Pernikahan tradisional di Indonesia memiliki berbagai prosesi yang panjang dan cukup rumit. Namun, setiap prosesi ini memiliki makna mendalamnya masing-masing. Nah, ternyata selain berbagai prosesi ini ada juga beberapa pihak yang harus terlibat di acara pernikahan yang memiliki tugasnya sendiri-sendiri.
Biasanya panitia ini akan dibentuk ketika pengantin memutuskan untuk tidak menggunakan wedding organizer dan melakukannya semuanya dengan cara gotong royong atau sering disebut rewang.
Beberapa orang yang dipilih ini berbeda dengan panitia seperti pada wedding organizer. Mereka memiliki nama-nama sendiri dalam bahasa Jawa dan memiliki tugasnya masing-masing. Biasanya orang-orang ini akan ditunjuk langsung oleh pengantin atau dengan bantuan keluarga. Simak yuk apa saja!
1. Among tamu
Kamu mungkin sudah tidak asing dengan istilah yang satu ini. Among tamu hampir selalu ada di pernikahan tradisional ala adat Jawa. Among tamu hampir mirip dengan user yang biasanya disediakan oleh para wedding organizer untuk mengarahkan para tamu yang datang ke tempat duduk. Namun, among tamu ini biasanya dipilih dari keluarga atau kerabat karena merekalah yang akan menggantikan pengantin dan orang tua yang sedang sibuk untuk menerima tamu pertama kali.
Tugas dari among tamu adalah menyambut para tamu yang datang, kemudian mengarahkan mereka untuk masuk ke area resepsi pernikahan. Oleh sebab itulah, biasanya posisi berdiri mereka adalah di depan pintu masuk. Akan ada sejumlah laki-laki dan perempuan di sana. Mereka akan mengenakan pakaian tradisional adat Jawa yang seragam.
2. Penerima tamu
Jika among tamu menerima tamu dengan menyambut mereka dan mengarahkan ke area resepsi pernikahan, penerima tamu ini biasanya hanya duduk di kursi dengan meja yang berisi buku tamu. Mereka akan menjaga buku yang akan diisi oleh tamu yang datang. Selain itu, biasanya mereka juga akan memberikan suvenir kepada para tamu setelah mengisi buku kedatangan. Apabila among tamu diisi oleh mereka yang sudah dewasa, penerima tamu ini lebih banyak dilakukan oleh mereka yang lebih muda. Biasanya yang bertugas adalah para perempuan.
3. Pambiwara
Pambiwara dalam bahasa Indonesia lebih familiar dikenal dengan istilah pembawa acara. Artinya seorang pambiwara ini akan bertanggung jawab terhadap bagaimana acara akan berlangsung. Ia harus mengetahui seperti apa alur acara pernikahan harus berjalan, kapan saatnya berganti ke acara selanjutnya, dan bagaimana membuat acara lebih mengesankan.
Meskipun biasanya ada sontekan rundown dan apa saja yang akan dikatakan, pambiwara harus memastikan beberapa hal sebelum acara dimulai seperti nama-nama mulai dari pengantin, orang tua, siapa saja tamu kehormatan, hingga siapa saja yang akan mengisi acara demi acara.
Tentu saja karena pernikahan yang digelar adalah pernikahan adat Jawa, seorang pambiwara harus memiliki kemampuan berbahasa Jawa dengan level tinggi karena nantinya acara yang dibawakan harus menggunakan bahasa Jawa yang formal.
4. Pagar ayu dan pagar bagus
Jika pada pernikahan modern kita lebih mengenal adanya bridesmaid, di pernikahan ala adat Jawa ada pagar ayu. Berbeda dari bridesmaid yang biasanya terdiri dari para sahabat, terlepas statusnya yang masih lajang atau sudah menikah, pagar ayu biasanya terdiri dari mereka yang masih lajang atau belum menikah. Namun, kini ada juga pagar ayu yang sudah menikah. Jika demikian, pasangan dari pagar ayu tersebut akan otomatis menjadi pagar bagus.
Biasanya pagar ayu dipilih dari keluarga pengantin. Selain melakukan berbagai tugasnya seperti mendampingi pengantin, pagar ayu yang masih lajang juga dipilih untuk sekaligus diperkenalkan pada laki-laki di acara ini. Alasan di baliknya adalah karena sejarahnya di mana para pemuda dan pemudi Jawa dianggap tidak terlalu baik jika terlalu sering berada di luar rumah. Hal ini membuat acara pernikahan menjadi satu-satunya cara bertemu dengan jodoh.
Selain pagar ayu, ada juga versi laki-laki yang bernama pagar bagus yang mirip dengan groomsmen. Pagar bagus biasanya akan mendampingi pengantin laki-laki untuk menuju pelaminan. Biasanya mereka akan mengenakan pakaian adat Jawa seperti beskap dan blangkon.
5. Patah sakembaran
Selain pagar ayu dan pagar bagus yang biasanya sudah lebih dewasa, ada juga yang namanya patah sakembaran. Patah sakembaran ini adalah anak kecil yang didandani dan menjadi pendamping pengantin. Biasanya mereka akan berpasangan berjalan dengan pengantin dan duduk di antara pengantin dan orang tua pengantin. Tugasnya hanya mendampingi dan duduk. Biasanya mereka juga akan membawa kipas untuk mengipasi pengantin.
