Tahukah kamu, dears? Lamaran adat Jawa memiliki serangkaian acara pendahuluan yang harus dilalui oleh kedua mempelai, loh! Berbeda dengan acara lamaran atau pertunangan modern pada umumnya yang berlangsung sehari saja. Dalam tradisi pernikahan adat Jawa, calon pengantin harus menjalani sejumlah prosesi terlebih dahulu. Mulai dari congkong, salar, nontoni, ngelamar, hingga penyerahan seserahan lamaran.
Tentunya, setiap rangkaian adat lamaran Jawa tersebut memiliki makna yang mendalam. Oleh karena itu, ritual-ritual tersebut menjadi tahapan penting sebelum pernikahan. Untuk lebih jelasnya, mari kira jelajahi lebih dalam tentang tahapan-tahapan acara lamaran adat Jawa yang kaya akan nilai-nilai tradisional dan menggali makna di balik setiap prosesinya.
Tahap-tahap Lamaran Adat Jawa
Untuk memperoleh restu dan melamar seorang gadis Jawa sebagai calon istri, terdapat serangkaian tahapan yang harus dilewati. Setiap tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa keluarga calon pengantin pria benar-benar berkomitmen dan bersedia menjalani pernikahan. Secara keseluruhan, berikut adalah rangkaian tahapan adat lamaran Jawa:
1. Congkong
Langkah awal dari lamaran Jawa adalah congkong. Congkong adalah tahapan di mana keluarga calon mempelai pria mengirimkan seorang utusan untuk mengunjungi keluarga calon mempelai wanita yang akan dinikahi. Dalam proses ini, keluarga mempelai pria akan melakukan tanya jawab dengan keluarga calon mempelai wanita.
Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk mendapatkan berbagai informasi tentang calon mempelai wanita, termasuk status pernikahan, kesiapan, dan faktor-faktor lainnya. Hal ini untuk memastikan apakah calon mempelai wanita memenuhi kriteria yang diinginkan oleh keluarga mempelai pria atau belum.
Dahulu, tahapan congkong dilakukan karena umumnya pernikahan diatur melalui perjodohan. Berbeda dengan zaman sekarang, di mana calon pengantin biasanya sudah saling mengenal atau bahkan menjalin hubungan romantis sebelumnya. Oleh karena itu, congkong menjadi tahapan penting dalam mengenal lebih dalam calon mempelai wanita dan memastikan apakah ia cocok untuk menjadi menantu keluarga tersebut.
Apakah zaman sekarang masih ada yg melakukan prosesi congkong? Tentu masih ada. Akan tetapi, hanya dilakukan sebagai formalitas semata. Alih-alih untuk menelusuri bibit, bebet dan bobot calon mempelai wanita, di zaman modern ini, prosesi congkong menjadi kesempatan untuk mempererat silaturahmi antara kedua keluarga.
2. Salar
Setelah melalui prosesi congkong, utusan tersebut akan memberikan informasi tentang gadis dan keluarganya kepada keluarga pihak pria, untuk kemudian menjadi bahan pertimbangan sebelum memutuskan melanjutkan pertunangan atau tidak. Jika segalanya berjalan lancar, maka tahap berikutnya adalah salar.
Pada tahapan ini, perwakilan dari keluarga calon mempelai pria akan kembali ke rumah keluarga calon mempelai wanita untuk memastikan apakah gadis tersebut dapat dinikahkan dengan calon mempelai pria. Jika keluarga calon mempelai wanita menyetujuinya, maka prosesi akan melanjutkan ke tahapan berikutnya. Biasanya, orang yang menjadi perwakilan untuk prosesi congkong dan salar adalah orang yang sama.
3. Nontoni
Setelah pihak keluarga calon mempelai wanita memberikan persetujuan, langkah berikutnya adalah pertemuan antara calon pengantin yang disebut dengan nontoni. Pertemuan ini memiliki dua tujuan utama, yaitu untuk mempertemukan kedua calon mempelai dan untuk memperkenalkan mereka kepada keluarga masing-masing.
Mengingat pada prosesi congkong dan salar zaman dahulu calon pengantin belum saling bertemu, maka saat nontoni inilah menjadi momen pertemuan pertama keduanya. Melalui proses ini, diharapkan bahwa kedua calon mempelai dapat saling mengenal dengan baik dan memahami satu sama lain secara lebih mendalam.
Selain itu, pada prosesi ini kedua belah pihak juga akan membahas tentang tahapan selanjutnya dalam prosesi pernikahan adat Jawa. Acara nontoni biasanya berlangsung di rumah mempelai wanita.
