Your Smart Wedding Platform

Sudah Mau Menikah tapi Tujuan Hidup Masih Berbeda? Begini Cara Menyikapinya

05 Aug 2025 | By Intan Vandini Wedding Market | 44

Menjelang hari pernikahan, banyak pasangan merasa semakin dekat dan kompak satu sama lain. Tapi, tidak jarang pula muncul percakapan serius yang justru membuka perbedaan mendasar, termasuk soal tujuan hidup. Mungkin salah satu dari kalian ingin menetap di kota besar dan fokus berkarier, sementara yang lain bermimpi hidup tenang di desa sambil membangun usaha. Situasi seperti ini bisa membuat gundah, bahkan membuat calon pengantin bertanya-tanya: apakah pernikahan ini bisa berjalan jika arah hidup kalian tidak sama?

Perbedaan tujuan hidup bukan berarti hubungan harus berakhir. Justru, ini bisa jadi momen penting untuk saling mengenal lebih dalam dan belajar berkompromi. Kunci utamanya adalah komunikasi yang jujur dan terbuka, serta kesiapan untuk mencari titik temu tanpa memaksakan kehendak. Dalam artikel ini, kita akan membahas cara menyikapi perbedaan visi hidup menjelang pernikahan, supaya  hubungan tetap sehat dan pernikahan bisa berjalan dengan pondasi yang kuat.

Apakah Tujuan Hidup Harus Sama dengan Pasangan?

Foto: New York Post

Sebelum menikah, penting untuk menyamakan visi dan arah hidup bersama. Tapi, banyak pasangan mulai mempertanyakan apakah pernikahan hanya bisa berhasil jika punya tujuan hidup yang sama? Atau boleh saja berbeda asal saling mendukung? Ternyata, jawabannya tidak sesederhana ya atau tidak, loh! Berikut penjelasannya secara lebih rinci:

1. Idealnya, Ya, Kalian Harus Sejalan

Memiliki tujuan hidup yang sejalan bukan berarti kalian harus memiliki impian yang sama persis, tapi setidaknya arah besarnya serupa. Misalnya, kalian berdua ingin membangun keluarga, menciptakan kehidupan yang stabil, atau sama-sama mementingkan pendidikan dan spiritualitas.

Kesamaan visi ini akan memudahkan kalian dalam membuat keputusan-keputusan penting, seperti di mana akan tinggal, bagaimana mengelola keuangan, dan cara membesarkan anak. Tanpa visi bersama, hubungan bisa terasa seperti dua orang yang berjalan di dua arah berbeda meskipun sedang bergandengan tangan.

2. Tapi, Tidak Harus Persis Sama

Perbedaan dalam tujuan hidup tetap bisa ditoleransi selama tidak bertentangan secara prinsip. Misalnya, kamu ingin membangun karier dan memiliki stabilitas finansial, sementara pasanganmu ingin menjalani hidup sederhana di pedesaan tanpa tekanan karier.

Jika tidak ada kompromi, perbedaan ini bisa menimbulkan konflik yang terus berulang. Sebaliknya, jika perbedaan hanya berupa urutan prioritas atau pendekatan yang berbeda menuju arah yang sama, maka hal itu masih bisa dijembatani lewat komunikasi dan pengertian.

3. Tujuan Boleh Beda, Tapi…

Pernikahan bukan hanya soal menyatukan impian, tapi juga belajar berkompromi. Jika kamu dan pasangan memiliki tujuan yang berbeda, tapi bersedia saling memberi ruang dan bergantian mendukung, maka perbedaan itu justru bisa memperkaya hubungan.

Contohnya, kamu mendukung pasanganmu untuk mengambil beasiswa di luar negeri beberapa tahun ke depan, lalu pasanganmu mendukungmu membangun bisnis setelahnya. Kompromi semacam ini membuat kedua belah pihak tetap merasa dihargai dan tidak kehilangan arah pribadinya.

4. Yang Terpenting Adalah Kesamaan Nilai Hidup

Tujuan bisa berubah, tapi nilai-nilai hidup biasanya lebih permanen. Nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, ketulusan, kedewasaan emosional, dan kesetiaan adalah pondasi pernikahan yang kuat. Dua orang bisa memiliki mimpi berbeda, tapi kalau nilai-nilai yang mereka anut sama, mereka bisa saling memahami dan tetap tumbuh bersama.

