Bagi banyak pasangan, proses merencanakan pernikahan merupakan pengalaman yang penuh kebahagiaan, meski tak jarang disertai ketegangan. Di tengah antusiasme memilih gaun, tempat resepsi, dan vendor dekorasi, tak jarang emosi ikut terseret dalam dinamika persiapan. Perbedaan pendapat, tekanan waktu, serta campur tangan pihak keluarga bisa menjadi pemicu gesekan kecil yang jika tidak ditangani dengan bijak, berubah menjadi pertengkaran. Padahal, masa-masa menjelang pernikahan seharusnya menjadi waktu untuk mempererat hubungan dan saling memahami lebih dalam.
Supaya proses menuju hari bahagia tetap berjalan lancar dan penuh cinta, penting bagi kamu dan pasangan untuk menghindari beberapa kesalahan umum yang sering terjadi. Artikel ini akan membahas hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan selama masa persiapan pernikahan, supaya kamu dan pasangan tetap kompak, saling mendukung, dan terhindar dari konflik yang tidak perlu. Karena sejatinya, pernikahan bukan hanya tentang hari H saja, tapi juga tentang bagaimana kalian membangun pondasi kerjasama yang kuat sejak awal.
Hal-hal yang Memicu Pertengkaran saat Persiapan Pernikahan
Merencanakan pernikahan sering memicu pertengkaran, baik antar pasangan maupun dengan keluarga. Hal ini sepenuhnya wajar, mengingat pernikahan menyatukan dua individu dengan latar belakang pemikiran, nilai hidup, dan harapan yang bisa saja berbeda. Berikut beberapa hal-hal yang memicu pertengkaran saat persiapan pernikahan, beserta alasannya:
1. Perbedaan Ekspektasi
Baik kamu atau pasangan tentu memiliki bayangan sendiri tentang seperti apa pernikahan impian kalian. Ada yang sejak kecil memimpikan pesta mewah lengkap dengan dekorasi yang mewah dan gaun yang elegan, sementara pasangannya justru lebih menginginkan prosesi sederhana, intimate dan hangat bersama keluarga inti. Ketika ekspektasi ini tidak dikomunikasikan dengan terbuka sejak awal, maka perbedaan ini bisa berkembang menjadi sumber konflik yang cukup serius selama persiapan pernikahan.
2. Campur Tangan Orang Tua atau Keluarga Besar
Persiapan pernikahan tidak hanya melibatkan calon pengantin, tapi juga orang tua dan keluarga besar, terutama dalam budaya yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan. Terkadang, keluarga memiliki keinginan atau standar sendiri mengenai adat istiadat, tata cara acara, hingga daftar tamu. Jika pasangan tidak memiliki sikap tegas namun tetap menghormati, bisa timbul perasaan bahwa pendapat mereka diabaikan, dan ini berujung pada pertengkaran.
3. Pembagian Anggaran
Masalah keuangan sering menjadi topik sensitif dalam sebuah hubungan, apalagi saat merencanakan sebuah acara sebesar pernikahan. Mulai dari siapa yang membayar apa, berapa anggaran untuk setiap pos pengeluaran, hingga apakah akan berhutang atau tidak, semua ini bisa memicu ketegangan. Perbedaan pandangan tentang prioritas pengeluaran, misalnya, apakah dekorasi lebih penting daripada dokumentasi, atau apakah layak menyewa vendor mahal, bisa menjadi sumber perdebatan yang cukup melelahkan.
4. Perbedaan Prioritas
Setiap pasangan tentu memiliki hal-hal yang menurut mereka penting dalam sebuah pernikahan. Namun, jika tidak dicapai kesepakatan bersama, perbedaan ini bisa memicu ketegangan. Misalnya, kamu merasa pemilihan venue adalah yang paling krusial, sementara pasanganmu lebih fokus pada hiburan atau jumlah tamu undangan. Jika tidak ada kompromi diantara kalian berdua, keputusan yang seharusnya menyenangkan justru bisa berubah menjadi medan konflik.
5. Tekanan Emosional dan Tingkat Stres yang Tinggi
Proses mempersiapkan pernikahan sering dibarengi dengan tekanan mental yang luar biasa. Mulai dari tenggat waktu yang ketat, beban harapan dari keluarga dan teman, hingga rasa lelah karena harus membagi waktu dengan pekerjaan atau aktivitas lainnya. Dalam kondisi seperti ini, seseorang menjadi lebih mudah tersinggung, dan hal-hal kecil yang biasanya bisa ditoleransi, bisa menjadi pemicu ledakan emosi.
