Ketika sepasang kekasih telah memutuskan menikah, memiliki keturunan merupakan suatu hal yang paling ditunggu-tunggu. Ada pula yang sudah lama menikah namun belum memiliki anak, kemudian segala cara dilakukan mulai dari program kehamilan hingga doa yang tak henti-hentinya. Sebab, kehadiran anak akan memberikan suasana baru dan kebahagiaan dalam rumah tangga. Itulah idealnya.
Namun, ternyata tak sedikit pasangan muda yang memilih untuk tidak memiliki keturunan dalam pernikahannya. Fenomena ini sering disebut sebagai childfree marriage, sebuah kondisi yang dapat terjadi berdasarkan dua jenis kemungkinan, yaitu karena keadaan atau karena pilihan. Childfree marriage dibingkai dalam fenomena yang sangat modern.
Mengapa Pasangan Memilih Untuk Childfree?
Dilansir dari washingtonpost.com, pada abad ke-21 ini jutaan wanita di seluruh penjuru dunia akan mencapai usia 45 tahun tanpa melahirkan, which mean mereka tidak memiliki keturunan secara biologis. Beberapa diantaranya disebabkan karena kemandulan, ada pula yang memilih untuk tidak memiliki anak di awal kehidupan pernikahannya, dan bahkan ada yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk berdebat dengan pasangan tentang apakah mereka akan memiliki anak atau tidak.
Sebenarnya, terdapat banyak sekali alasan dari berbagai sudut pandang mengapa pasangan memilih untuk tidak memiliki anak dalam pernikahannya, diantaranya: trauma masa kecil; faktor lingkungan yang mempengaruhi, tidak menyukai anak-anak atau merasa hidupnya terganggu dengan kehadiran anak; tidak siap menjadi orang tua yang baik untuk mendidik; tidak yakin bisa memenuhi kebutuhan anak secara ekonomi; ada penyakit mental yang tidak memungkinkan untuk mengasuh anak; merasa anak akan menghambat karir; merasa bahwa dengan memiliki anak maka akan menyita banyak waktu dan energinya; ataupun belum memiliki motivasi yang jelas tentang apa tujuan memiliki anak, dan masih banyak lagi.
Penulis buku 'Childfree & Happy', Victoria Tunggono, dalam bukunya menjelaskan apabila pasangan ingin menjadi orang tua itu tidak hanya siap secara fisik dan materi saja, tetapi juga harus ada kesiapan mental. Keduanya harus siap segalanya untuk melayani serta memberikan yang terbaik bagi anaknya kelak.
Seorang influencer Gita Savitri Dewi dalam video YouTube Analisa Channel, mengungkapkan bahwa ia memutuskan childfree karena, ketika ia mempertanyakan ke orang sekitarnya tentang mengapa ingin punya anak, ia tidak mendapatkan jawaban yang tidak terdengar selfish. Tidak ada alasan yang kuat dan responsible menurut wanita yang telah menikah sejak tahun 2018 lalu itu.
Fenomena Childfree Menurut Pandangan Islam
Apabila kita berbicara tentang hak asasi manusia, tentu setiap orang berhak menentukan pilihan. Namun dalam pandangan Islam, konsep ini tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Hal ini sesuai dengan firman Allah ta’ala dalam QS. Ali ‘imran: 14 yang berbunyi: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Kita tidak akan ada di dunia jika orang-orang terdahulu, termasuk orang tua kita memilih untuk childfree. Banyak sekali dalil yang berisi perintah agar umat manusia memiliki dan memperbanyak keturunan, sebab jumlah keturunan yang banyak adalah sebuah karunia. Anak telah dikaruniai banyak rezeki melalui orang tua yang melahirkannya.
Masih banyak sekali dalil yang menyebutkan bahwa memiliki anak merupakan hal yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Salah satunya menerangkan bahwa anak merupakan amal jariyah yang paling berharga untuk mendoakan orang tuanya ketika sudah tiada kelak. Anak akan mengingat kita disaat orang lain melupakannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga.” Maka ia pun bertanya, “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab, “Berkat istighfar anakmu bagi dirimu.” (HR. Ahmad, Ibnu Katsir berkata, isnadnya shahih).