Sebaliknya, jika nilai-nilainya berbeda jauh, misalnya salah satu dari kalian sangat materialistis sementara yang lain sangat spiritual, maka akan muncul banyak gesekan dalam pernikahan, meskipun impian kalian tampak serupa.

5. Karena Pernikahan Bukan untuk Menyatukan Semuanya

Pernikahan tidak selalu tentang menjadi serupa dalam segalanya, melainkan tentang dua orang yang berjalan ke arah yang sama dengan langkah masing-masing. Kamu tidak harus mengorbankan seluruh identitas atau impianmu demi pasangan, begitu pun sebaliknya.

Yang penting adalah adanya kemauan untuk berjalan berdampingan, mendukung pertumbuhan satu sama lain, dan menjalin komunikasi ketika arah mulai terasa melenceng. Karena tujuan pernikahan bukan tentang menghapus perbedaan, tapi justru menciptakan kesepakatan bagaimana perbedaan itu bisa berjalan bersama.

Jadi, menikah tidak harus berarti memiliki tujuan hidup yang sama atau identik, tapi penting untuk memiliki arah hidup yang bisa saling menopang dan nilai-nilai yang sejalan. Perbedaan tujuan masih bisa diatasi selama ada ruang kompromi, komunikasi terbuka, dan kemauan untuk saling mendukung. Karena justru dari perbedaan itulah, kamu dan pasangan bisa sama-sama belajar menjadi lebih dewasa, lebih bijaksana, dan lebih kuat menghadapi kehidupan bersama.

Cara Menyikapi Tujuan Hidup yang Berbeda Sebelum Menikah

Foto: Marriage Means Moore

Saat kamu dan pasangan mulai lebih serius membicarakan masa depan, dan di tengah proses itu kalian justru menyadari bahwa tujuan hidup masing-masing berbeda, bagaimana cara menyikapinya? Jangan buru-buru panik atau mengambil keputusan besar. Berikut beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menyikapi perbedaan tujuan hidup secara bijak dan matang sebelum menikah:

1. Kenali dan Pahami Tujuan Hidup Masing-Masing

Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengenali dan mengklarifikasi apa sebenarnya yang menjadi tujuan hidup kamu dan pasangan. Jangan hanya mengira-ngira atau mengandalkan asumsi. Cobalah berdialog secara pribadi terlebih dahulu.

Apa yang benar-benar kamu harapkan dari hidup ini? Apakah itu berkarir, menjadi orang tua, tinggal di kota besar, atau hidup dekat keluarga? Lalu tanyakan hal yang sama kepada pasangan. Mengenal impian secara sadar akan membantu kalian memetakan apakah perbedaan itu bisa disatukan atau justru menyulitkan hubungan kedepannya.

2. Bangun Komunikasi yang Jujur dan Terbuka

Setelah mengetahui masing-masing tujuan hidup, saatnya membuka ruang diskusi yang jujur dan sehat. Luangkan waktu khusus untuk membicarakan hal ini tanpa gangguan dan dalam suasana hati yang tenang.

Sampaikan apa yang menjadi impian dan prioritasmu, serta dengarkan pasangan dengan empati. Jangan buru-buru menyalahkan atau memaksakan pendapat. Perbedaan yang dibicarakan dengan baik bisa menjadi peluang untuk menemukan kesepahaman baru, bahkan bisa mempererat hubungan kalian.

3. Lihat Apakah Perbedaan Bisa Dijembatani?

Tidak semua perbedaan adalah penghalang. Sebagian besar bisa dijembatani jika kalian memiliki keterbukaan dan fleksibilitas. Tapi, penting juga untuk mengevaluasi apakah perbedaan itu bersifat mendasar atau hanya teknis.

Jika kalian punya arah hidup yang benar-benar bertolak belakang dan tidak ada kompromi yang memungkinkan, ini bisa menjadi tanda bahwa keputusan besar perlu dipikirkan ulang. Tapi jika perbedaannya hanya soal waktu pencapaian atau urutan tentang prioritas, maka itu masih sangat mungkin dikelola dengan baik-baik oleh kalian berdua.

4. Utamakan Kesamaan Nilai-Nilai Hidup

Yang lebih penting daripada kesamaan impian adalah kesamaan nilai-nilai inti dalam hidup. Nilai-nilai seperti tanggung jawab, kejujuran, spiritualitas, cara memandang uang, keluarga, dan komitmen akan menjadi pondasi pernikahan yang sesungguhnya. Tujuan bisa berubah seiring waktu dan situasi, tapi nilai hidup biasanya bersifat lebih permanen. Jika kamu dan pasangan berbagi nilai-nilai dasar yang sama, maka perbedaan dalam bentuk tujuan masih bisa dinegosiasikan dan disesuaikan.