6. Perbedaan Budaya
Jika pasangan berasal dari latar belakang budaya, adat, atau agama yang berbeda, perbedaan ini bisa muncul dalam bentuk pertentangan mengenai tata cara pernikahan, bahasa yang digunakan, bahkan pilihan makanan yang disajikan. Ini bisa menjadi persoalan yang cukup kompleks jika tidak dibicarakan secara terbuka sejak awal dan disepakati bersama solusinya.
7. Kurangnya Komunikasi
Komunikasi yang baik adalah pondasi utama dalam menjalani hubungan, termasuk dalam masa persiapan pernikahan. Jika kamu atau pasangan dan juga pihak keluarga merasa tidak nyaman menyampaikan pendapat, tidak jujur dengan perasaan kalian, atau sering menyimpan kejengkelan dalam hati, maka masalah kecil bisa berubah menjadi besar. Ketidakmampuan untuk berdiskusi secara dewasa dan mencari jalan tengah akan memicu ketegangan yang terus-menerus.
Meskipun semua hal di atas bisa memicu pertengkaran, penting untuk diingat bahwa konflik tidak selalu berarti hubungan sedang bermasalah. Justru, pertengkaran yang disikapi dengan komunikasi yang baik bisa menjadi sarana untuk saling mengenal lebih dalam, belajar berkompromi, dan menguatkan fondasi pernikahan itu sendiri. Yang terpenting adalah bagaimana kamu dan pasangan bisa menyikapi perbedaan tersebut, bersedia mendengarkan satu sama lain, dan menyusun solusi bersama dengan hati terbuka.
Tips Menghindari Pertengkaran saat Persiapan Pernikahan
Proses persiapan pernikahan adalah masa-masa yang membahagiakan, namun tak jarang disertai tekanan yang dapat memicu konflik di antara pasangan. Supaya kamu bisa tetap chill dan terhindar dari pertengkaran dengan pasanganmu, berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan:
1. Menyatukan Visi Pernikahan Sejak Awal
Pastikan kamu dan pasangan memiliki visi dan gambaran yang sejalan mengenai hari besar kalian. Ini bukan hanya tentang tema dekorasi atau tempat acara, tapi juga mencakup nilai-nilai, suasana yang ingin diciptakan, serta prioritas dalam pernikahan itu sendiri. Tanpa adanya kesepakatan bersama, dapat muncul perbedaan pendapat dan menimbulkan konflik.
Maka dari itu, duduklah bersama untuk membicarakan secara terbuka, apakah kalian menginginkan pesta besar atau kecil, adat apa yang ingin dilibatkan, dan elemen apa yang paling penting bagi kalian berdua. Dengan menyepakati visi bersama sejak awal, proses persiapan akan berjalan lebih lancar dan minim gesekan.
2. Membagi Tugas dengan Jelas dan Seimbang
Penting untuk membagi tanggung jawab secara adil supaya tidak ada pihak yang merasa kewalahan atau terbebani karena tugas yang lebih berat, karena keterlibatan yang seimbang menunjukkan bahwa kalian adalah tim yang saling mendukung. Misalnya, jika kamu lebih bisa bernegosiasi, kamu bisa mengambil alih urusan vendor, sementara pasanganmu menangani hal lain seperti detail visual atau undangan.
Hindari kecenderungan untuk bersikap mengontrol atau terlalu lepas tangan. Masing-masing dari kalian harus punya peran yang jelas dan diberi ruang untuk menjalankannya sesuai kemampuan.
3. Menyusun Anggaran Bersama
Biaya pernikahan bisa saja membengkak jika tidak direncanakan dengan cermat, sehingga sangat penting untuk menyusun anggaran bersama sejak awal. Diskusikan berapa total dana yang tersedia dan dari mana sumbernya, apakah dari pasangan, orang tua, atau dari keduanya. Setelah itu, buat rincian pengeluaran untuk setiap aspek seperti venue, catering, dekorasi, hingga dokumentasi. Jangan lupa alokasikan dana cadangan untuk hal-hal tak terduga.
