan kalian tetap tidak direstui, sebaiknya kembali pertimbangkan ulang keputusanmu. 

Dalam banyak budaya, termasuk di Indonesia, restu orang tua dianggap sebagai berkah yang membawa kebaikan dan kelancaran dalam kehidupan rumah tangga. Terlepas dari berkah dan kepercayaan lainnya, menikah tanpa restu akan membuat kamu dan pasangan akan menghadapi berbagai tantangan, seperti konflik keluarga, kurangnya dukungan emosional saat terjadi sesuatu, dan bahkan penolakan dari anggota keluarga lainnya. Hal ini dapat menjadi sumber stres tambahan dalam hubungan pernikahan.

2. Menikah hanya karena usia

Tekanan sosial dari sekitar membuat banyak orang merasa bahwa ia harus menikah di usia tertentu, padahal setiap orang memiliki kesiapan dan perjalanan hidup yang berbeda-beda. Memaksakan diri untuk menikah hanya karena faktor usia tanpa mempertimbangkan kesiapan emosional, mental, dan finansial dapat menyebabkan ketidakbahagiaan dalam pernikahan. Apalagi jika akhirnya menikah dengan sembarang orang.

Pernikahan membutuhkan komitmen dan tanggung jawab yang besar. Penting untuk memastikan bahwa kedua pasangan siap secara menyeluruh untuk memasuki fase kehidupan ini. Menikah karena alasan usia tanpa kesiapan yang matang dapat menyebabkan konflik, ketidakpuasan, dan bahkan perceraian. Oleh karena itu, keputusan untuk menikah sebaiknya didasarkan pada kesiapan pribadi dan kecocokan dengan pasangan, bukan semata-mata karena tekanan usia.

3. Menikah dengan tujuan mengubah pasangan

Apakah kamu merasa pasanganmu memiliki sifat dan sikap yang kurang baik selama menjalin hubungan denganmu? Lantas kamu ingin menikah dengannya karena merasa bahwa pernikahan akan mengubahnya? Coba pikirkan kembali.

Setiap orang memiliki karakter, nilai, dan kebiasaan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun. Mengharapkan perubahan drastis pada pasangan setelah menikah merupakan hal tidak realistis. Bahkan, kamu justru bisa stres sendiri jika perubahan tersebut tidak terjadi sesuai harapan. Hal ini dapat memicu pertengkaran dan konflik dalam hubungan pernikahan.

Pernikahan yang sehat dibangun dengan saling menerima dan memahami satu sama lain. Alih-alih mencoba mengubah pasangan, lebih baik fokus pada komunikasi yang baik dan saling memahami untuk mengatasi perbedaan yang ada. Jika ada aspek tertentu yang menurutmu sulit untuk diterima, diskusikan secara terbuka sebelum menikah dan lakukan kompromi untuk memperoleh solusi yang lebih efektif dibandingkan berharap perubahan total dari pasangan nantinya.

4. Menikah tanpa cinta

wm_article_img

Banyak yang bilang bahwa cinta bukan segalanya di dalam pernikahan. Namun, bukan berarti kamu tidak membutuhkannya sama sekali. Menikah adalah komitmen seumur hidup yang membutuhkan fondasi yang kokoh. Cinta adalah salah satu elemen terpenting dalam membangun fondasi tersebut. Tanpa cinta, hubungan pernikahan akan terasa hampa dan kurang bermakna. Pasangan pengantin mungkin akan mengalami kesulitan dalam menghadapi tantangan dan konflik yang muncul seiring berjalannya waktu karena tidak ada ikatan emosional yang kuat yang akan mendukung saat melalui masa-masa sulit.

Selain itu, menikah tanpa cinta biasanya dilakukan karena tekanan sosial, ekonomi, atau alasan lain yang tidak mempertimbangkan perasaan antara kedua pasangan. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakpuasan, perselingkuhan, atau bahkan perceraian di kemudian hari. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa keputusan untuk menikah didasarkan pada perasaan cinta yang tulus dan saling pengertian antara kedua belah pihak.

5. Menikah saat masih terikat masa lalu

Belakangan ini kamu mungkin sering mendengar cerita perihal seseorang yang belum sepenuhnya selesai dengan masa lalunya, tapi memutuskan untuk menikah. Konflik pun muncul dan pasangan sah yang jadi korban.

Perasaan yang belum terselesaikan dapat menyebabkan ketidakpercayaan, kecemburuan, dan ketidakamanan dalam hubungan baru yang sedang dijalani. Selain itu, membawa beban emosional dari masa lalu ke dalam pernikahan juga akan menjadi tembok tinggi untuk membangun ikatan yang sehat dengan pasangan.

Sebelum memutuskan untuk menikah, penting untuk memastikan bahwa semua isu masa lalu telah diselesaikan. Masing-masing dari kalian harus telah berdamai dengan pasangan sebelumnya. Tahap ini mungkin akan menjadi proses panjang yang dilakukan dengan refleksi diri hingga konseling. Dengan demikian, pasangan dapat memasuki pernikahan dengan hati dan pikiran yang terbuka, serta siap untuk membangun masa depan bersama tanpa dibayangi oleh masa lalu.

6. Menikah saat emosi tidak stabil

Dalam kehidupan ini kita akan merasakan masa-masa di mana kondisi emosi kita tidak stabil, seperti saat sedang stres berat, depresi, merasakan euforia sementara, dan kecemasan lainnya yang akan memengaruhi kemampuan dalam membuat keputusan yang rasional dan bijaksana. Keputusan untuk menikah di situasi seperti ini biasanya hanya didasarkan dorongan sesaat dan keinginan untuk mencari pelarian dari masalah, bukan pertimbangan matang dan keinginan untuk membangun rumah tangga.

