Your Smart Wedding Platform

Uang Sumbangan Resepsi Pernikahan untuk Apa? Ini Cara Cerdas Menggunakannya

09 May 2025 | By Nurma Arum Wedding Market | 38
Foto: Freepik

Menerima uang sumbangan pernikahan sudah menjadi tradisi di berbagai budaya, termasuk di Indonesia. Biasanya uang ini akan dimasukkan oleh para tamu ke dalam sebuah kotak saat menuliskan nama di buku tamu. Setelah terkumpul, kotak akan dibawa dan dibuka pada malam hari atau hari setelahnya. Nah, karena merupakan pengalaman pertama dalam menerima sumbangan uang, kamu mungkin bingung akan digunakan untuk apa uang ini.

Supaya bisa memanfaatkan uang yang diterima dengan semaksimal mungkin, berikut ini cara untuk mengalokasikan uang sumbangan pernikahan. Simak sampai habis, ya!

Siapa yang menerima uang sumbangan?

Foto: via Peppermint Co.

Sebelum memikirkan bagaimana cara untuk mengalokasikan uang sumbangan, perlu diketahui terlebih dahulu siapa yang biasanya akan menerima uang tersebut. Apakah orang tua? Atau pengantin? Atau justru pihak lain?

1. Idealnya pengantin yang menerima

Pada pernikahan modern, banyak pasangan yang membiayai pernikahan mereka sendiri sehingga pengantin akan menjadi pihak yang paling berhak menerima uang sumbangan tersebut. Pasalnya, merekalah yang membiayai pernikahan dan mereka pula yang akan memulai kehidupan baru bersama. Uang tersebut dianggap sebagai bentuk dukungan terhadap kehidupan rumah tangga baru. 

2. Jika orang tua yang membiayai

Dalam beberapa kasus, terutama di budaya Indonesia yang masih kental dengan peran keluarga besar, orang tua biasanya juga mengambil peran dalam membiayai penuh resepsi pernikahan. Maka, ada kemungkinan orang tua juga yang menerima uang sumbangan. Mereka yang akan mencatat dan menggunakannya untuk menutup biaya resepsi Pengantin hanya menerima sisa dana jika ada atau tidak sama sekali. Hal ini tidak salah selama ada komunikasi dan kesepakatan yang jelas sebelumnya.

3. Sistem gabungan dengan mengelola keuangan bersama

Banyak juga keluarga yang memilih sistem gabungan. Biaya pernikahan dibagi antara pihak pengantin dan orang tua sehingga uang sumbangan pun akan diurus bersama. Setelah acara, semua pihak duduk bersama, menghitung, dan membagi sesuai proporsi tanggungan biaya. Contohnya, jika orang tua menanggung 70% biaya dan pengantin 30%, maka sumbangan bisa dibagi dalam porsi yang sama pula.

4. Menurut adat dan tradisi masing-masing

Beberapa adat di Indonesia memiliki aturannya sendiri dalam mengatur uang sumbangan. Ada yang menganggap bahwa ketika orang tua yang menjadi tuan rumah dan menerima tamu, sumbangan juga perlu diberikan kepada keluarga, bukan hanya pengantin saja. Di beberapa daerah dengan sistem matrilineal, biaya resepsi biasanya ditanggung oleh keluarga mempelai wanita sehingga uang sumbangan bisa menjadi hak keluarga mempelai tersebut.  Ada pembagian adat yang sangat spesifik, termasuk sumbangan dari marga dan pihak keluarga besar. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui adat masing-masing jika ingin mengikutinya.

Untuk apa uang sumbangan pernikahan?

Foto: freepik

Jika sudah diputuskan siapa yang menerima dan mengelola uang sumbangan, mungkin akan muncul kebingungan baru, seperti digunakan untuk apa uang tersebut. Ini beberapa alokasi uang sumbangan pernikahan yang bisa dipertimbangkan.

1. Menutup biaya resepsi pernikahan

Resepsi pernikahan biasanya memakan biaya yang tak sedikit. Mungkin ada beberapa vendor yang baru menerima DP hingga pernikahan berlangsung dan baru dilunasi setelah acara selesai. Pelunasan ini bisa kamu bayarkan menggunakan uang sumbangan, misalnya untuk:

  • Sewa gedung atau venue
  • Dekorasi
  • Katering makanan dan minuman
  • Dokumentasi (foto dan video)
  • MC, hiburan, dan perlengkapan yang mendukung
  • Sewa busana pengantin dan keluarga
  • Undangan dan suvenir

Dalam beberapa kasus, uang sumbangan bisa memiliki jumlah yang cukup besar hingga mampu menutup sebagian besar pengeluaran. Namun, hal ini akan bergantung pada jumlah tamu dan besaran sumbangan yang diberikan.