Hidup Adalah Pilihan dan Kumpulan dari Pilihan-Pilihan
Mungkin bagi sebagian besar orang, pilihan untuk tidak memiliki anak dalam pernikahannya atau childfree marriage adalah sesuatu yang “aneh”. Namun setiap manusia juga memiliki hak untuk memilih secara sadar maupun tidak. Sebuah keputusan atas jalan hidup manusia seharusnya bisa dan ada jalan untuk mempertanggungjawabkannya.
Jadi, ketika sepasang suami istri memilih untuk childfree saat ini harus dipikirkan dan dilakukan secara sadar. Mereka wajib menerima apapun yang akan terjadi di masa yang mendatang, manakala ada sesuatu yang harus “dibayar” atas itu. Persoalan menikah atau tidak menikah, memiliki anak atau tidak, seharusnya kedua belah pihak sudah mengerti tentang apa yang sebenarnya mereka inginkan dan bagaimana langkah yang ingin dijalani.
Dampak Childfree Marriage
Dari segi kesehatan berdasarkan sebuah penelitian tentang "Childless Women Risk Poorer Health In Later Life", bahwa wanita tanpa memiliki anak akan beresiko memiliki kesehatan yang lebih buruk di kemudian hari bahkan meningkatkan risiko kematian dini.
Sementara itu, menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, childfree marriage juga akan berdampak pada struktur penduduk di suatu negara yaitu rasio ketergantungan (dependency ratio) dimana angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk usia non produktif (penduduk di bawah 15 tahun dan penduduk di atas 65 tahun) dengan banyaknya penduduk usia produktif (penduduk usia 15 – 64 tahun).
Selain itu, pilihan untuk childfree juga wajib dipertimbangkan dari segi psikologis. Mengingat bahwa wanita memiliki batas usia produktif dimana puncak masa subur dengan kualitas telur terbaik yaitu pada usia 20-30 tahun. Jadi jangan sampai sudah memutuskan untuk childfree, lalu dikemudian hari berubah pikiran ketika sudah tidak berada pada masa subur. Hal ini dikhawatirkan akan berpengaruh pada kesehatan mental kedua pasangan, terutama bagi wanita.
Terakhir, pernikahan tidak hanya tentang kamu dan pasangan saja, tetapi juga ada dua keluarga yang dipersatukan secara sakral. Kamu juga harus memahami apa yang orang tua inginkan terhadap kamu dan pasangan. Ketika suatu persoalan didiskusikan dengan baik, maka akan menghasilkan sesuatu yang baik pula.
Apakah Pasangan yang Childfree Bisa Hidup Bahagia Dalam Pernikahannya?
Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2021 tentang 'a quarter of adults don't want children–and they're still happy', mengungkapkan bahwa mengasuh anak tidak melulu menjadi kebahagiaan terbesar dalam hidup. Tidak ada perbedaan perihal tingkat kebahagiaan antara pasangan yang menjadi orang tua dan mengasuh anak dengan pasangan yang memutuskan untuk tidak memiliki anak atau childfree.
Nah, itu dia sedikit ulasan tentang fenomena childfree marriage. Pada dasarnya semua pasangan yang telah menikah memiliki hak masing-masing sebagai manusia. Namun hak-hak tersebut juga harus seimbang dengan pertimbangan tentang berbagai efek jangka panjangnya.
Supaya kamu dan pasangan sama-sama nyaman, ada baiknya kalian melakukan diskusi panjang terlebih dahulu sebelum memutuskan suatu hal. Yang terpenting adalah setiap keputusan harus dilakukan secara sadar dan terus menjaga komunikasi yang baik, ya! Ketahui juga tentang usia ideal untuk menikah sebagai bahan referensi tambahan. Semoga artikel ini bermanfaat dan kamu mendapatkan insight baru tentang kehidupan pernikahan.