Masing-masing orang pasti memiliki keinginan jika membicarakan tentang pernikahan impian. Meskipun kamu dan pasangan sudah lama menjalin hubungan, tetap sulit menyatukan perbedaan tersebut. Adanya perbedaan ini membuat persiapan pernikahan lebih berwarna. Di mana, kamu dan pasangan bisa saling mengutarakan bagaimana pernikahan idaman kalian hingga mencari solusi seperti apa nantinya acara akan dilangsungkan.
Namun, tidak jarang perbedaan membuat kamu dan pasangan mengalami masa-masa tegang di tengah persiapan. Bahkan, cukup lumrah bagi beberapa pasangan sampai memutuskan untuk membatalkan pernikahan karena tidak bisa melewati “masa-masa tegang” tersebut.
Kamu tentu tidak mau seperti itu, kan? Untuk mengantisipasinya, kamu perlu tahu 8 masalah yang umum terjadi ketika mempersiapkan pernikahan dan bagaimana melewatinya.
1. Orang tua terlalu terlibat
Sudah sering mendengar, kan, bagaimana keterlibatan orang tua atau anggota keluarga lainnya menjadi masalah selama mempersiapkan pernikahan. Banyak sekali contoh keterlibatan keluarga bukannya mempermudah pasangan.
Hal ini merupakan masalah umum dan kamu pasti akan menghadapinya. Lalu, apakah sebaiknya orang tua tidak ikut terlibat? Tentu tidak, ya, orang tua kamu dan pasangan tentu harus terlibat dalam persiapan. Bagaimanapun pendapat mereka diperlukan karena sudah lebih dulu melewati acara pernikahan. Beberapa pendapat mungkin masih relate diterapkan di zaman sekarang. Namun, ada juga saran yang sama sekali tidak bisa digunakan.
Seperti contoh, riasan pengantin. Perbedaan tren dulu dan sekarang tentu jauh berbeda. Kalau orang dulu lebih senang dengan makeup tebal, berbeda dengan riasan natural yang tren saat ini. Sedangkan riasan merupakan hal paling penting dalam menunjang keberhasilan pesta pernikahan. Bagaimana jika orang tua memaksakan sarannya?
Disinilah dibutuhkan kesepakatan dari awal dengan orang tua kamu maupun pasangan. Sejauh mana mereka bisa terlibat dan apa yang tidak bisa diganggu gugat. Pasangan calon pengantin dapat memberitahu keluarga dan orang tua bahwa beberapa detail pernikahan harus sesuai dengan selera mereka. Dengan komunikasi di awal sebelum persiapan, kamu, keluarga, maupun orang tua akan mengetahui peran masing-masing dengan baik.
2. Perbedaan tradisi
Kalau sebelumnya berbicara tentang pendapat dan saran, kali ini masih masalah di lingkup yang sama. Namun, berbeda dengan sebelumnya, perbedaan tradisi lebih krusial. Karena bagi sebagian orang, tradisi dianggap sebagai kewajiban.
Jika kamu dan pasangan memiliki perbedaan tradisi, hal ini akan menjadi masalah besar. Tradisi merupakan hal sakral dan biasanya orang tua kekeuh dengan pendirian mereka bahwa bagaimanapun upacara tersebut harus dilakukan.
Untuk menghadapinya, mau tidak mau kamu dan pasangan harus mempersiapkan dana lebih agar bisa melangsungkan pernikahan dengan dua tradisi. Namun, jika budget pernikahan tidak memadai, coba terbuka dan jujur kepada keluarga untuk mengambil keputusan paling tepat.
Barangkali keluarga bisa saling setuju untuk meniadakan acara dengan tradisi tertentu atau bahkan mereka akan membantu memberi dana agar upacara adat dapat tetap dilangsungkan. Karena, beberapa tradisi ada yang menganjurkan setiap keluarganya membantu memberikan ‘uang’ untuk melaksanakan acara pernikahan sesuai adat.
3. Saling mempertanyakan calon pasangan
Nah, ini, nih masalah yang paling ditakuti oleh banyak pasangan. Sayangnya, masalah ini pula yang pasti dan selalu muncul di sela-sela persiapan pernikahan. Akan ada perasaan ragu akan cinta, kejujuran, maupun sifat pasangan.
Padahal, sebelum memutuskan untuk menikah pun tentu kamu dan si dia sudah masing-masing tahu bagaimana sifat, perasaan, bahkan keluarga masing-masing. Namun, ada saja cela yang membuat kamu ragu dengan pasangan.
