Your Smart Wedding Platform

Yuk, Kenalan dengan Tradisi Cio Tao, Upacara Pernikahan Unik dari Etnis Tionghoa

19 Sep 2024 | By Afifah Lania Wedding Market | 56
Foto via Instagram/KembangChiotao Ny Erlie

Pernah dengan tentang Cio Tao? Salah satu tradisi pernikahan etnis keturunan Tionghoa yang masih ada hingga kini. Upacara Cio Tao masih dilakukan oleh komunitas Tionghoa yang disebut dengan Cina Benteng. 

Mereka merupakan keturunan Tionghoa yang tinggal di daerah sekitar Benteng pertahanan peninggalan VOC, khususnya di Pasar Lama, Tangerang. Kawasan tersebut juga dekat dengan Sungai Cisadane. Tradisi-tradisi mereka masih terjaga hingga saat ini, termasuk dengan upacara Cio Tao.

Selain itu, ketika kamu memasuki kawasan mereka, kamu akan menemukan bangunan, bahasa sehari-hari, bentuk kios-kios, sampai gaya hidup mereka yang masih penuh dengan warisan leluhur. Bukan hanya Tionghoa, budaya Cina Benteng juga merupakan campuran dari Betawi dan Sunda. Keren, kan? Kamu akan lihat keseruan lain dari budaya mereka lewat upacara Cio Tao ini. Sini, kita kenalin!

Tradisi Cio Tao: Penuh Makna dan Sejarah

Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga via Tirto

Cio Tao merupakan prosesi di mana kedua mempelai meminta restu dan perlindungan pada dewa-dewi serta leluhur mereka. Tentu saja, upacara ini dimaksudkan agar kehidupan mereka nantinya penuh kebahagiaan dan keberkahan. 

Biasanya, mempelai akan melakukan sembahyang di depan altar keluarga atau di tempat ibadah khusus. Upacara ini dulunya sangat erat dengan kepercayaan Konghucu, tetapi sekarang sudah bergeser lebih menjadi prosesi formal bernilai budaya dan tradisi.

Cio Tao sendiri sebenarnya datang dari tradisi masyarakat Hokkian Selatan, yang memang merupakan asal-usul leluhur kaum peranakan di Jawa. Sedikit cerita, dulunya ada seorang pria Tionghoa yang datang ke Indonesia sendiri, ia kemudian menikah dengan wanita lokal, dan sejak itulah terjadi perpaduan budaya Cina Benteng.

Tradisi ini benar-benar mencerminkan betapa kuatnya akar budaya Cina Benteng, yang tetap lestari meski sudah melewati berbagai pengaruh budaya lokal. Bagi masyarakat Cina Benteng, upacara Cio Tao bukan sekadar seremonial biasa, tetapi juga cerminan dari akulturasi yang terjadi ratusan tahun lalu, dan hingga kini masih menjadi bagian penting dalam perayaan pernikahan mereka.

Cio Tao sudah tidak berhubungan secara langsung dengan aspek keagamaan. Namun, tradisi unik ini masih tetap dipertahankan sebagai penghormatan dan penghargaan warisan leluhur mereka. Pasalnya, upacara yang meliputi beberapa tahapan, seperti pinang jodoh, penyerahan mas kawin, perjanjian perkawinan, upacara sembahyang, dan pesta pernikahan ini sudah diwariskan sejak abad ke-17 di Batavia.

Rangkaian Prosesi Cio Tao

Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga via Tirto

Oke, kita lihat, yuk, bagaimana rangkaian pernikahan adat Cio Tao ini. Prosesi dibuka dengan ritual sembahyang oleh kedua orang tua mempelai. Mereka berdoa kepada Thien–dalam etnis Tionghoa dianggap sebagai dewa tertinggi, serta kepada leluhur mereka.

Mereka berdoa dengan mempersembahkan sesaji dan menyalakan lilin merah besar. Adapun lilin merah besar ini dipercaya sebagai simbol penerangan jalan kehidupan untuk anak-anak mereka. 

Setelah orang tua selesai, kedua mempelai turut memberikan penghormatan kepada leluhur mereka dengan berdoa di depan altar Thien sambil menuangkan anggur. Lalu, giliran orang tua mempelai wanita yang akan membantu putri mereka duduk di kursi khusus yang dilapisi kain satin merah, tepat di atas sebuah tampah. 

Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga via Tirto

Momen ini menandakan dimulainya prosesi inti dari upacara Cio Tao. Dalam bahasa Hokkien, "Cio Tao" berarti "menyisir rambut," dan pada tahap ini, rambut pengantin wanita akan disisir ke bawah dengan lembut. Proses ini memiliki makna simbolis, di mana penyisiran rambut melambangkan peralihan sang pengantin dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan.

Bukan hanya itu, rambut mempelai wanita kemudian akan dihias dengan berbagai aksesori indah. Salah satunya adalah kembang goyang berjumlah 21 buah. Kembang goyang ini terbuat dari berbagai logam mulia seperti kuningan, tembaga, perak, bahkan emas, dan dipasang di rambut sebagai simbol kecantikan dan kemuliaan. 

Selain itu, tusuk konde berbentuk burung hong atau phoenix juga akan dipasang, menambah kesan elegan pada tampilan sang mempelai. Sebagai sentuhan akhir, bagian depan wajah mempelai wanita akan ditutupi dengan manik-manik panjang yang warnanya senada dengan aksesori kepalanya. 

Penutup ini bukan hanya sekadar hiasan, melainkan juga melambangkan kerendahan hati dan kesucian hati pengantin wanita yang siap memasuki fase kehidupan baru sebagai istri. Di tengah prosesi, ada momen unik ketika wajah pengantin perempuan ditutup dulu dengan selembar kain hijau. 

Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga via Tirto

Setelah itu, orang tuanya akan mengantarnya menuju sang suami untuk dipertemukan kembali. Ketika mereka sampai, tamu-tamu disambut dengan lemparan uang koin yang ditabur di sekitar mereka. Koin ini sengaja dilempar agar para tamu bisa berebut mengambilnya, yang dipercaya sebagai simbol keberuntungan.

Setelahnya pengantin pria dengan perlahan membuka kain yang menutupi wajah istrinya, menandakan bahwa sang istri siap memasuki fase baru dalam hidupnya. Sebagai tanda perayaan, mereka lalu saling menyuapkan makanan manis, mulai dari kue-kue tradisional seperti agar-agar, onde-onde, hingga kue lapis dan bika ambon. 

Foto: Instagram/Dharma Virya

Makanan ini menjadi simbol harapan kehidupan rumah tangga mereka akan selalu dipenuhi hal-hal manis dan penuh kebahagiaan. Setelah ritual suap-menyuap selesai, ada tradisi penting lainnya, yaitu acara minum teh atau yang biasa dikenal dengan sebutan tea pai.

Pada momen ini, pasangan pengantin memberikan secangkir teh kepada para tetua sebagai bentuk penghormatan dan tanda bakti mereka. Ini juga menjadi cara bagi pengantin untuk menerima doa restu dari orang-orang yang lebih tua dalam keluarga.

Sepanjang prosesi ini, suasana semakin semarak dengan iringan musik tradisional khas Betawi, yaitu gambang kromong, yang mengalun merdu di latar belakang. Musik ini membuat suasana semakin hangat dan berkesan bagi para tamu yang hadir.

Tak hanya musik, hidangan yang disajikan pun melengkapi perayaan tersebut. Para tamu bisa menikmati berbagai makanan, baik manis maupun gurih, yang disajikan untuk merayakan momen bahagia ini.

Fotografi oleh karya story

Prosesi Cio Tao ini tidak hanya merupakan ritual adat biasa, tetapi juga memiliki nilai-nilai mendalam yang mencerminkan peralihan besar dalam kehidupan seorang wanita. Dari sembahyang untuk para leluhur hingga penyisiran rambut dan pemasangan aksesori kepala, setiap tahapan penuh simbolisme yang menghubungkan pengantin dengan leluhur mereka serta tradisi selama ratusan tahun. 

Di tengah upacara pernikahan yang lebih sederhana dan praktis, para keturunan Cina Benteng masih terus berusaha menjaga tradisi dengan melaksanakan Cio Tao. Dengan begitu, pengalaman yang lebih bermakna akan hadir di tengah-tengah era modern saat ini. Setuju?


Cove Foto via Instagram/KembangChiotao Ny Erlie


Artikel Terkait



Artikel Terbaru