Your Smart Wedding Platform

Dari yang Populer sampai Ekstrem, Inilah 6 Tradisi Pernikahan Unik yang Hanya Ada di Indonesia

05 Jan 2024 | By Virellia Sekar | Editor Ade Mutia Wedding Market | 1161
Fotografi: Rocky Foto Studio

Keragaman prosesi pernikahan di Indonesia menjadi identitas pembeda dari daerah yang satu dengan daerah lainnya. Prosesi pernikahan tersebut juga tak terlepas dari tradisi daerah setempat. Keberadaan tradisi ini didasari oleh pola pikir, paham, dan adat istiadat masyarakat yang telah berlaku sebelumnya. Ketiga hal itulah yang membawa keunikan pada setiap bentuk tradisi pernikahan di Indonesia.

Keunikan tradisi pernikahan yang ada di Indonesia diwujudkan dalam beragam bentuk, seperti bahasa, aktivitas, kesenian, dan kepercayaan. Tak cuma unik, tradisi pernikahan tersebut juga sarat akan nilai-nilai kehidupan sekaligus harapan kepada sepasang pengantin. Bahkan, beberapa di antaranya juga mengandung “sanksi” apabila tidak dilaksanakan oleh kedua pasangan pengantin. 

Nah kali ini, WeddingMarket telah merangkum 6 tradisi pernikahan unik yang hanya ditemukan di Indonesia, mulai dari yang paling populer sampai ekstrem. Berikut ulasannya. 

  • Pingitan 

  • Foto via Diyaning Kebaya

    Pertama, tradisi pingitan. Sebagian dari kita pasti sudah sering mendengar tradisi ini, bukan? Ya, pingitan adalah tradisi jelang pernikahan adat Jawa yang mengharuskan kedua calon mempelai untuk tidak saling berjumpa atau dipingit hingga hari pernikahan tiba. Hingga kini, tradisi pingitan masih dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya di kawasan Jawa Tengah. Saat menjalani pingitan, calon mempelai perempuan dilarang untuk bepergian ke luar rumah. 

    Di masa lampau, tradisi pingitan harus dilakoni oleh calon pasangan mempelai sampai 2 bulan lamanya. Seiring berkembangnya waktu, pingitan pun boleh dilaksanakan selama satu sampai dua pekan saja. Tradisi pingitan memang unik, namun bukan berarti hanya dilakukan tanpa alasan dan makna. Kedua calon mempelai diharapkan dapat memupuk kerinduan satu sama lain sehingga saat hari pernikahan tiba, keduanya bisa saling merasakan cinta yang begitu dalam. Di sisi lain, pingitan juga dapat memberikan ketenangan batin kepada kedua calon mempelai sebelum duduk di kursi pelaminan.

  • Berbalas Pantun

  • Tradisi Palang Pintu | Foto via 3times Wedding Organizer

    Tradisi unik yang hanya ada di Indonesia berikutnya adalah berbalas pantun. Aksi satu ini mungkin sudah tak asing di telinga. Apalagi tradisi pernikahan khas Betawi ini juga sering muncul dalam FTV. Berbalas pantun pada dasarnya termasuk dalam salah satu rangkaian tradisi palang pintu

    Tradisi palang pintu sendiri dilakukan tepat saat sebelum akad nikah dilangsungkan, yaitu ketika mempelai laki-laki bersama rombongan tiba di rumah mempelai perempuan. Aksi dibuka oleh salah satu perwakilan rombongan mempelai pria yang melempar pantun kepada perwakilan mempelai perempuan. Pantun yang mengawali tradisi palang pintu ini berisi izin dari pihak laki-laki untuk meminang sang kekasih menjadi seorang istri. 

    Situasi pun makin “memanas” manakala perwakilan mempelai perempuan menimpali pantun dengan tantangan yang menguji ketangguhan perwakilan mempelai laki-laki. Tamu undangan pun sangat terhibur akan atraksi khas yang dibuat oleh kedua perwakilan mempelai. Balas pantun berakhir ketika perwakilan mempelai laki-laki dirasa telah mampu “mengalahkan” tantangan dari perwakilan mempelai perempuan. Sebagai salah satu tradisi pernikahan, aksi berbalas pantun tidak hanya menonjolkan identitas khas Betawi, tetapi juga mampu menjaga eksistensi kesenian klasik di Nusantara.

  • Maresek 

  • Adat Minangkabau | Foto via Dival Weddingorganizer

    Maresek artinya melamar. Di daerah Minangkabau, maresek dilakukan oleh calon mempelai perempuan. Ya, tradisi unik ini memang didasarkan atas sistem matrilineal dari budaya masyarakat Minang itu sendiri. Tak seperti prosesi lamaran secara umum, calon mempelai perempuan beserta keluarga justru menjadi pihak pertama yang mengawali prosesi lamaran. 

    Dalam prosesi maresek, mempelai perempuan juga diharuskan membawa seserahan dan uang japuik. Uang japuik yang biasa disebut sebagai uang jemputan adalah sejumlah uang yang diberikan kepada mempelai laki-laki dengan jumlah yang telah disepakati sebelumnya. Di samping itu, keputusan mengenai tanggal pernikahan beserta segala persiapannya juga menjadi hak istimewa bagi pihak keluarga ibu mempelai perempuan. Keberadaan tradisi ini sekaligus menjadi identitas dan karakter istimewa dari masyarakat Minang.

