Your Smart Wedding Platform

Tak Sekadar Bikin 'Ayu', Ini 10 Rias Pengantin Adat Jawa beserta Maknanya yang Penuh Doa

02 Jan 2023 | By Dyar Ayu Wedding Market | 9415

Siapa yang tak terpesona setiap melihat perempuan dengan rias pengantin Jawa, meskipun tradisional tapi tetap memancarkan keanggunan sekaligus kemewahan dalam wajah dan senyumannya. Tak heran, di era modern seperti sekarang, saat budaya barat banyak memengaruhi selera masyarakat, pernikahan dengan adat khususnya Jawa tetap jadi pilihan. 

Walau begitu, rias pengantin dengan adat Jawa tidak hanya menambah kesan 'ayu' atau dalam bahasa Indonesianya yaitu cantik, tapi juga memiliki arti yang indah dan penuh doa. Jika kamu salah satu perempuan yang ingin menikah dengan adat Jawa, mulai dari menggunakan paes Solo Putri hingga paes ageng, berikut makna dari tiap riasannya. Wajib tahu, biar makin mantap dengan pernikahan adat tradisional!

Cunduk Mentul

Rias Pengantin Jawa | Foto: Mamie Hardo

Ada banyak perintilan dalam rias pengantin wanita adat Jawa, termasuk cunduk mentul atau yang juga dikenal dengan kembang goyang yang biasanya ditancapkan pada sanggul. Unik, cunduk mentul dipasang menghadap ke belakang yang maknanya pengantin akan selalu cantik saat dilihat baik dari depan atau belakang. 

Cunduk Mentul | Foto via bukalapak.com

Jumlah cunduk mentul selalu ganjil, bisa berjumlah tiga, lima, tujuh, dan sembilan. Masing-masing angka tersebut memiliki makna juga, loh, yaitu jika angka tiga yang dalam kepercayaan Hindu melambangkan trimurti atau tiga kekuatan Brahman, lima berarti rukun Islam, tujuh artinya pertolongan, dan sembilan adalah perlambang Walisongo.

Centhung

Rias Pengantin Solo Putri | Foto: Mamie Hardo

Wahai calon pengantin, sudah tahu centhung sebelumnya? Kalau baru pertama kali dengar, centhung adalah salah satu aksesoris tradisional Jawa yang jumlahnya sepasang kemudian dipasangkan di kanan dan kiri kepala. 


Centhung bukan sekadar aksesoris, tapi perlambang dari gerbang yang terbuka. Maknanya yaitu perempuan yang telah dipakaikan centhung telah siap memasuki gerbang kehidupan yang baru, yaitu kehidupan pernikahan, dengan pasangan yang menjadi pilihannya.

Gunungan

Tata Rias Pengantin Jogja Putri | Foto: Teadatu Bachtiar

Selanjutnya, rias pengantin adat Jawa yang begitu khas yaitu gunungan. Gunungan biasanya juga ditancapkan pada sanggul pengantin perempuan pada bagian tengah. Dan sesuai namanya, bentuk riasan satu ini segitiga menyerupai sebuah gunung. 

Gunungan | Foto via parasayu.net

Tak sebarang, makna gunungan cukup sakral dalam adat Jawa karena gunung sendiri dipercaya sebagai tempat melakukan berbagai ritual suci, juga tempat bersemayam para dewa. Sementara gunungan dalam riasan pengantin bermakna bahwa kedudukan perempuan itu tinggi, sehingga harus dihormati oleh sang suami.

Sumping

Tata Rias Pengantin Paes Ageng Modifikasi | Foto: Teadatu Bachtiar

Sumping tak kalah wajib digunakan oleh pengantin perempuan yang memilih menggunakan adat Jawa dalam pernikahannya. Dulunya, memang hanya keluarga kerajaan yang bisa menggunakan perhiasan ini, tapi seiring berjalannya waktu perempuan mana pun boleh memakai sumping. 

Sumping | Foto via tokopedia.com

Sumping berbentuk menyerupai daun pepaya. Seperti yang kamu tahu bahwa daun pepaya memiliki rasa yang pahit saat dimakan. Makna di baliknya tak jauh dari rasa pahit tersebut, yaitu agar pengantin perempuan juga bersiap menghadapi kehidupan pernikahan yang tak selalu manis dan bahagia, tapi juga ada sisi pahit seperti rasa daun pepaya.

