Your Smart Wedding Platform

Mengenal Pakaian Adat Solo yang Digunakan dalam Pernikahan

25 Feb 2023 | By Nurma Arum | Editor Ade Mutia Wedding Market | 10973
Foto via Ambar Paes

Setiap pernikahan adat memiliki berbagai elemennya sendiri yang memiliki ciri khas masing-masing. Biasanya elemen ini akan terlihat megah dan memiliki makna di setiap bagiannya. Salah satunya adalah pakaian. Pakaian adat yang dikenakan oleh pengantin dengan tema pernikahan adat atau tradisional biasanya akan tampak lebih megah dan manglingi. Hal ini juga berlaku pada pakaian adat Solo.

Berbeda dengan pakaian pernikahan internasional yang biasanya berwarna putih, pakaian adat Solo justru memiliki ciri khas berwarna pekat dari kain beludru dalam bentuk kebaya atau memiliki warna vibrant dalam bentuk kain dodot. Pakaian ini akan dipadukan dengan bawahan batik yang membuat pengantin terlihat lebih anggun sebagai ratu sehari.

Penasaran seperti apa pakaian adat Solo dan apa sajakah makna di baliknya? Yuk, simak penjelasan selengkapnya berikut ini!

Pakaian pengantin khas Solo Putri untuk wanita

Foto via Ambar Paes

Pakaian yang dikenakan oleh pengantin wanita Solo adalah kebaya dengan bahan beludru yang memiliki warna pekat, tapi tak selalu hitam. Warna tersebut antara lain hijau, merah, ungu, atau cokelat. Panjangnya biasanya sampai lutut, tapi kini ada juga yang membuatnya panjang menjuntai hingga menambahkan tail supaya terlihat lebih cantik dan modern. 

Kebaya beludru ini juga dihias dengan bordiran berwarna emas. Motifnya adalah tumbuh-tumbuhan yang selalu terhubung sebagai simbol dari kesinambungan dan dekat dengan alam, khususnya bumi. 

Salah satu yang menjadi bagian unik dari kebaya ini adalah adanya tambahan kain atau yang sering disebut sebagai bef yang merupakan ciri khas dari kebaya jenis kutubaru. Di bagian ini, pengantin biasanya akan mengenakan bros yang memiliki warna emas senada dengan bordiran di pakaian dengan jumlah tiga buah.

Foto: Venema Pictures via Ambar Paes

Kebaya kutubaru akan dipadukan dengan bawahan batik. Namun, tahukah kamu bahwa ternyata tidak semua motif batik ternyata bisa digunakan untuk acara pernikahan? Beberapa motif batik yang aman digunakan dalam pernikahan, khususnya untuk bawahan kebaya adalah batik motif Sido Mukti, Sido Asih, dan Sido Mulyo. Kain ini akan dibuat ber-wiru di bagian depannya. Wiru artinya adalah lipatan-lipatan kecil, tapi ada juga makna lain, yaitu wiwiren aja nganti kleru. Biasanya lipatan ini memiliki jumlah yang ganjil, misalnya 9, 11, atau 13 lipatan. 

Jika bawahan sudah dikenakan, stagen atau angkin akan ditambahkan untuk memperkuat dan mempercantik tampilan. Kemudian, ada juga aksesori lain dalam bentuk perhiasan, seperti kalung, gelang, hingga giwang. Setelah semuanya dikenakan, pengantin perempuan Solo Putri biasanya akan mengenakan alas kaki dalam bentuk selop atau mules yang senada dengan pakaian yang dikenakan.

Pakaian pengantin Solo Putri untuk pria

Foto via Ambar Paes

Pengantin pria Solo Putri biasanya mengenakan atasan berbentuk beskap atau jas sikepan. Biasanya pakaian ini memiliki bahan dan warna yang sama dengan yang dikenakan oleh pengantin wanita. Begitupun dengan bawahannya. Pengantin pria Solo akan mengenakan bawahan kain batik dengan motif Sido Asih, Sido Mukti, atau Sido Mulyo. 

Salah satu yang menarik dari pakaian pengantin pria Solo adalah dikenakannya aksesori kepala, yaitu Kuluk Kanigara. Mereka juga akan mengenakan berbagai aksesori, seperti kalung dan bros. Terakhir, pengantin pria di Solo juga akan mengenakan sandal selop untuk alas kaki.