  • Kromojati

  • Fotografi: Semitography

    Tradisi pernikahan unik selanjutnya yaitu kromojati. Kromojati datang dari Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Istilah kromojati berasal dari gabungan kata kromo (pernikahan) dan jati (sejati) yang kemudian bermakna ikatan pernikahan yang sejati. Kromojati bisa dibilang sebagai salah satu tradisi pernikahan khas Indonesia yang tidak berkaitan dengan adat-istiadat setempat. Hal ini terlihat dari pelaksanaannya yang mewajibkan calon pengantin untuk menanam bibit pohon jati sebelum hari pernikahan. 

    Tradisi unik yang baru dihadirkan pada tahun 2007 ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kondisi lahan desa yang gersang. Melihat hal tersebut, calon pasangan pengantin diminta untuk menyediakan 10 bibit pohon jati yang nantinya ditanam di tanah kas desa dan lahan sendiri. 

    Uniknya, tradisi kromojati tak serta merta hanya membawa dampak positif bagi lingkungan. Batang pohon jati yang tumbuh besar di tanah kas desa, bisa dimanfaatkan pula untuk memenuhi kepentingan masyarakat, seperti pembangunan masjid dan perbaikan balai desa. Begitu pula dengan batang pohon jati yang tertanam di lahan sendiri. Pasangan pengantin dapat menjadikannya sebagai salah satu modal tabungan di kemudian hari. 

  • Merarik atau Kawin Culik 

  • Foto: instagram/restu_official2023

    Jika calon pengantin Jawa harus lulus dari ujian rindu dalam tradisi pingitan, lain halnya dengan calon pengantin Sasak yang diuji lewat ketangkasannya. Ketangkasan dan kecerdikan calon pengantin tergambar dalam tradisi merarik atau kawin culik. Ya, calon pengantin pria harus “menculik” sang kekasih keluar dari rumahnya.

     Tradisi khas dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, ini mengandalkan kerja sama yang baik antara sepasang calon pengantin. Waktu dan rencana “penculikan” telah disepakati oleh kedua calon pengantin sebelumnya. Tidak ada yang boleh mengetahui rencana ini, termasuk orang tua. Hanya beberapa kerabat dekat saja yang tahu dan nantinya akan turut membantu kelancaran aksi. Pada malam hari, calon pengantin perempuan akan berusaha untuk menyelinap keluar dari rumah. 

    Sementara itu, calon pengantin laki-laki yang ditemani oleh kerabat, sudah menunggu di luar rumah si calon pasangan untuk kemudian membawanya pergi. Setelah berhasil, keduanya akan bermalam di rumah kerabat. Keesokan paginya, si calon pengantin laki-laki memberitahu kepala dusun tempat tinggal kekasihnya bahwa telah terjadi penculikan. 

    Kabar kemudian disampaikan kepada pihak orang tua atau keluarga dari calon mempelai perempuan. Ketika kabar telah menyebar ke seluruh dusun, kedua pasangan tersebut harus segera dinikahkan dengan rangkaian adat berikutnya, Ya, tak seperti namanya yang condong ke arah negatif, aksi kawin culik ini sebenarnya memang telah menjadi tradisi pernikahan khas Suku Sasak. Dengan demikian, tak akan ada kesalahpahaman antara dua keluarga maupun warga.

  • Larangan Buang Air Besar

  • Fotografi: Rocky Foto Studio

    Menahan buang air besar sejenak saat sedang didandani sebagai pengantin mungkin sudah biasa. Namun, pernahkah kamu mendengar ada tradisi pernikahan yang melarang pengantin untuk buang air besar? Ya, kamu tak salah membaca. Tradisi pernikahan yang unik nan ekstrem ini dimiliki oleh Suku Tidung, masyarakat bagian utara Pulau Kalimantan. 

    Selama tiga hari tiga malam sejak upacara pernikahan digelar, kedua pasangan pengantin tidak diperbolehkan untuk buang air besar. Hal ini memang terdengar sulit untuk dijalani, namun keduanya harus teguh dalam melaksanakan tradisi tersebut. Apabila tradisi ini tidak diindahkan oleh pengantin, maka kehidupan pernikahan mereka ke depannya dipercaya akan mendapat kemalangan. 

    Untuk membantu meringankan perintah yang dijalani, ada pihak khusus yang ditugaskan mengatur asupan makan sepasang pengantin. Setelah kewajibannya berhasil ditunaikan, pasangan pengantin dipersilakan untuk menjalani kehidupan seperti biasa. Tradisi pernikahan yang unik dan ekstrem sekali, bukan?

    Apapun bentuknya, tradisi pernikahan yang terus bertahan hingga saat ini menjadi fakta bahwa masyarakat Nusantara tak pernah meninggalkan adat istiadat, termasuk nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Yang pasti, keenam tradisi pernikahan di atas turut memperkaya jumlah keunikan tradisi lokal yang dimiliki oleh Indonesia. 

    Keunikan tradisi pernikahan tersebut juga makin lengkap dengan adanya mahar-mahar unik dalam berbagai pernikahan adat di Indonesia. Ada mahar yang unik dari segi wujudnya dan ada pula yang menarik dari segi nilainya. Mau tahu lebih lengkap? Simak selengkapnya pada tautan berikut.


    Artikel Terkait



    Artikel Terbaru