Seserahan dalam adat Betawi bukan sekadar hantaran dari calon pengantin pria kepada calon pengantin wanita, tapi ada makna tersendiri di dalamnya. Dalam budaya Betawi, persiapan seserahan dilakukan dengan penuh perhatian dan disertai prosesi khusus yang menambah makna dalam pernikahan. Tradisi pemberian seserahan ini melambangkan tanggung jawab, harapan, dan doa untuk kehidupan rumah tangga yang akan dijalani. Meskipun memiliki kemiripan dengan tradisi di daerah lain, seserahan adat Betawi tetap memiliki ciri khas tersendiri, baik dalam isi maupun penyajiannya.
Dalam artikel ini akan diulas lebih dalam makna filosofis dibalik seserahan adat Betawi serta berbagai jenis barang yang biasanya disertakan dalam prosesi tersebut. Mulai dari perlengkapan ibadah hingga kebutuhan pribadi calon pengantin wanita, setiap elemen seserahan membawa pesan tersirat yang menggambarkan harapan baik bagi kehidupan pernikahan. Yuk, telusuri lebih lanjut bagaimana tradisi ini tetap menjadi bagian penting dalam pernikahan adat Betawi dan relevansinya dalam kehidupan modern!
Makna Seserahan dalam Adat Betawi
Dalam pernikahan adat Betawi, ada beberapa tahapan prosesi yang dilakukan sebelum akhirnya sampai pada pesta pernikahan. Rangkaian tersebut meliputi ngedelengin, ngelamar, tunangan (enjotan), akad, dan pesta pernikahan. Setelah ngedelengin atau masa pendekatan, prosesi berlanjut ke lamaran, yang merupakan langkah resmi dalam pernikahan adat Betawi.
Pada tahap ini, keluarga calon pengantin pria datang untuk secara formal melamar calon pengantin wanita sebagai bentuk keseriusan dalam membangun rumah tangga. Lamaran ini juga menjadi momen penting di mana kedua keluarga mulai menjalin hubungan lebih erat dan membahas persiapan menuju pernikahan.
Sebagai bagian dari lamaran, calon pengantin pria membawa seserahan yang diberikan kepada calon pengantin wanita. Prosesi ini menjadi momen penting dalam budaya pernikahan Betawi, di mana keluarga pria datang langsung ke rumah keluarga wanita untuk menyerahkan berbagai barang yang telah dipersiapkan.
Seserahan menjadi simbol kesiapan laki-laki dalam menafkahi serta membangun rumah tangga yang harmonis bersama pasangannya. Selain sebagai bentuk persiapan, seserahan juga menjadi tanda penghormatan kepada calon pengantin perempuan. Pemberian ini mencerminkan apresiasi terhadapnya karena telah menjaga diri dengan baik hingga saat pernikahan. Dengan begitu, seserahan dalam perkawinan adat Betawi bukan hanya sekadar tradisi, tapi juga memiliki makna mendalam tentang kasih sayang, kesiapan, dan penghormatan dalam membangun rumah tangga yang harmonis.
Isi Seserahan dalam Adat Betawi
Dalam praktiknya, tak ada batasan tertentu mengenai jumlah dan jenis barang yang disertakan dalam seserahan, dan disesuaikan dengan kemampuan calon mempelai laki-laki dan juga kesepakatan antara kedua belah pihak. Proses ini melibatkan kompromi agar seserahan yang diberikan sesuai dengan tradisi, kebutuhan calon pengantin perempuan, serta kondisi finansial keluarga. Barang-barang dalam seserahan ini secara umum terbagi menjadi tiga kategori utama, yaitu benda wajib, benda secara adat, dan benda sunnah, yang masing-masing memiliki maknanya tersendiri:
1. Benda Wajib
Dalam sebuah pernikahan, ada beberapa benda yang sifatnya wajib dan tidak boleh diabaikan karena memiliki makna penting dalam prosesi akad nikah. Beberapa di antaranya adalah mas kawin dan seperangkat alat salat. Dalam tradisi masyarakat Betawi, mas kawin biasanya diberikan dalam bentuk cincin dan sejumlah uang. Jumlah uang yang diberikan tidak memiliki ketentuan khusus, sehingga bisa disesuaikan dengan kemampuan calon pengantin pria.
Selain sebagai bagian dari syarat sah pernikahan, mas kawin juga mencerminkan keseriusan dan tanggung jawab seorang suami terhadap istrinya. Bagi seorang istri, mas kawin juga menjadi pengingat untuk selalu menghormati, menaati, dan menjaga hubungan baik dengan suaminya. Selain mas kawin, ada juga seserahan berupa seperangkat alat salat, seperti mukena dan sajadah. Pemberian alat salat ini melambangkan harapan agar pasangan suami istri senantiasa menjalankan ibadah bersama dan menjadikan nilai-nilai agama sebagai dasar dalam membangun rumah tangga. Dengan adanya seserahan ini, diharapkan kehidupan pernikahan yang dijalani selalu dipenuhi dengan keimanan dan keberkahan.
2. Benda Adat
Dalam pernikahan adat Betawi, beberapa benda adat memiliki makna mendalam yang mencerminkan nilai budaya setempat. Beberapa di antaranya adalah roti buaya, sayur besan, sirih embun, aneka buah-buahan, dan kue khas Betawi, yang masing-masing melambangkan harapan baik bagi kehidupan rumah tangga pasangan pengantin.