Pakaian Solo Basahan untuk pengantin wanita

Foto: Cocomoto Photography

Selain Solo Putri, tradisi pernikahan di Solo juga memiliki pakaian bernama Basahan. Ciri khas dari pakaian ini adalah pakaian yang lebih terbuka terutama di bagian atas sebagai tanda berserah diri. Pakaian lengkap dengan aksesori yang dikenakan bernama dodotan yang terdiri dari kain kampuh dodot yang berwarna hijau dengan motif alas-alasan, yaitu motif yang terdiri dari tumbuh-tumbuhan dan hewan serta blumbangan yang memiliki makna kehidupan. Motif ini dibuat dari prada yang berwarna emas. 

Ada aksesori lain yang memiliki maknanya sendiri, seperti songgo pocong/bocong yang berada di pinggang pengantin bagian belakang. Aksen ini memiliki harapan supaya pengantin wanita mampu menghemat dan mengatur keuangan dengan baik. Kemudian, ada juga buntal udan emas yang merupakan hiasan yang terdiri dari untaian bunga dan dedaunan, seperti krokot, daun bayam, daun pandan, bunga keningkir, bunga kantil, dan pupus pisang. Masing-masing melambangkan kekuatan, kedamaian, pelindung, cinta sejati, sepadan, hingga kesetiaan.

Pengantin juga akan mengenakan udet cinde yang memiliki motif cakar untuk menggantikan fungsi dari ikat pinggang.

Pakaian Solo Basahan untuk pengantin pria

Foto: Cocomoto Photography

Saat mengenakan pakaian pengantin Solo Basahan, pengantin pria akan mengenakan kain yang mengekspos bagian dada. Ia akan mengenakan kain dodot atau kampuh yang dipadukan dengan celana panjang dari bahan kain cinde. Pengantin pria juga akan mengenakan ikat pinggang dari ukup dan epek timang untuk menyelipkan keris. 

Tak hanya pakaian saja, pengantin Solo Basahan pria juga mengenakan aksesori kepala bernama kuluk mathak. Pengantin juga akan mengenakan aksesori lain dalam bentuk perhiasan, seperti kalung panjang. Tak ketinggalan, keris yang melambangkan kejantanan juga akan diselipkan di ikat pinggang. Sementara itu, sama dengan Solo Putri, pengantin akan mengenakan alas kaki dalam bentuk selop yang memiliki warna senada dengan dodot.

Perbedaan pakaian pengantin Solo dan Yogyakarta

Foto: Cocomoto Photography

Kedua daerah ini sebenarnya memiliki penampilan pengantin yang mirip, tapi jika diperhatikan lagi ada beberapa perbedaan yang akan tampak. Salah satu yang sudah lebih umum diketahui adalah paes atau riasannya. Namun, ternyata kedua daerah ini juga memiliki perbedaan pada pakaiannya, lo.

Salah satu perbedaannya adalah motif kain yang digunakan pada pengantin Yogya Paes Ageng dan Solo Basahan. Kain yang digunakan pada pengantin Yogayakarta adalah kain batik Sido Mukti atau Sido Asih, sementara kain yang digunakan oleh pengantin Solo Basahan adalah kain dengan motif alas-alasan. 

Sementara pakaian Yogya Putri dan Solo Putri tidak memiliki perbedaan berarti. Bagi pengantin wanita, dua-duanya mengenakan kebaya beludru dengan motif emas. Sementara itu, pengantin pria sama-sama mengenakan beskap dan jas penutup. Bawahan yang dipakai adalah kain batik dengan motif Sido Asih atau Sido Mukti.

Nah, itu dia penjelasan pakaian adat Solo yang dikenakan oleh pengantin dalam acara pernikahan. Ternyata selain riasan yang unik dengan paesnya, pakaian adat Jawa juga memiliki elemen-elemen yang indah serta penuh makna. Pantas saja pengantin jadi tampak semakin beraura di hari bahagianya.

Temukan juga berbagai kebutuhan untuk melengkapi tampilan di hari istimewamu nanti di WeddingMarket store. Dapatkan penawaran khusus venue deals dengan harga terbaik, serta beragam elemen-elemen pernikahan lainnya dari vendor-vendor profesional terpercaya. Selamat mempersiapkan pernikahan, dears!


Artikel Terkait



Artikel Terbaru