2. Modal awal rumah tangga

Jika uang sumbangan melebihi total biaya resepsi atau jika pasangan memang tidak sepenuhnya mengandalkan uang sumbangan untuk biaya acara, sisanya bisa dialokasikan untuk kebutuhan rumah tangga seperti:

  • Uang muka sewa atau kredit tempat tinggal
  • Membeli perabotan rumah tangga, seperti kulkas, kasur, lemari, kompor, dll.
  • Biaya hidup beberapa bulan pertama, khususnya bagi pasangan yang baru memulai hidup mandiri
  • Menabung untuk masa depan

3. Biaya bulan madu

Sebagian pasangan menggunakan uang sumbangan untuk mendanai perjalanan bulan madu, baik sebagian maupun seluruhnya. Uang bisa digunakan untuk tiket transportasi, akomodasi, aktivitas di tempat wisata, hingga belanja oleh-oleh. Hal ini biasanya dilakukan jika pernikahan sudah dibiayai terlebih dahulu dan uang sumbangan dianggap sebagai bentuk "hadiah" untuk memulai hidup bersama dan mengawalinya dengan sesuatu yang menyenangkan.

4. Investasi atau tabungan jangka panjang

Jika pasangan termasuk orang yang merencanakan finansial secara matang, uang sumbangan bisa dijadikan tabungan darurat, dana pendidikan jika berencana memiliki anak, investasi dalam bentuk emas, reksa dana, atau saham, hingga modal usaha kecil yang bisa dikembangkan bersama pasangan. Keputusan ini akan menjadi pilihan bijak dalam membangun fondasi untuk jangka panjang.

5. Membantu keluarga

Dalam beberapa kasus, sebagian pasangan memilih untuk mengembalikan uang sumbangan kepada orang tua sebagai bentuk terima kasih atau membantu mereka menutup biaya pernikahan walaupun uang sumbangan diterima seluruhnya oleh pengantin.

6. Dana sosial atau kegiatan amal

Pasangan yang memiliki kepedulian sosial tinggi terkadang memilih menyisihkan sebagian uang sumbangan untuk donasi ke yayasan sosial, membantu keluarga atau sahabat yang membutuhkan, hingga membuat acara syukuran dengan anak yatim atau kaum dhuafa. Cara ini juga bisa dilakukan sekaligus sebagai bentuk rasa syukur atas kelancaran pernikahan.

7. Cadangan biaya untuk acara lanjutan

Jika pasangan mengadakan lebih dari satu acara, misalnya menggelar acara adat di dua kota atau syukuran setelah resepsi, uang sumbangan bisa dialokasikan untuk biaya transportasi dan akomodasi ke lokasi kedua, biaya tasyakuran atau syukuran keluarga, dan biaya tambahan keperluan adat.

Tips mengelola uang sumbangan

Foto: freepik

Mengelola uang sumbangan dari resepsi pernikahan secara bijak merupakan langkah penting dalam membangun fondasi keuangan rumah tangga yang sehat. Banyak pasangan pengantin baru yang tergoda untuk langsung menghabiskannya untuk kebutuhan konsumtif. Padahal, jika dikelola dengan baik, uang sumbangan bisa menjadi modal awal yang sangat berharga untuk kehidupan berumah tangga ke depan. Berikut tips mengaturnya.

1. Pisahkan dari keuangan pribadi

Langkah pertama dan paling krusial adalah memisahkan uang sumbangan dari uang pribadi kalian. Jangan langsung mencampurnya dengan tabungan pribadi, rekening gaji, atau uang harian. Buat rekening terpisah khusus untuk menampung semua uang sumbangan dari resepsi.

Dengan cara ini, kamu akan lebih mudah dalam melakukan pencatatan dan pengawasan. Kamu juga bisa menghindari pencampuran yang membuat pengeluaran jadi tak terkontrol. Anggaran pun jadi lebih rapi dan transparan.

2. Catat semua pemasukan dengan detail

Buat catatan khusus di buku catatan fisik, spreadsheet, atau aplikasi keuangan untuk mencatat:

  • Nama pemberi (jika memungkinkan)
  • Jumlah yang diberikan
  • Bentuk sumbangan (uang tunai, transfer, atau barang)

Catatan ini akan bermanfaat untuk mengetahui total yang diterima, bisa digunakan sebagai referensi sumbangan di acara yang lain, dan transparansi jika orang tua atau pihak lain ikut terlibat.

