Melihat keindahan pernikahan anak orang nomor satu di Indonesia membuat banyak pasangan tertarik untuk mengadakan resepsi menggunakan konsep adat suku Nusantara. Apakah kamu termasuk salah satunya?
Mengadakan pernikahan dengan konsep adat memang membuat suasana jauh lebih sakral dan hikmat. Kedua mempelai terlihat sempurna dengan balutan pakaian adat yang sarat akan makna dan filosofi. Pernikahan dengan adat Sunda merupakan salah satu konsep paling populer. Keunikan dan keindahan pernikahan adat Sunda yang membuatnya begitu populer adalah busana kedua pengantin.
Pengantin adat Sunda membuat para tamu pangling akan kecantikan dan ketampanannya. Busana pengantin Sunda semakin terlihat memesona karena ornamen-ornamen pelengkap dengan maknanya masing-masing. Yuk, sama-sama mengenal bagaimana baju pengantin adat Sunda bisa memancarkan aura kedua mempelai di hari pernikahannya!
Busana adat Sunda mendapatkan pengaruh dari Jawa Tengah
Mayoritas masyarakat suku Sunda dapat ditemukan di Jawa Barat. Oleh karena itu, banyak budaya di Jawa Barat dipengaruhi oleh suku Sunda. Karena letak geografinya yang dekat dengan Jawa Tengah, terjadilah proses akulturasi antara budaya dari kedua daerah tersebut.
Oleh karena itu, kita akan menemukan kesamaan di beberapa pakaian adat Sunda dengan budaya Jawa Tengah. Salah satunya kebaya dan beskap yang merupakan kebudayaan Jawa Tengah. Kedua busana ini merupakan pakaian adat suku Sunda dan dikenakan selama prosesi pernikahan.
Meskipun terdapat kesamaan, tentunya detail-detail pelengkap busana tersebut akan membuat perbedaan mencolok antara keduanya. Perbedaan itulah yang kemudian menjadi ciri khas masing-masing budaya.
Beberapa perbedaan yang mungkin didapati ketika kamu membandingkan baju pengantin adat Sunda dengan Jawa Tengah:
Pada umumnya, kebaya Sunda memiliki panjang hingga paha atau lebih panjang lagi. Namun, kebaya Jawa biasanya hanya menutupi hingga ke bawah pinggul saja,
Potongan beskap Sunda tidak simetris pada bagian depan dan tekstur kainnya lebih tebal,
Kerah kebaya Jawa umumnya memiliki bentuk V. Berbeda dengan kebaya modern suku Sunda yang memiliki bentuk kerah U,
dan perbedaan paling mencolok adalah aksesoris pelengkap yang dikenakan kedua pengantin. Dengan melihat aksesorisnya, kamu akan mengetahui dengan jelas bahwa kedua pengantin sedang menggunakan konsep Sunda di hari pernikahannya.
Sesuai dengan daerahnya, baju pengantin adat Sunda terbagi menjadi tiga jenis, yaitu Sunda Siger, Sunda Putri, dan Sukapura.
Ciri khas masing-masing baju pengantin adat Sunda
Ketiga jenis baju pengantin adat Sunda yang sudah disebutkan sebelumnya memiliki keunikannya masing-masing. Sebelum kamu memutuskan untuk menggunakan konsep Sunda, kenali dulu bagaimana perbedaan ketika baju pengantin yang nantinya akan dikenakan.
1. Baju pengantin Sunda Siger
Baju pengantin adat Sunda yang sering dikenakan adalah Sunda Siger. Mempelai wanita akan mengenakan siger di kepala. Kemudian, bagian bawah menggunakan kain batik bercorak lereng eneng, lereng garutan, dan sidomukti. Biasanya menggunakan kebaya berbahan brokat dan berbagai perhiasan pelengkap, seperti benteng, kalung permata, bros, kilat bahu, sepasang giwang, cintin dan gelang permata.
2. Baju pengantin Sunda Putri
Riasan dan busana Sunda Putri lebih sederhana. Mempelai wanita menggunakan kebaya berbahan brokat dengan hiasan payet dan berbagai model. Kemudian, riasan kepala hanya menggunakan sanggup puspasari untuk menambahkan keanggunan. Sebagai pelengkap, mempelai akan menggunakan bros sebanyak tiga buah, anting, cincin, dan gelang.
3. Baju pengantin Sukapura
Jika Sunda Putri menggunakan sanggul puspasari, maka Sukapura dengan sanggul Ciwidey-nya. Selain sanggul, pengantin dengan busana Sukapura dapat menggunakan siger Srikandi atau Sumbadra. Kebaya menggunakan bahan lame dengan panjang hingga ke pinggul dan masih menggunakan bawahan kain lereng atau sidomukti, batik khas pengantin Sunda.
Terdapat perbedaan di perhiasan yang dikenakan. Pengantin busana Sukapura akan menggunakan siger, sepasang gelang dan cincin, kembang goyang tujuh buah, kalung permata dan kalung panjang yang dihiasi bulu, serta dilengkapi dengan pending emas di bagian kebaya.
Bagaimana dengan pengantin pria? Pada pernikahan adat Sunda, pengantin pria mengenakan jas buka prengwadana sebagai busana utamanya. Jas ini bermakna kebijaksanaan seorang pria dalam membimbing istri dan keluarganya kelak. Jika mempelai wanita menggunakan siger, pengantin prianya mengenakan penutup kepala bernama bendo.