4. Menjaga Komunikasi yang Terbuka
Kesalahpahaman seringkali terjadi karena kurangnya komunikasi atau cara menyampaikan yang kurang tepat. Cobalah untuk selalu terbuka terhadap pendapat pasangan dan jangan langsung menyalahkan ketika ada ketidaksesuaian. Gunakan kalimat yang menunjukkan perasaan pribadi, seperti “Aku merasa khawatir kalau ini nggak sesuai harapanmu” daripada “Kamu tuh nggak pernah bantu.”
Selain itu, luangkan waktu khusus untuk berbicara dari hati ke hati, bukan hanya soal wedding checklist, tapi juga tentang bagaimana perasaan kalian sepanjang proses ini.
5. Melibatkan Keluarga Secara Bijak
Keikutsertaan keluarga dalam pernikahan tak jarang menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, mereka bisa memberikan dukungan moral dan materi, tapi di sisi lain, bisa menimbulkan tekanan atau perbedaan pendapat. Maka dari itu, penting untuk menyepakati bersama sejauh mana keluarga akan dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Jika salah satu pihak merasa keberatan terhadap campur tangan keluarga, sampaikan dengan lembut dan jadikan pasangan sebagai partner dalam menyampaikan keputusan kepada orang tua.
Saling mendukung dalam menghadapi tekanan eksternal menunjukkan bahwa kalian sudah siap membangun rumah tangga yang mandiri dan saling melindungi. Mengelola keterlibatan keluarga dengan bijak bisa menjaga keharmonisan bukan hanya antara kamu dan pasangan, tapi juga antar keluarga besar.
6. Beri Ruang untuk Istirahat
Persiapan pernikahan bisa sangat menyita energi, baik fisik maupun emosional. Jika tidak diimbangi dengan waktu istirahat yang cukup, kelelahan ini bisa memicu pertengkaran karena hal-hal sepele. Karenanya, penting bagi kalian berdua untuk mengambil jeda di tengah kesibukan. Lakukan hal-hal yang menyenangkan bersama tanpa membicarakan pernikahan, seperti pergi nonton, ngopi bareng, atau sekadar jalan santai. Selain itu, pastikan kebutuhan dasar seperti tidur, makan sehat, dan olahraga tetap terjaga.
7. Gunakan Tenaga Profesional
Jika kalian merasa kewalahan dengan banyaknya detail yang harus diurus, tidak ada salahnya mempertimbangkan untuk menggunakan jasa wedding organizer atau wedding consultant. Bantuan profesional akan mengurangi beban dan memberi ruang bagi kalian untuk tetap fokus pada hal-hal yang lebih penting secara emosional.
Selain itu, jika ketegangan dalam hubungan mulai meningkat akibat tekanan persiapan, berkonsultasi dengan konselor pranikah juga bisa menjadi langkah yang bijak. Mereka bisa membantu kamu dan pasangan dalam mengelola ekspektasi, menyusun strategi komunikasi, dan memperkuat pondasi hubungan sebelum menikah.
8. Ingat Tujuan Kalian Menikah
Di tengah kesibukan memilih undangan, fitting baju, atau mengurus daftar tamu, jangan sampai kalian lupa tujuan utama dari pernikahan, ya, yakni membangun kehidupan bersama. Kadang, obsesi terhadap detail dan keinginan supaya segalanya sempurna justru membuat hubungan jadi tegang.
Sejatinya pernikahan bukan tentang seberapa mewah acaranya, melainkan tentang komitmen, cinta, dan kesiapan menghadapi suka duka bersama. Kalau ada hal-hal yang tidak berjalan sesuai rencana, cobalah untuk tidak terlalu dipikirkan. Fokuslah pada makna besar dari hari itu, yakni janji yang kalian ucapkan di hadapan Tuhan dan orang-orang terkasih.
Persiapan pernikahan seharusnya menjadi momen yang bisa mempererat hubungan kamu dan pasangan, bukan justru memicu konflik antara kalian berdua. Dengan menghindari hal-hal yang bisa memancing pertengkaran, seperti komunikasi yang buruk, terlalu banyak campur tangan pihak luar, atau ekspektasi yang tidak realistis, kamu dan pasangan bisa melewati fase ini dengan lebih tenang dan penuh pengertian. Ingatlah bahwa pernikahan adalah awal dari sebuah perjalanan bersama, bukan sekadar momen seremonial. Jadi, jalani prosesnya dengan pikiran jernih dan hati yang lapang.
Jika kamu butuh tips lain tentang persiapan pernikahan, kamu bisa baca artikel lainnya di sini, ya!
Cover | Fotografi oleh Reynard Karman via Instagram/harrisvriza