Keinginan untuk menikah tidak menandakan kesiapan seseorang untuk melakukannya. Dua hal ini mungkin sering dianggap sama saja, tapi sebenarnya berbeda. Jika kamu memiliki rencana menikah tidak lama lagi, maka kedua hal ini sebaiknya dikenali supaya kamu menikah dalam keadaan siap dan tidak terburu-buru.
Saat seseorang mengatakan bahwa ia "ingin menikah," artinya dia menunjukkan adanya keinginan atau pandangan untuk memiliki pasangan hidup dan membangun kehidupan bersama. Namun, keinginan ini belum tentu disertai dengan kesiapan yang menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.
Di sisi lain, saat seseorang menyatakan "siap menikah," artinya ia menunjukkan bahwa ia telah mencapai tingkat kesiapan emosional, mental, dan material yang diperlukan untuk menjalani pernikahan. Kesiapan ini mencakup komitmen yang kuat, stabilitas finansial yang memadai, kesiapan hidup bersama, dan perencanaan lainnya dalam menjalani pernikahan.
Meskipun begitu, kesiapan tidak hanya diucapkan semata, melainkan juga harus ditunjukkan dengan beberapa tanda yang sudah disebutkan. Penting untuk memahami perbedaan ini dan secara terbuka berkomunikasi dengan pasangan tentang kesiapan dan harapan masing-masing sebelum melangkah ke dalam ikatan pernikahan yang serius
Berikut adalah lima perbedaan antara "ingin menikah" dan "siap menikah". Simak yuk apa saja!
1. Emosional dan psikologis
Seseorang yang ingin menikah mungkin merasakan dorongan emosional untuk menemukan pasangan hidup dan memulai kehidupan bersama. Namun, mungkin belum benar-benar mempersiapkan diri secara psikologis untuk menghadapi tantangan dan komitmen dalam pernikahan.
Jika masih memiliki luka batin yang belum sembuh, tidak mampu berkompromi dengan perasaan orang lain, dan masih merasa belum selesai dengan diri sendiri artinya kamu mungkin masih belum siap dan baru sekadar ingin.
Sementara itu, seseorang yang siap menikah telah menjalani proses introspeksi diri dan mungkin telah melewati tahap pengembangan diri yang diperlukan untuk mengatasi masalah, berkomunikasi dengan baik, dan siap untuk memberikan dukungan emosional dalam hubungan pernikahan. Sebelum memahami orang lain, sebaiknya kamu sudah memahami dirimu sendiri secara emosional terlebih dahulu. Saat itulah, kamu dikatakan sudah siap menikah.
2. Komitmen
Orang yang ingin menikah mungkin memiliki keinginan untuk memiliki hubungan pernikahan, tetapi yang dipikirkan baru rencana jangka pendek atau bahkan saat momen pernikahan berlangsung saja. Sementara itu, komitmen jangka panjang tidak terpikirkan sama sekali. Biasanya pikiran "Ah, hadapi saja nanti," akan mendominasi alih-alih mempersiapkannya dari sekarang.
Seseorang yang siap menikah telah memahami arti komitmen dalam pernikahan dan siap untuk melakukan upaya maksimal untuk menjaga dan memperkuat hubungan pernikahan mereka sehingga pernikahan akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama sampai maut memisahkan.
3. Stabilitas finansial
Kemauan untuk memiliki pasangan hidup tanpa memikirkan kondisi finansial menunjukkan bahwa kamu baru dalam tahap “ingin”. Dalam tahap ini, kamu mungkin belum mencapai stabilitas finansial yang cukup untuk mendukung kehidupan pernikahan yang memadai.
Jika sudah siap menikah artinya kamu telah mencapai tingkat stabilitas finansial yang memadai atau memiliki rencana yang dibuat dengan baik untuk memenuhi kebutuhan finansial dalam pernikahan.
Bukan berarti kamu dan pasangan harus di tahap kaya raya baru bisa menikah, tapi harus ada tabungan dan rencana ke depan dengan langkah yang jelas untuk menghindari konflik yang mungkin terjadi akibat hal ini.
4. Kesiapan hidup bersama
Seseorang yang ingin menikah mungkin tertarik pada romantisme dan ide dari hidup bersama dengan pasangan, tetapi mungkin belum benar-benar memahami kompromi, kerja sama, dan penyesuaian saat terlibat dalam kehidupan sehari-hari bersama.
Seseorang yang siap menikah telah memahami dan menerima bahwa hidup bersama dengan pasangan melibatkan kerja sama, penyesuaian, dan kemampuan untuk menyelesaikan konflik dengan bijaksana. Pasalnya, tentu akan ada berbagai permasalahan yang mungkin terjadi kedepannya yang harus diselesaikan dengan komunikasi dan kompromi yang baik.
5. Perencanaan kehidupan setelah menikah
Ia yang ingin menikah mungkin memiliki impian dan keinginan, tetapi belum benar-benar mempersiapkan diri dalam hal rencana pernikahan, tempat tinggal, atau kesiapan menghadapi tanggung jawab sebagai pasangan.
Ketika sudah siap menikah, artinya kamu dan pasangan telah mengambil langkah-langkah praktis dalam mempersiapkan pernikahan, seperti membuat rencana pernikahan, mengatur keuangan bersama, dan mempertimbangkan aspek praktis lainnya yang terkait dengan kehidupan pernikahan.
6. Manajemen konflik
Menikah terlihat menyenangkan karena akhirnya kamu dan pasangan akan hidup bersama. Namun, coba tengok kembali apakah selama ini kalian sudah mampu menyelesaikan permasalahan dengan baik dan sehat? Jika masih ada silent treatment atau justru tidak mampu mengendalikan diri saat marah, mungkin kalian belum benar-benar siap untuk naik level ke jenjang berikutnya.
Kamu sudah siap menikah apabila sudah mampu berkomunikasi untuk menyelesaikan konflik bersama. Kamu dan pasangan bisa sadar dari mana sumber masalah berasal, bagaimana menyelesaikannya, dan mampu meminta maaf dengan lapang dada apabila memang melakukan kesalahan.
7. Darimana keinginan menikah muncul?
Seringkali seseorang ingin menikah hanya karena orang-orang di sekitarnya juga sudah menikah. Hal ini akan semakin buruk jika orang-orang di sekitar juga mendorong untuk segera menyusul. Jika hal ini yang menjadi doronganmu ingin menikah, maka sebaiknya lebih banyak tanyakan lagi pada diri sendiri apakah kamu benar-benar siap untuk kehidupan pernikahan kelak.
Orang yang sudah benar-benar siap menikah biasanya sudah yakin dengan keinginannya dan merencanakan segalanya. Niat ini bukan sesuatu yang diputuskan secara buru-buru, tapi memang karena sudah dipersiapkan dari berbagai aspek.
Perbedaan-perbedaan ini merupakan sifat umum. Biasanya setiap pasangan memiliki tingkat kesiapan yang berbeda-beda. Namun, yang perlu dicatat adalah bahwa kamu harus lebih banyak mengenal dan bertanya pada diri sendiri akan kehidupan pernikahan seperti apa yang diinginkan dan apakah sudah mampu untuk mencapainya. Jika hal-hal tersebut belum mampu dicapai, mungkin kamu harus memikirkan ulang rencana pernikahan dan lebih banyak mempersiapkannya.