Hingga muncul pertanyaan, “Ini beneran aku bisa nikah sama dia?”, “Beneran bisa tahan sama sikapnya yang seperti itu?”, “Apa aku bisa hidup selamanya sama dia, sedangkan dia ….” dan sebagainya. Apalagi perempuan, nih, hal sekecil dan sesepele apapun pasti akan jadi masalah baginya. Tenang tenang, itu lumrah, kok. Semua akan terlihat berbeda begitu kamu memutuskan untuk memilihnya menjadi pasangan yang akan diajak hidup bersama selamanya.
Mau tau tips agar kamu menghindari masalah ini? Sini sini, kita kasih tahu. Pertama, begitu perasaan seperti itu muncul, tanyakan kembali ke diri sendiri, “Apa, sih, alasan aku memilih menikah dengannya?”
Alasan kamu memutuskan untuk menikah dengannya merupakan poin paling penting yang tidak boleh kamu lupakan. Alasan tersebut merupakan jawaban atas segala doa yang kamu panjatkan. Namun, bagaimana jika alasan tersebut bahkan sudah tidak mampu mengusir keraguan? Mulai lakukan deep talk dengan mengungkapkan apa yang sedang dirasakan. Dengan terbuka kepada pasangan, masing-masing bisa saling menguatkan kembali komitmen melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.
Diskusi lagi tentang harapan dan impian-impian yang hanya bisa diwujudkan kalau kamu menikah dengannya. Lalu, jika masih ragu, boleh meminta dukungan kepada orang terdekat. Biasanya, orang terdekat bisa berpikir lebih rasional dan mengingatkan kamu untuk yakin pada pernikahan.
Dan sebagai cara terakhir, kamu bisa datang ke terapis atau profesional untuk menceritakan semua perasaanmu dengan lega tanpa adanya justifikasi. Bagi kamu yang suka dengan teori, menemui profesional merupakan langkah paling baik. Mereka akan menjelaskan perasaanmu dengan literatur yang meyakinkan dan bisa kamu terima.
4. Jumlah tamu undangan
Siapa yang dirinya dan pasangan sama-sama punya banyak teman? Duh, pasti lagi bingung, kan, gimana nyusun daftar tamunya. Keduanya sama-sama ingin semua teman mereka hadir memeriahkan acara.
Hal ini akan menjadi masalah besar kalau kamu dan pasangan tetap kekeuh dengan daftar tamu masing-masing atau tidak menemukan jalan tengah yang paling baik. Nah, ada, kok, solusinya. Berdasarkan beberapa kasus di lapangan, pasangan lebih memilih membagi porsi tamu undangannya berdasarkan acara pernikahan.
Bagaimana, tuh? Seperti contoh pernikahan adat Jawa, terdapat beberapa rangkaian acara yang diadakan berhari-hari, seperti resepsi dan midodaren. Jadi, jika di acara utama a.k.a. resepsi teman suami lebih banyak, maka giliran tamu undangan istri yang mendominasi di upacara midodaren.
Bisa, tuh, pakai cara seperti itu jika terdapat beberapa rangkaian acara pernikahan dengan banyak hari dan tradisi. Meskipun tidak terdiri dari dua tradisi berbeda, kamu juga bisa mengadakan dua resepsi sekaligus, seperti Valencia Tanoe dan Kevin Sanjaya. Di resepsi pertama, mereka hanya mengundang sahabat-sahabat terdekat saja. Teman-teman lainnya diundang ketika pesta pernikahan diadakan kedua kali di Jakarta. Tetap bisa, kan?
Ada solusi lain yang tidak mengharuskan pasangan mengadakan dua resepsi? Ada, dong! Kamu hanya perlu berdiskusi untuk membagi rata masing-masing ‘jatah’ tamu undangan. Benar-benar memilih siapa saja yang harus diundang dan tidak. Cukup undang mereka yang ‘benar-benar’ teman bukan hanya sekadar. Agar setiap tamu undangan yang hadir memberikan kesan hangat bagi kamu dan pasangan nantinya. Namun, ini diluar ‘jatah’ tamu undangan dari orang tua, ya.
Jangan lupa kalau setiap pasangan calon pengantin juga harus memberikan space untuk orang tua. Ya, sudah rahasia umum kalau acara pernikahan juga merupakan ajang pertemuan kedua orang tua dengan teman-temannya.
5. Konflik dengan vendor
Masalah satu ini juga kerap terjadi jika pasangan yang mempersiapkan pernikahan tidak mencari informasi lebih soal vendor acaranya. Rekam jejak vendor pernikahan sangat penting. Di dunia yang serba instan sekarang ini, penipuan sangat mudah dilakukan kalau kamu tidak teliti.