Tentunya, bendo juga memiliki maknanya sendiri. Penutup kepala pengantin pria ini melambangkan kedudukannya sebagai kepala rumah tangga yang akan mengayomi seluruh anggota keluarga. Kemudian, pada bagian pinggang diselipkan keris sebagai doa agar rumah tangga terhindar dari marabahaya.
Makna riasan pengantin Sunda
Keunikan pernikahan adat berasal dari setiap ornamen yang memiliki makna tersendiri. Makna tersebut berupa doa-doa baik untuk kedua mempelai di hari pernikahannya. Begitupun dengan riasan pengantin Sunda. Riasan mempelai wanita dengan mahkota dan bunga-bunganya memiliki filosofi masing-masing. Berikut makna dari riasan pengantin Sunda:
Mahkota siger
Karena seorang wanita merupakan ratu di hari pernikahannya, budaya Sunda memberikan mahkota untuk mempercantik tampilannya. Mahkota pengantin tersebut merupakan siger Sunda. Mahkota ini akan menambahkan keanggunan mempelai wanita ketika berjalan menuju altar pernikahan.
Mahkota siger Sunda berarti rasa hormat, kebijaksanaan, serta kearifan dalam pernikahan. Siger Sunda memiliki berat hingga 2 kg dan terbuat dari campuran logam. Mahkota ini juga melambangkan kesempurnaan seorang wanita.
Konon, siger Sunda terinspirasi dari tokoh Srikandi dan Subardha. Kedua wanita cantik tersebut memiliki sifat pemberani, tangguh, serta disenangi oleh masyarakat. Siger menjadi doa agar mempelai wanita bisa tangguh dan berani melangkah ke kehidupan barunya bersama suami.
Tidak hanya itu, bentuk seperti segitiga mengarah ke arah atas di Siger Sunda melambangkan hidup yang harus memuncak dan mengingatkan bahwa setiap manusia akan kembali pada Tuhan.
Siger Sunda tidak digunakan pada baju pengantin Sunda Putri. Namun, di atas sanggul puspasari akan dipasang tiara berukuran kecil bersama tujuh pasang kembang goyang, dan enam kembang tanjung.
Tiara dan kembang itulah yang akan memancarkan aura kecantikan mempelai wanita ketika mengenakan baju pengantin Sunda Putri.
Daun sirih di bagian dahi
Di bagian dahi mempelai wanita terdapat daun sirih yang berbentuk belah ketupat. Setiap simbol belah ketupat di dahi pengantin wanita merupakan lambang tolak bala.
Kembang tajur
Kembang tanjung akan ditempatkan pada bagian belakang sanggung pengantin wanita Sunda. Penempatan kembang ini sebagai lambang kesetiaannya terhadap pasangan.
Kembang goyang
Logam berbentuk bunga yang berdiri rapi di mahkota mempelai wanita merupakan kembang goyang. Sebanyak tujuh kembang goyang disematkan di atas sanggul mempelai wanita. Dua diantaranya menghadap ke belakang dan lima lainnya disematkan menatap ke sisi depan.
Perbedaan posisi tersebut bukan tanpa arti apapun. Ketujuh kembang goyang menunjukkan kecantikan wanita akan terlihat dari bagian depan dan belakang. Kemudian, kembang goyang juga memiliki makna rezeki dan kebaikan bagi kedua pengantin.
Ronce atau untaian bunga
Satu lagi pelengkap kecantikan pengantin adat Sunda. Ronce atau untaian bunga merupakan tanda besar yang membedakan budaya Sunda dengan pengantin Jawa. Rangkaian bunga akan disematkan di mahkota siger dan dibiarkan menjuntai ke bawah.
Untaian berbagai macam bunga tersebut memiliki panjang antara 20 hingga 30 sentimeter. Keindahan untaian tersusun dari mangle susun, mangle sisir, mangle pasung, mayang sari, dan panetep.
Biasanya, untaian bunga tersebut menggunakan kamboja, tanjung, melati, atau sedap malam. Kemudian, terdapat untaian bunga pendek di bagian telinga sebelah kiri yang disebut dengan mayang sari.
Mayang sari merupakan doa agar selama pernikahan kedua mempelai tidak mendapati perselisihan besar yang bisa merusak rumah tangga. Rangkaian bunga memanjang terdapat di belakang telinga sebelah kanan yang dinamakan mangle susun. Susunan rapi bunga-bunga tersebut sebagai simbol pekerjaan rumah tangga yang telah tertata.
Detail lain di bagian kepala pengantin Sunda adalah mangle pasung yang berbentuk bunga. Hiasan bunga berjumlah lima atau tujuh akan dipasang mengelilingi sanggul. Mangle pasung dipasang menggunakan pinti seperti bando yang melambangkan kesucian seorang wanita. Terakhir, panetep bunga yang berbentuk bulat dan disematkan pada bagian tengah tengah sanggul. Panetep melambangkan ketepatan dalam memutuskan suatu hal.
Bagaimana? Kamu semakin tertarik bukan mengadakan pernikahan menggunakan baju pengantin adat Sunda? Pakaian adat akan menambah kecantikan dan mengeluarkan aura baik di dalam diri. Dengan mengadakan pernikahan dengan konsep adat, secara tidak langsung kamu sedang melestarikan kebudayaan Indonesia. Selamat mempersiapkan pernikahan!