Alis Menjangan

Tata Rias Paes Ageng Modifikasi | Foto: Teadatu Bachtiar

Sebelum ada tren alis seperti sekarang, rias pengantin Jawa khususnya pada tata rias paes ageng dan paes Jogja Putri, sudah lebih dulu memiliki ketentuan alis yang diwajibkan untuk digambar pada pengantin perempuan, alis menjangan namanya. Dalam bahasa Indonesia menjangan artinya rusa, sesuai dengan alis menjangan yang digambarkan mirip tanduk rusa. 

Bentuk alis menjangan haruslah melengkung sempurna agar dinilai sebagai riasan yang on point. Bukan cuma buat hiasan, alis ini menggambarkan perempuan yang cerdas, lincah, tapi juga anggun seperti seekor rusa.

Cithak

TRP Solo Taqwa | Foto: Teadatu Bachtiar

Pernah melihat gambar mirip berlian atau belah ketupat yang terletak di dahi dan di antara alis? Riasan ini dalam adat Jawa disebut cithak yang menambah kesan anggun dan ayu pada pengantin. Cithak digambarkan pada semua jenis paes, kecuali paes Solo Putri. 

Menurut berbagai sumber, cithak merupakan gambaran dari mata Dewi Siwa yang merupakan pusat pikiran. Dengan adanya cithak, perempuan diharapkan memiliki pikiran yang cerdas dan memiliki perangai yang baik. Namun ada juga yang memaknai cithak sebagai kesetiaan atau fokus perempuan harus pada keluarga setelah menjadi istri.

Gajahan atau Penunggul

TRP Jogja Putri | Foto: Teadatu Bachtiar

Salah satu jenis paes yang bisa diaplikasikan pada rias pengantin Jawa hijab adalah paes ageng. Dalam penggunaannya, mempelai juga akan dipasangi penunggul atau gajahan yang memiliki makna tak kalah indah. 

Letak penunggul atau gajahan pada riasan pengantin perempuan berada di tengah dahi dengan bentuk seperti huruf U. Filosofinya beragam, ada yang memaknai sebagai doa supaya pengantin menjadi pasangan yang sempurna dan ada juga yang mengartikan riasan ini sebagai harapan agar pengantin perempuan selalu dihormati dan memiliki derajat yang tinggi.

Godheg

TRP Jogja Putri | Foto: Teadatu Bachtiar

Rias pengantin Jawa modern selanjutnya yang bermakna indah adalah godheg. Godheg biasanya digambarkan di dekat telinga, berupa sebuah lekukan kecil. Yang membedakan antara godheg pengantin Jogja dengan Solo adalah bentuk ujungnya. Jika godheg pengantin Jogja seperti mata pisau, godheg pengantin Solo sedikit tumpul dengan bentuk mirip kuncup bunga turi. 

Godheg memiliki makna kebijaksanaan. Harapannya, pengantin tak terburu-buru dalam mengambil keputusan dalam menentukan apa pun setelah menikah nanti. Ada juga yang memaknai godheg agar pasangan segera dikaruniai keturunan dan selalu introspeksi diri.

Kalung Sungsun

TRP Jogja Paes Ageng | Foto: Teadatu Bachtiar

Dalam rias pengantin Jawa, biasanya mempelai perempuan akan dipakaikan kalung sungsun. Bukan sebarang kalung, perhiasan tradisional tersebut biasanya dibuat dari lempengan emas dan masing-masing berbentuk bulan sabit. 

Kalung sungsun adalah penggambaran dari tiga fase kehidupan manusia yang akan dialami. Yaitu lahir ke dunia, menikah, dan meninggal dunia. Dari perhiasan tersebut diharapkan pengantin selalu ingat bahwa kematian adalah akhir dan selalu seimbang antara mencari bekal dunia dan akhirat.

Gajah Ngoling

TRP Jogja Paes Ageng | Foto: Teadatu Bachtiar

Gajah ngoling merupakan riasan pada rambut pengantin Jawa yang terdiri dari untaian bunga melati dan dicampur dengan daun pandan. Roncean bunga tersebut dibiarkan menjuntai pada sisi kanan kepala dan tanpa rambut. 

Makna dari gajah ngoling adalah kesucian. Pengantin perempuan yang memakai hiasan ini didoakan bisa mendapat pernikahan yang sakinah dan kesakralan pernikahan yang terus terjaga.

Bagaimana, setelah membaca makna riasan pengantin adat Jawa di atas kamu pasti kian mantap untuk menggelar pernikahan dengan konsep tradisional ‘kan? Jangan lupa untuk membicarakan pilihanmu dengan pasangan, ya. Utarakan juga soal makna apa saja yang terkandung dalam tiap riasan yang akan dikenakan supaya si dia pun turut yakin dan mengamininya bersamamu! 


Artikel Terkait



Artikel Terbaru