4. Ngelamar
Setelah melewati tahapan-tahapan pra-lamaran sebelumnya, tibalah pada momen inti 'ngelamar' yaitu prosesi tunangan adat Jawa. Pada tahapan ini, keluarga calon mempelai pria beserta kerabatnya mengunjungi rumah calon mempelai wanita. Tujuan utama dari acara ini adalah untuk melakukan lamaran secara resmi atau bertunangan.
Prosesi ngelamar ini memiliki makna penting dalam memperkuat kesepakatan dan persetujuan antara kedua keluarga, serta sebagai tahap resmi sebelum melanjutkan ke prosesi pernikahan selanjutnya. Selain prosesi tukar cincin, pada tahapan ini kedua keluarga juga akan membahas persiapan pernikahan secara menyeluruh.
Biasanya pada tahap ini lah kedua keluarga bermusyawarah untuk menentukan tanggal pernikahan, memilih lokasi acara, serta membahas detail-detail lainnya. Berkaitan dengan tanggal pernikahan, ada hal yang menarik mengenai cara menentukan, loh! Dalam tradisi adat Jawa, penentuan tanggal pernikahan didasarkan pada perhitungan weton dengan aturan dan ketentuannya.
Kedua keluarga akan secara teliti menghitung weton dan memilih tanggal yang dianggap baik untuk melangsungkan pernikahan. Tujuannya adalah agar kehidupan rumah tangga calon pengantin berjalan lancar dan harmonis.
Seserahan Lamaran Adat Jawa
Setelah lamaran terlaksana, prosesi yang tak kalah penting selanjutnya adalah penyerahan seserahan atau hantaran lamaran. Tak sedikit orang-orang yang masih bingung perbedaan antara seserahan dan hantaran. Bahkan ada yang salah mengartikannya. Misalnya, seserahan seringkali disalahartikan sebagai hantaran, begitu pula sebaliknya.
Seserahan atau peningset dalam adat Jawa, memiliki makna yang mencerminkan tanggung jawab calon pengantin pria terhadap pasangannya. Dalam seserahan, calon pengantin pria mengungkapkan kesiapannya untuk memenuhi kebutuhan calon pengantin wanita dan keluarganya di masa depan.
Melalui seserahan, dia menunjukkan keseriusannya dalam mencintai dan berkomitmen untuk menjadi pasangan yang setia bagi calon pengantin wanita. Seserahan juga memiliki simbolik yang kuat dalam pernikahan adat Jawa. Setiap item yang termasuk dalam seserahan memiliki makna dan nilai-nilai yang melambangkan janji dan harapan untuk membangun kehidupan rumah tangga yang harmonis.
Oleh karena itu, dalam budaya Jawa, seserahan menjadi salah satu bagian penting dalam prosesi lamaran dan pernikahan. Hal ini bertujuan untuk memperkuat ikatan antara kedua keluarga, menunjukkan niat baik, dan memastikan kesiapan calon pengantin pria dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya sebagai suami di masa depan.
Berikut contoh barang seserahan lamaran adat Jawa:
- Kebaya dan jarik
- Alat make up
- Perlengkapan mandi
- Pakaian dan aksesoris
- Perhiasan
- Pisang raja, buah jambe, kapur sirih
- Jajan pasar
Sementara itu, hantaran pernikahan adalah buah tangan yang diberikan oleh pihak mempelai pria kepada mempelai wanita, ataupun saling bertukar hantaran antara keduanya. Tujuan pemberian hantaran ini adalah sebagai 'pengetuk pintu' atau oleh-oleh yang diberikan dengan maksudt untuk mempererat jalinan silaturrahmi antara dua keluarga. Isi hantaran pun umumnya berupa makanan, ransuman atau bahan kebutuhan sehari-hari.
Dalam tradisi Jawa, biasanya selalu ada aneka kue hantaran lamaran tradisional. Contohnya, kue jadah, kue lapis, wajik, dan aneka jajanan pasar lainnya yang rasanya manis dengan tekstur lengket.
Dalam tradisi Jawa, lamaran adat merupakan momen yang sangat dihormati dan dianggap sebagai awal dari ikatan pernikahan. Acara ini melibatkan kedua keluarga dan memegang peran penting dalam memperkuat hubungan antara kedua pihak. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang tetap menjalankan tradisi ini sebagai penghormatan terhadap akar budaya yang mereka miliki.
Nah, bagaimana denganmu, tertarik untuk mengusung lamaran adat Jawa? Yuk, rencanakan bersama vendor-vendor WeddingMarket.