Pernikahan memerlukan komitmen jangka panjang dan rencana yang matang sehingga kamu bisa mengetahui kesiapan dan kompatibilitas dengan pasangan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa keputusan untuk menikah dibuat saat dalam kondisi emosional yang stabil dan mampu mempertimbangkan semua aspek secara objektif. Jika perlu, mengambil waktu untuk menenangkan diri dapat membantu dalam membuat keputusan yang lebih tepat.

7. Menikah tanpa persiapan mental dan finansial

wm_article_img

Pernikahan tidak hanya tentang cinta dan komitmen, tetapi juga melibatkan tanggung jawab dan penyesuaian dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk mental dan finansial. Persiapan mental mencakup kesiapan untuk berbagi hidup dengan orang lain, menghadapi tantangan bersama, dan berkomunikasi secara efektif. Tanpa kesiapan mental yang cukup, pasangan pengantin mungkin kesulitan mengatasi perbedaan dan konflik yang muncul dalam pernikahan.

Di sisi lain, stabilitas finansial juga merupakan komponen penting dalam membangun rumah tangga yang harmonis. Masalah keuangan seringkali menjadi salah satu penyebab utama konflik dalam pernikahan. Oleh karena itu, sebelum menikah, pasangan sebaiknya mendiskusikan dan merencanakan keuangan bersama, termasuk pendapatan, pengeluaran, tabungan, dan investasi. Dengan persiapan yang baik, pasangan dapat mengurangi stres dan memastikan kestabilan dalam kehidupan pernikahan mereka.

8. Menikah karena kasihan

Terdengar konyol, nyatanya ada juga banyak orang yang memutuskan untuk menikah karena alasan yang satu ini. Rasa kasihan bukanlah emosi yang cukup kuat untuk menopang komitmen jangka panjang seperti pernikahan. Menikah karena kasihan justru akan membuat salah satu pihak merasa terbebani atau merasa bahwa perasaan mereka tidak dihargai. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam hubungan, di mana satu pihak merasa superior atau inferior. Pada akhirnya dapat menimbulkan ketidakpuasan dan konflik yang panjang.

Selain itu, pernikahan yang didasarkan pada rasa kasihan bisa jadi tidak memenuhi kebutuhan emosional dan fisik bagi kedua belah pihak. Penting untuk memastikan bahwa pernikahan didasarkan pada cinta, saling pengertian, dan keinginan bersama untuk membangun kehidupan bersama. Dengan demikian, hubungan yang terbentuk akan lebih seimbang, saling mendukung, dan mampu bertahan melalui berbagai tantangan kehidupan.

9. Menikah hanya karena di bawah pengaruh tekanan sosial

Tekanan sosial dapat datang dalam berbagai bentuk, seperti komentar dari keluarga dan teman, harapan, atau standar masyarakat mengenai kapan seseorang seharusnya menikah. Menyerah pada tekanan ini tanpa mempertimbangkan keinginan dan kesiapan pribadi dapat menyebabkan seseorang menikah dengan orang yang tidak cocok atau pada waktu yang tidak tepat. Pada akhirnya dapat mengakibatkan ketidakbahagiaan dalam pernikahan.

Pernikahan adalah keputusan pribadi yang seharusnya didasarkan pada perasaan dan pertimbangan individu, bukan karena memenuhi ekspektasi orang lain. Cobalah untuk mengenali dan menghargai keinginan serta kebutuhanmu sendiri. Kemudian, kamu bisa mengambil keputusan menikah ketika sudah merasa benar-benar siap dan menemukan pasangan yang sesuai.

10. Menikah untuk balas dendam

wm_article_img

Setiap orang memiliki tujuan pernikahan yang berbeda-beda. Kebanyakan memiliki niat baik, tapi ternyata ada juga beberapa orang yang memiliki tujuan yang negatif. Pernikahan yang didorong oleh motivasi negatif seperti balas dendam cenderung tidak memiliki fondasi yang kuat dan sehat. Tindakan ini biasanya dilakukan secara impulsif dan tanpa pertimbangan matang, hanya untuk membuktikan sesuatu kepada orang lain atau membuat mereka merasa cemburu atau terluka. Akibatnya, hubungan pernikahan tersebut tidak akan memiliki cinta, kepercayaan, dan komitmen yang diperlukan untuk bertahan lama.

Selain itu, salah satu pihak dalam situasi ini mungkin merasa dimanfaatkan atau tidak dihargai sepenuhnya, yang dapat menimbulkan rasa sakit hati dan tentu saja ketidakbahagiaan. Menggunakan pernikahan sebagai sarana balas dendam juga tidak menyelesaikan masalah emosional yang mendasarinya dan justru dapat menciptakan lebih banyak komplikasi. Lebih baik fokus pada penyembuhan diri sehingga baru membangun hubungan baru saat sudah siap dengan berdasarkan cinta dan saling pengertian yang tulus.

Menikah sebaiknya menjadi sebuah wadah janji suci yang menyatukan dua hati. Jika ingin memiliki kehidupan pernikahan menyenangkan dan jangka panjang, sebaiknya hindari berbagai larangan tersebut. Jangan sampai karena mengikuti pikiran impulsif, malah kita terjebak dalam hubungan jangka panjang yang tidak sehat bagi diri sendiri maupun pasangan.

Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 26-27 Oktober 2024
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Article Terkait

Loading...

Article Terbaru

Loading...

Media Sosial

Temukan inspirasi dan vendor pernikahan terbaik di Sosial Media Kami

Loading...