Pilih Kategori Artikel

Menikah Adat Jawa? Yuk, Kenali Tradisi Siraman Dulu!
Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 25 -27 July 2025
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Di tengah gemerlap pernikahan modern, prosesi adat tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah siraman pengantin adat Jawa, yang sering kali menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian prosesi pernikahan.

Siraman berasal dari kata "siram" yang artinya membasuh atau mandi. Dalam tradisi Jawa, ritual ini memiliki makna lebih dalam bukan hanya sekadar membersihkan tubuh, tetapi juga menyucikan hati dan pikiran calon pengantin sebelum menjalani kehidupan baru sebagai suami atau istri. Siraman menjadi simbol awal perjalanan menuju status baru, dengan harapan segala yang buruk atau tidak baik dari masa lalu akan luruh bersama air yang mengalir.

Banyak pasangan pengantin masa kini, termasuk selebriti memilih menghidupkan kembali tradisi ini karena nilainya yang luhur, sekaligus karena keindahannya yang penuh estetika. Siraman menjadi jembatan antara adat yang sarat makna dan tampilan yang memanjakan mata.

Filosofi dan Latar Tradisi

wm_article_img
Foto: via ayaweddingservice

1. Makna Simbolis Air dan Doa

Air dalam budaya Jawa dianggap sebagai unsur pemurni. Dalam siraman, air yang digunakan bukan air biasa. Ia biasanya diambil dari tujuh sumber mata air yang berbeda, sering kali dari tempat-tempat suci atau rumah saudara yang memiliki hubungan darah dekat dengan calon pengantin.

Air ini lalu dicampur dengan kembang setaman yang harum, seperti Melati, Kenanga, Mawar, dan Kantil. Setiap kali air disiramkan, disertai doa yang tulus dari orang tua atau sesepuh. Doa-doa ini tidak hanya menyentuh fisik, tetapi juga menyentuh batin sang pengantin. Misalnya, doa agar pernikahan langgeng, rumah tangga penuh kasih sayang, serta diberi keturunan yang baik dan berkecukupan.

2. Filosofi Angka Tujuh

wm_article_img
Foto: via ayaweddingservice

Angka tujuh (pitu) dalam bahasa Jawa mengandung filosofi mendalam. Dalam budaya Jawa, angka ini dianggap sakral karena mewakili kesempurnaan dan keberkahan. Selain air dari tujuh sumber, seringkali digunakan tujuh jenis bunga, tujuh orang yang menyiram, hingga tujuh nasihat yang diberikan. 

3. Penyambutan Jiwa Baru

Siraman bisa diibaratkan seperti proses kelahiran kembali. Calon pengantin dianggap sedang "dibersihkan" dan "disiapkan" secara spiritual untuk menjadi pribadi baru. Sama seperti bayi yang baru lahir dibasuh dengan air hangat, pengantin pun dibasuh agar bersih dari luka masa lalu dan siap menerima amanah rumah tangga.

4. Persiapan Sakral Menuju Gerbang Pernikahan

wm_article_img
Fotografi: Derai Studio

Dalam tradisi Jawa, prosesi pernikahan merupakan perjalanan spiritual yang penuh makna. Siraman menjadi sebuah ritual penyucian diri yang sarat simbolisme dan nilai filosofis. Biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah, siraman menjadi ajang perenungan sekaligus restu dari keluarga untuk melepas masa lajang calon pengantin.

Setiap elemen dalam prosesi siraman memiliki urutan yang tertata dan makna tersendiri. Tak jarang, keluarga melibatkan pemandu adat agar pelaksanaannya sesuai pakem budaya. Berikut ini adalah urutan persiapan hingga acara siraman beserta makna di baliknya.

Menyusun Rangkaian Acara Siraman

Siraman biasanya dilaksanakan sehari sebelum akad nikah. Acara ini memiliki runtutan jelas dan tertib, bahkan sebagian keluarga mempekerjakan pemandu adat atau pamong budaya agar setiap prosesi dijalankan sesuai pakem. 

1. Pemasangan Bleketepe

wm_article_img
Foto: Instagram/Alghazali7

Pagi hari sebelum siraman dimulai, orang tua atau sesepuh keluarga akan memasang bleketepe, yaitu anyaman daun kelapa muda yang digantung di depan rumah. Ini bukan sekadar hiasan. Bleketepe merupakan simbol bahwa rumah tersebut sedang menyelenggarakan hajatan adat besar. Selain itu, bleketepe juga dipercaya sebagai penolak bala dan pengundang berkah, menandai kesiapan keluarga dalam menerima tamu sekaligus leluhur yang “diundang secara batin” untuk menyaksikan prosesi sakral ini.

2. Tirakatan

Tirakatan dilangsungkan pada malam sebelum siraman. Biasanya diisi dengan pengajian, doa bersama, atau kenduri kecil yang mengundang keluarga dekat dan tetangga. Malam ini adalah saat hening, kontemplatif, tempat keluarga memohon perlindungan dan kelancaran prosesi kepada Tuhan. Secara spiritual, tirakatan adalah bentuk pasrah dan ikhtiar batin sebelum memasuki tahap hidup yang lebih besar: membina rumah tangga.