Alhasil, acara pernikahan berakhir berantakan dan mengecewakan semua orang. Untuk mengatasi hal ini, kamu bisa memilih vendor-vendor dari pernikahan keluarga atau teman sebelumnya atau mereka yang sudah mendapatkan pengakuan kualitas.
Agar mempermudah, kamu bisa langsung ‘berbelanja’ di website WeddingMarket. Vendor-vendor rekanan yang terdapat di WeddingMarket sudah pasti terjamin kualitasnya dan terpercaya. Memilih vendor-vendor di WeddingMarket akan lebih menghemat waktu kamu yang mungkin habis untuk mencari rekam jejak dan karya-karya mereka.
6. Permasalahan dana
Semua masalah persiapan pernikahan akan berakar disini. Budget pernikahanlah yang mengatur bagaimana detail-detail acara lainnya. Posisi krusial ini membuat dana pernikahan seringkali menjadi masalah utama.
Mulai dari anggaran awal-berjalan tidak sesuai, tiba-tiba tagihan membengkak, atau terdapat pengeluaran lain yang timbul tanpa prediksi dan pemberitahuan. Beberapa masalah ini terjadi karena miss komunikasi antara pasangan dan saling melemparkan tanggun jawab.
Kamu harus siap dengan ini. Keuangan akan selalu menimbulkan masalah. Solusi terbaik sebenarnya adalah meminta bantuan dengan profesional wedding organizer atau wedding planner untuk membantu merencanakan pernikahan. Jika kamu dan pasangan sama-sama anti ribet dan lemah dalam penyusunan acara. Sebaliknya, kamu merasa percaya diri mengurus semuanya sendiri? Maka, perencanaan anggaran di awal harus dilakukan sebaik mungkin.
Lakukan riset mendalam dengan keluarga, teman, atau media lain untuk mengetahui bagaimana persiapan pernikahan dan semua biayanya. Kemudian, diskusikan kepada pasangan bahwa masalah keuangan nantinya akan muncul dan kamu harus siap. Apapun masalahnya, solusi harus dicari bersama. Setiap permasalahan merupakan tanggung jawab bersama.
7. Kesibukan dan perencanaan pembagian tugas
Sebelum masalah ini menghampiri kamu, antisipasi dengan membuat pembagian tugas sesuai dengan passion dan pengetahuan masing-masing. Misalnya, kamu suka dengan estetika seni, maka bisa menangani dekorasi, makeup pengantin, busana, dan hal-hal yang berhubungan dengan artistik.
Kemudian, untuk pasanganmu yang mungkin punya passion dan minat di bidang kuliner, bisa memantau persiapan catering pernikahan. Dengan pembagian tugas sesuai minat masing-masing, kamu bisa lebih memudahkan persiapan. Jadi, masing-masing fokus pada tugasnya dan meluangkan waktu di tengah kesibukan untuk berdiskusi secara langsung. Diskusi tersebut akan menemukan solusi untuk setiap masalah yang sedang terjadi.
8. Masalah kesehatan
Saat mempersiapkan pernikahan, umumnya calon pengantin akan menjalani serangkaian tes kesehatan sebagai bagian dari proses administratif. Penemuan masalah kesehatan menjelang pernikahan dapat menjadi ujian tambahan yang harus dihadapi.
Segera temui dokter atau profesional kesehatan untuk mendapatkan evaluasi dan saran yang tepat mengenai masalah tersebut. Mereka dapat memberikan informasi yang dibutuhkan serta langkah-langkah untuk mengelola atau mengatasinya.
Sesuaikan rencana pernikahanmu dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan yang baru ditemukan. Hal ini mungkin melibatkan perubahan dalam jadwal atau detail acara, seperti penundaan tanggal pernikahan hingga penyesuaian dalam persiapan lainnya.
Jika masalah kesehatan yang ditemukan membutuhkan perubahan gaya hidup, bersiaplah untuk menerapkannya. Ini mungkin termasuk mengadopsi pola makan yang lebih sehat, meningkatkan aktivitas fisik, atau mengikuti perawatan medis tertentu. Meskipun menemukan masalah kesehatan baru menjelang pernikahan dapat mengecewakan, cobalah untuk tetap fokus pada aspek positif dalam hubungan kamu dan upaya untuk mengatasi tantangan bersama-sama. Okay!
Adakah dari kedelapan masalah di atas yang sedang kamu hadapi? Semoga sudah menemukan solusinya disini, ya. Semangat persiapannya, jangan takut! Persiapan pernikahan itu merupakan kenangan paling indah dan seru, lho.
Cover | Fotografi oleh Iluminen