Roti buaya menjadi simbol paling khas dalam seserahan Betawi. Roti tawar berbentuk buaya dengan panjang sekitar 50 sentimeter ini adalah salah satu seserahan khas yang dibawa oleh mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan dalam pernikahan adat Betawi. Roti ini melambangkan kesetiaan dalam pernikahan, karena buaya dikenal sebagai hewan yang hanya memiliki satu pasangan sepanjang hidupnya. Kehadiran roti buaya dalam seserahan menjadi doa agar rumah tangga yang dibangun penuh dengan kesetiaan, keharmonisan, dan keabadian hingga akhir hayat.
Selain roti, ada juga sayur yang menjadi salah satu seserahan khas adat Betawi, yakni sayur besan. Sayur besan adalah salah satu makanan khas Betawi yang sering hadir dalam pernikahan adat. Sekilas, tampilannya mirip dengan sayur lodeh, tapi memiliki perbedaan dalam bahan utamanya. Sayur ini menggunakan terubuk, yaitu sejenis tebu yang hanya bagian bunganya yang bisa dikonsumsi.
Nama "sayur besan" berasal dari tradisi di mana makanan ini menjadi bagian dari hantaran dalam prosesi pernikahan. Biasanya, keluarga mempelai laki-laki memberikan sayur besan kepada keluarga mempelai perempuan sebagai bentuk penghormatan. Tapi, dalam beberapa kasus, keluarga mempelai perempuan juga bisa memberikan sayur besan kepada keluarga mempelai laki-laki, sehingga tradisi ini menjadi simbol saling menghormati dan mempererat hubungan kekeluargaan di antara kedua belah pihak.
Selain makanan, sirih embun juga menjadi salah satu hantaran penting dalam pernikahan adat Betawi. Sirih embun melambangkan kegembiraan dan penghormatan kepada calon pengantin perempuan serta keluarganya. Hantaran ini menjadi bentuk apresiasi terhadap orang tua dan keluarga yang telah mendidik, menjaga moral, akidah, serta keanggunan sang gadis hingga siap memasuki kehidupan pernikahan.
Selain itu, aneka buah-buahan juga menjadi bagian penting dalam seserahan. Biasanya, buah yang dibawa adalah salak Condet, jeruk, pisang, apel, dan anggur, yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Secara umum, buah-buahan ini melambangkan keberkahan, kelimpahan rezeki, dan kesejahteraan dalam rumah tangga. Filosofi ini berasal dari tradisi kerajaan, di mana para raja selalu memiliki persediaan makanan yang melimpah, sehingga diharapkan rumah tangga pengantin juga selalu dicukupi rezeki dan kebahagiaan.
Tak hanya buah, kue tradisional khas Betawi juga menjadi bagian dari hantaran pernikahan. Beberapa kue yang sering disertakan adalah kue geplak, wajik, pepe, dan uli, serta dodol dan kue bolu yang sering dijadikan hadiah untuk keluarga besar. Kehadiran kue-kue ini melambangkan harapan agar hubungan keluarga besar dari kedua belah pihak semakin erat, penuh kehangatan, kebahagiaan, serta keberkahan.
3. Benda Sunnah
Selain benda wajib dan adat, ada juga benda sunnah dalam seserahan pernikahan. Benda-benda ini bersifat pelengkap dan bertujuan untuk membantu calon pengantin perempuan dalam kehidupan barunya setelah menikah. Meski tidak wajib, kehadiran benda-benda ini memiliki makna mendalam sebagai wujud perhatian dan kasih sayang calon suami kepada istrinya. Beberapa benda sunnah yang umum diberikan dalam seserahan meliputi pakaian, handuk, kosmetik, tas juga sepatu.
Pakaian melambangkan kesiapan calon pengantin perempuan untuk menjalani peran barunya sebagai istri. Pakaian ini juga menjadi simbol harapan agar ia selalu tampil rapi, sopan, dan siap membangun rumah tangga. Handuk menunjukkan kepedulian calon suami terhadap kenyamanan dan kesejahteraan istrinya. Pemberian handuk juga melambangkan perhatian suami agar istrinya selalu merasa terawat.
Selanjutnya, kosmetik menggambarkan harapan agar istri merawat diri dan menjaga penampilan, bukan hanya untuk kecantikan fisik, tapi juga untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kebahagiaan dalam pernikahan. Sementara itu, tas dan sepatu menjadi simbol kesiapan istri dalam menjalani kehidupan baru. Tas melambangkan kesiapan menghadapi berbagai tanggung jawab, sementara sepatu melambangkan langkah baru dalam perjalanan rumah tangga bersama suami.
Sebagai bagian tak terpisahkan dari prosesi pernikahan adat Betawi, seserahan bukan sekadar simbol formalitas saja, tapi juga mengandung makna mendalam tentang harapan, doa, dan tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga. Setiap barang yang disertakan dalam seserahan memiliki filosofi tersendiri, mencerminkan kesiapan calon pengantin dalam membangun bahtera rumah tangga yang harmonis. Tradisi ini tidak hanya menjadi wujud penghormatan kepada keluarga kedua mempelai, tapi juga menjadi pengingat akan nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Di WeddingMarket, kamu bisa menemukan berbagai vendor untuk semua kebutuhan pernikahan, mulai dari gaun pengantin, catering, venue, hingga paket seserahan dengan kualitas terbaik. Kunjungi WeddingMarket sekarang dan wujudkan pernikahan impianmu dengan mudah!
Cover | Foto: Instagram/kiswahwedding