3. Menyiapkan Air Siraman dan Bunga Setaman

wm_article_img
Foto: via ayaweddingservice

Air untuk siraman tidak bisa diambil sembarangan. Idealnya berasal dari tujuh sumber mata air yang berbeda, yang melambangkan keberagaman rezeki dan berkah kehidupan. Air kemudian dicampur dengan bunga setaman kombinasi harum dari melati, kenanga, kantil, mawar merah-putih, dan sedap malam. Keharuman bunga bukan hanya memberikan sensasi segar, tetapi melambangkan doa agar kehidupan rumah tangga yang dibangun kelak penuh keindahan, ketulusan, dan kesucian.

4. Penjemputan Calon Pengantin

Dengan mengenakan busana khas siraman biasanya kain jarik dan kebaya sederhana calon pengantin dijemput dari kamarnya. Ia digandeng oleh ayah dan ibu, melangkah perlahan menuju tempat siraman, yang sudah dihias cantik dan penuh sesaji. Di belakangnya, para sesepuh membawa sesaji dan perlengkapan upacara, menjadikan momen ini ibarat arak-arakan kecil menuju gerbang kehidupan baru.

5. Siraman

wm_article_img
Fotografi: Derai Studio

Prosesi inti pun dimulai. Siraman diawali dengan doa pembuka, lalu ayah menyiramkan air ke kepala anaknya, disusul oleh ibu, kemudian para sesepuh dan pinisepuh yang telah dipilih (biasanya 7 atau 9 orang). Air disiramkan perlahan, dari kepala hingga ujung kaki, menggunakan gayung dari batok kelapa, mengalirkan restu dan harapan baik.

Setiap tetes air dipercaya membawa doa, membersihkan bukan hanya tubuh tapi juga jiwa dari keraguan dan hal-hal buruk yang mungkin masih melekat. Ini adalah momen penuh ketenangan, bahkan kadang diselimuti haru.

6. Pemotongan Rambut dan Kuku

Setelah siraman, orang tua akan memotong sedikit rambut dan kuku anaknya. Sekilas tampak sederhana, namun ini punya makna mendalam yakni membuang sifat-sifat buruk, ego, dan kenangan masa lalu yang tidak perlu dibawa ke dalam pernikahan. Ini adalah simbol bahwa pengantin siap tumbuh menjadi pribadi baru yang lebih dewasa dan bijaksana.

7. Ngerik

Lalu dilanjutkan dengan ngerik, yaitu merapikan rambut halus di sekitar tengkuk dan wajah calon pengantin, biasanya dilakukan oleh dukun manten atau perias. Ini bukan hanya soal estetika, tetapi juga bagian dari penyempurnaan diri, secara fisik dan simbolis agar tampil seindah dan sebaik mungkin di hari bahagia.

8. Ritual Gendong

wm_article_img
Fotografi: Derai Studio

Salah satu momen paling mengharukan adalah ketika orang tua, biasanya sang ibu, menggendong calon pengantin dari tempat siraman kembali ke dalam kamar atau ruang rias. Gendongan ini melambangkan cinta tanpa syarat. Ibu yang dahulu menggendong sejak bayi, kini menggendong lagi untuk terakhir kalinya, sebelum anaknya berdiri sendiri sebagai pribadi dewasa dan menjadi istri atau suami orang lain. Kadang ritual ini dibarengi tangis haru, pelukan, dan ucapan restu yang tulus, mengalir dari hati terdalam seorang ibu atau ayah.

9. Sungkeman

wm_article_imgwm_article_img

Fotografi: Iluminen

Sebelum calon pengantin kembali ke kamar, dilakukan prosesi sungkeman kepada kedua orang tua. Dengan bersimpuh rendah, calon pengantin mencium tangan dan menyentuh lutut atau kaki ayah dan ibu, memohon restu serta memohon maaf atas segala khilaf selama hidup bersama mereka.

Ini adalah momen paling emosional dalam rangkaian siraman, di mana air mata biasanya tak tertahan. Tak jarang orang tua menyampaikan pesan-pesan terakhir, seperti: "Jadilah istri/suami yang sabar dan penuh cinta, seperti ibumu. Bawalah nama keluarga ini dengan bijak."

Sungkeman menjadi penegas bahwa anak kini telah siap menjadi dewasa, bukan hanya secara usia, tetapi juga secara spiritual dan emosional.

10. Berkumur dan Membasuh Diri dengan Kendi

wm_article_img
Foto: Instagram/Alyssa Daguise

Selanjutnya, calon pengantin akan mengambil kendi berisi air siraman untuk berkumur sebanyak tiga kali, lalu membasuh muka, telinga, kepala, tangan, dan kaki, masing-masing juga tiga kali. Saat air habis, kendi akan dipecahkan oleh juru rias atau sesepuh di depan orang tua, sambil mengucap, “Wis pecah pamore” Ini menandai bahwa sang anak sudah tidak lagi remaja, pamornya kini bersinar sebagai pribadi yang siap membangun keluarga.