3. Hitung dan evaluasi jumlah total

Setelah acara selesai dan semua uang terkumpul, hitung total keseluruhan uang sumbangan, kurangkan dengan pengeluaran resepsi yang belum dibayar jika ada. Sisihkan sisanya untuk dana darurat atau untuk alokasi lainnya. Dengan cara ini, kamu bisa memiliki fondasi keuangan yang kuat pada rumah tangga ke depannya.

4. Tentukan skala prioritas penggunaan dana

Setelah mengetahui total yang tersedia, diskusikan bersama pasangan mengenai apa saja kebutuhan utama yang harus dipenuhi dari dana tersebut. Skala prioritas bisa dibagi ke beberapa kategori, seperti:

Keperluan mendesak

  • Menutup utang atau kekurangan biaya resepsi
  • Membayar vendor yang belum lunas
  • Biaya sewa/DP tempat tinggal

Kebutuhan rumah tangga awal

  • Membeli perabot dasar, seperti kasur, alat dapur, lemari
  • Modal kebutuhan harian awal menikah

Tabungan dan investasi

  • Dana darurat (idealnya 3–6 bulan pengeluaran rumah tangga)
  • Tabungan masa depan
  • Investasi kecil, seperti emas atau reksa dana

Pengeluaran tambahan

  • Biaya bulan madu
  • Hadiah untuk orang tua sebagai ucapan terima kasih
  • Kegiatan amal atau berbagi

5. Jangan langsung diinvestasikan tanpa rencana

Meskipun investasi adalah langkah yang bagus, jangan terburu-buru menaruh seluruh dana ke instrumen investasi, seperti saham, kripto, atau reksa dana tanpa perhitungan dan pemahaman yang baik. Pastikan sudah memiliki dana darurat terlebih dahulu. Pelajari dulu jenis-jenis investasi dan risikonya. Jangan mudah tergiur tawaran investasi instan dari teman atau keluarga.

6. Sisihkan dana cadangan

Selalu sisihkan sebagian dana sebagai cadangan tidak terduga, misalnya untuk biaya kesehatan mendadak, biaya pindah rumah, hingga biaya tambahan untuk proses legalitas pernikahan, seperti akta nikah, KTP, dan KK baru. Hal ini penting agar kalian tidak langsung “nabung nol” setelah menikah.

7. Buat anggaran pasca menikah

Setelah selesai membagi uang sumbangan, mulailah membuat anggaran bulanan sebagai rumah tangga baru. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mentukan pos kebutuhan, seperti untuk makan, listrik, transportasi, dll., Kemudian, sisihkan untuk tabungan. Terakhir, awasi pengeluaran agar tidak besar pasak dari tiang. Uang sumbangan bisa menjadi bekal hidup beberapa bulan ke depan jika dikelola dengan bijak.

8. Gunakan sebagian untuk berbagi

Jika memungkinkan, sisihkan sebagian kecil, misalnya 2-5%, dari dana sumbangan untuk sedekah atau donasi ke yayasan, acara syukuran kecil di lingkungan sekitar atau panti asuhan, memberikan tanda terima kasih kepada orang yang banyak membantu resepsi, seperti saudara, tetangga, atau panitia pernikahan lainnya. Selain sebagai bentuk syukur, kamu sekaligus bisa membantu sesama.

9. Jangan umbar di media sosial

Mengunggah jumlah uang sumbangan atau memamerkan penggunaannya, seperti membeli gadget hingga liburan mahal di media sosial bisa memicu komentar negatif. Ingat, sumbangan adalah bentuk dukungan tulus, bukan modal untuk pamer.

10. Diskusikan dan putuskan bersama

Seluruh keputusan penggunaan uang sumbangan harus dibicarakan secara jujur dan transparan dengan pasangan. Hindari mengambil uang secara sepihak tanpa izin, menyembunyikan jumlah atau pengeluaran, apalagi menggunakan untuk kepentingan pribadi, karena dari sinilah kepercayaan dan kerja sama dalam pernikahan mulai diuji.

Menerima uang sumbangan di acara resepsi pernikahan merupakan sebuah hal yang selama ini umum dilakukan. Namun, kamu mungkin masih bingung bagaimana cara mengelolanya. Semoga tips tersebut bisa membantumu, ya. Mengatur uang sumbangan secara benar akan membuat fondasi finansial yang kuat di awal.

Masih banyak inspirasi dan tips pernikahan menarik lainnya yang bisa bantu kamu wujudkan hari spesial jadi lebih mudah dan berkesan. Yuk, temukan semuanya hanya di WeddingMarket!


Cover | Foto: Freepik


Artikel Terkait



Artikel Terbaru