5. Pertimbangkan untuk Mengikuti Bimbingan Pra Nikah

Foto: Phycologist Brisbane

Ketika diskusi terasa buntu atau kalian berdua belum menemukan titik terang, ada baiknya melibatkan pihak ketiga yang netral dan profesional. Konselor pernikahan atau pembimbing pra-nikah bisa membantu kalian mengeksplorasi perbedaan dengan cara yang lebih terarah dan objektif. 

Mereka juga bisa memberikan pandangan dari luar serta strategi penyelesaian masalah yang mungkin belum terpikirkan oleh kamu dan pasangan. Datang ke konselor atau melakukan bimbingan pra nikah bukan tanda kelemahan, tapi justru merupakan langkah preventif yang bijak untuk masa depan kalian berdua yang lebih matang.

6. Susun Rencana Hidup Bersama yang Realistis

Jika kalian sepakat untuk melanjutkan hubungan dan menerima perbedaan yang ada, penting untuk menyusun rencana hidup bersama. Buatlah gambaran tentang bagaimana kalian akan menjalaninya. Apa yang akan dicapai dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, kapan impian pribadi diwujudkan, dan bagaimana kalian akan saling mendukung. Rencana ini tidak harus kaku atau sangat detail, tapi setidaknya cukup sebagai panduan untuk memastikan bahwa langkah kalian tetap berada di jalur yang sama meskipun tidak sama persis.

7. Siap Mengambil Keputusan Sulit Bila Dilakukan

Ada kalanya perbedaan memang terlalu besar untuk disatukan, dan itu bukan kesalahan siapa pun. Jika setelah banyak upaya ternyata kalian tidak bisa menyatukan visi hidup tanpa mengorbankan hal penting dalam diri masing-masing, maka pilihan untuk menunda atau bahkan membatalkan pernikahan bisa menjadi keputusan yang bijaksana. Ini memang tidak mudah, tapi menjadi solusi yang jauh lebih sehat daripada memaksakan hubungan yang penuh kompromi menyakitkan di kemudian hari.

8. Hadapi Proses ini dengan Dewasa

Apa pun hasil akhirnya, apakah kalian tetap melangkah ke pelaminan atau memilih jalan masing-masing, proses menyikapi perbedaan ini sebaiknya dijalani dengan penuh rasa hormat dan kedewasaan.

Jangan menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk bertengkar atau saling menyalahkan. Justru dari proses ini, kalian bisa belajar lebih dalam tentang siapa diri kalian dan apa yang benar-benar penting dalam hidup berpasangan.

Perbedaan tujuan hidup sebelum menikah bukanlah akhir dari segalanya, melainkan kesempatan untuk saling mengenal lebih dalam dan memastikan kesiapan membangun masa depan bersama. Dengan komunikasi yang jujur, pemahaman yang matang, dan sikap saling menghargai, pasangan bisa menentukan langkah terbaik, apakah melanjutkan ke pernikahan atau mengambil keputusan lain yang lebih bijak.

Perbedaan tujuan hidup menjelang pernikahan memang bisa terasa menakutkan, apalagi saat semua persiapan sudah berjalan. Tapi, justru di titik inilah kedewasaan dan kesiapan kalian diuji. Menyatukan dua kehidupan bukan soal mencari kesamaan mutlak, melainkan tentang bagaimana dua pribadi bisa saling memahami, berkomunikasi dengan jujur, dan mencari titik temu tanpa mengorbankan jati diri.

Apapun hasil akhirnya, tetap melangkah ke pelaminan atau memilih jeda, yang terpenting adalah keputusan itu lahir dari proses yang penuh kesadaran, bukan tekanan. Sebab, pernikahan yang bahagia dibangun bukan dari kesamaan tujuan semata, tapi dari kemauan untuk tumbuh bersama dalam perbedaan.

Kalau kamu masih mencari panduan, inspirasi, atau dukungan selama masa persiapan, temukan semuanya di WeddingMarket. Karena langkah besar layak direncanakan dengan bijak. Wish you luck!


Cover | Foto: iStock


Artikel Terkait



Artikel Terbaru