11. Kembali ke Kamar dan Bersiap ke Prosesi Selanjutnya

wm_article_img
Fotografi: Derai Studio

Setelah semua selesai, calon pengantin kembali ke kamar untuk mengganti busana. Tubuh dikeringkan, rambut ditata ulang, dan bersiap untuk prosesi selanjutnya seperti midodareni atau panggih di hari berikutnya. Meski siraman sudah selesai, bekas kesakralan dan getaran emosinya masih terasa lama, meninggalkan kenangan yang tak mudah dilupakan oleh siapapun yang menyaksikannya.

Pemilihan Bunga, Air, dan Wadah Tradisional

Dalam prosesi siraman adat Jawa, setiap elemen yang digunakan memiliki makna simbolis yang kuat. Karena itu, pemilihan bunga, air, dan wadahnya tidak bisa dilakukan sembarangan. Semua harus dipilih dengan penuh pertimbangan agar kesakralan acara tetap terjaga. Berikut penjelasan rinci tiap elemennya:

1. Air Siraman

  • Harus bersih, jernih, dan suci.
  • Idealnya diambil dari tujuh mata air alami seperti sumur tua, sungai, atau mata air pegunungan.
  • Jika tidak memungkinkan, bisa menggunakan air sumur keluarga atau air mineral, asalkan tetap dalam keadaan suci dan layak untuk digunakan dalam ritual.

2. Bunga-bungaan

  • Harus segar dan wangi, bukan bunga buatan atau layu.
  • Ditaburkan langsung ke dalam wadah air siraman untuk menciptakan suasana yang harum dan menenangkan.

Jenis bunga yang umum digunakan adalah kembang setaman, meliputi:

  • Melati: melambangkan kesucian dan ketulusan.
  • Mawar: melambangkan cinta dan keindahan.
  • Kenanga: dipercaya membawa ketenangan dan aura positif.
  • Kantil: diyakini memiliki kekuatan spiritual dan pengikat batin.

3. Wadah Air Siraman

  • Biasanya berupa tempayan tanah liat atau wadah kuningan, yang mencerminkan kesederhanaan serta nilai-nilai tradisi.
  • Tempayan tanah liat menyimbolkan kedekatan manusia dengan alam, sementara wadah kuningan membawa kesan sakral dan elegan.

4. Gayung Siraman

  • Terbuat dari batok kelapa yang diberi gagang kayu.
  • Melambangkan kerendahan hati, kesederhanaan, dan kemurnian niat.
  • Batok kelapa yang polos dan alami menjadi simbol bahwa dalam memasuki kehidupan baru, pasangan pengantin harus melepaskan keegoisan dan menyambut perjalanan dengan hati bersih.

Pemilihan dan penataan unsur-unsur ini bukan sekadar estetika, melainkan bentuk penghormatan terhadap warisan budaya serta doa tersirat untuk kehidupan pernikahan yang harmonis, suci, dan penuh berkah.

Busana Siraman

Busana siraman merupakan salah satu elemen yang sangat khas dari pengantin adat Jawa. Berikut deskripsinya secara detail:

1. Calon pengantin perempuan

wm_article_imgwm_article_img

Mengenakan kain jarik batik tradisional dengan motif khas daerah masing-masing. Biasanya atasannya hanya berupa kemben yang dibalut selendang, dan seluruh tubuh dihiasi rangkaian bunga melati. Rambut digelung sederhana dan ditaburi bunga.

2. Calon pengantin laki-laki

wm_article_imgwm_article_img

Fotografi: Iluminen

Mengenakan jarik, selendang, dan blangkon (dikenakan setelah prosesi). Tidak banyak aksesori bunga, tetapi penampilan tetap terlihat sakral dan gagah.

Siraman pengantin adat Jawa adalah warisan budaya yang dalam maknanya. Dari tetes air yang menyejukkan hingga nasihat orang tua yang meneguhkan hati, semuanya menjadikan prosesi ini sebagai salah satu momen paling berharga dalam hidup seorang calon pengantin.

Semoga artikel ini bisa menjadi inspirasi bagi kamu yang tengah mempersiapkan pernikahan, untuk menjadikan prosesi siraman adat Jawa sebagai bagian dari momen sakral menuju kehidupan berumah tangga. Gabungkan tradisi dengan gaya modern, sesuai selera dan identitas kalian sebagai pasangan.

Jika kamu masih bingung memilih vendor siraman atau ingin melihat ide busana siraman, dekorasi, dan paket adat Jawa lainnya, silahkan kunjungi WeddingMarket, sebagai referensi! Semoga tulisan ini memberi inspirasi dan membantu kelancaran setiap langkahmu dalam mempersiapkan hari bahagia.


Cover | Fotografi oleh Iluminen

Diskon dan Penawaran Eksklusif Menantimu!
Kunjungi WeddingMarket Fair 25 -27 July 2025
di Balai Kartini (Exhibition & Covention Center)

Article Terkait

Loading...

Article Terbaru

Loading...

Media Sosial

Temukan inspirasi dan vendor pernikahan terbaik di Sosial Media Kami

Loading...