6. Cucuk lampah
Nama ini terdiri dari dua kata, yaitu cucuk yang berarti pemimpin dan lampah yang berarti berjalan. Jika digabung, cucuk lampah memiliki arti seseorang yang memimpin untuk berjalan. Dalam konteks pernikahan, perjalanan ini dilakukan untuk menuju pelaminan. Cucuk lampah akan memimpin masuk ke pelaminan dengan tarian yang halus dan dandanan yang juga mengenakan adat Jawa yang khas.
7. Sinoman
Sinoman adalah petugas yang selalu ada di pernikahan. Jika biasanya pada acara pernikahan modern, tamu yang datang akan menikmati makanan dengan sistem prasmanan, ada juga beberapa bagian di Jawa yang memiliki sistem piring terbang. Nama ini mungkin terdengar unik, ya. Piring terbang adalah sebuah sistem di mana tamu yang datang cukup duduk di tempat dan para sinoman ini akan mengantarkan minuman, snack, hingga makanan besar ke kursi masing-masing.
Sinoman terdiri dari pemuda dan pemudi yang biasanya tergabung dalam karang taruna. Mereka akan melakukannya secara bergantian saat ada tetangga yang menikah. Bahkan, di beberapa tempat masih ada yang menerapkan jika seorang pemuda atau pemudi tidak mau berpartisipasi dalam pernikahan orang lain, maka kelak pernikahannya juga akan sepi tanpa ada sinoman yang membantu.
8. Atur pambagyaharja
Selain dipenuhi dengan prosesi demi prosesi, pernikahan adat Jawa juga memiliki banyak sambutan. Salah satunya adalah atur pambagya yang biasanya dilakukan oleh seseorang yang dituakan. Atur pambagya ini dilakukan untuk mewakili tuan rumah dalam menyambut para tamu undangan. Isinya adalah untuk mengucapkan selamat datang dan berterima kasih atas kehadiran para tamu tersebut.
Berikut ini susunan yang biasanya dibacakan:
Salam dan ucapan selamat datang
Ucapan terima kasih karena sudah menyempatkan waktu untuk datang
Menyampaikan secara singkat tentang acara pernikahan
Memanjatkan doa
9. Panampi pasrah
Panampi pasrah juga merupakan seseorang yang bertugas melakukan hal layaknya pidato. Ia adalah seseorang yang mewakili pihak wanita dalam menerima para pengantin pria beserta keluarga mereka yang datang. Sama seperti atur pambagya, seorang panampi pasrah juga harus memiliki kemampuan Bahasa Jawa yang sangat baik karena semuanya akan disampaikan dalam Bahasa Jawa yang formal.
10. Panitia belakang layar
Selain mereka yang berada di depan dan langsung berhadapan dengan tamu, ada juga beberapa panitia pada pernikahan adat Jawa yang harus siap sedia di belakang layar. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.
Sekretaris
Ketika menggelar pernikahan, akan ada banyak catatan dan surat yang diperlukan, tugas seorang sekretaris adalah mengurus berbagai hal yang berkaitan dengan hal ini.
Bendahara
Biasanya pihak keluarga pengantin akan disibukkan dengan persiapan yang lain sehingga harus ada seseorang yang bertanggung jawab dalam mengelola uang selama acara persiapan pernikahan hingga resepsi berlangsung.
Tata tarub
Tata tarub adalah mereka yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan tempat yang akan digunakan untuk melangsungkan acara pernikahan. Ia yang akan mengkoordinasikan di mana tarub atau tenda akan dipasang.
Jayengan
Tim ini hampir selalu ada di pernikahan adat Jawa dan biasanya terlihat menyolok. Mereka akan bertanggung jawab dalam menyiapkan minuman dengan tempat menyeduh berukuran besar dan teh racikan yang memiliki rasa khas.
Seksi dokumentasi
Saat ini hampir semua pengantin akan menyewa fotografer profesional untuk mengabadikan pernikahan mereka. Namun, beberapa masih ada yang menyediakan seksi dokumentasi untuk melakukan hal yang satu ini.
Nampa bala pecah
Pada pernikahan Jawa yang dilakukan tanpa wedding organizer dan vendor katering, bala pecah atau peralatan makan dan minum akan dipinjam dari peminjaman alat. Untuk bertanggung jawab terhadap hal ini perlu ditunjuk satu orang yang bertugas sebagai penampa bala pecah. Semua peralatan tersebut harus dikembalikan sesuai dengan jumlah yang dipinjam.
Itu dia beberapa panitia pernikahan dalam pernikahan adat Jawa mulai dari among tamu hingga mereka yang bekerja di balik layar. Panitia ini masih banyak ditemukan di acara pernikahan di desa-desa. Tanpa harus menggunakan jasa wedding organizer, pernikahan akan tetap berjalan dengan lancar karena adanya kebiasaan gotong royong dan saling membantu di lingkungan.