Belakangan sering muncul diskursus di media sosial mengenai para pria usia 30 tahun ke atas yang masih single walaupun sudah mapan. Sebagian orang menganggapnya sebagai sosok yang ideal untuk dijadikan pasangan, sementara sebagian lain mempertanyakan mengapa pria yang “sudah siap secara finansial” belum juga menikah.
Jika kamu sedang dekat dengan “mas-mas 30 tahun ke atas”, tapi masih ragu-ragu mengapa mereka belum menikah dan apakah mereka akan menjadi pasangan yang ideal untuk dinikahi, penjelasan berikut ini bisa kamu simak.
Alasan biasanya pria mapan usia 30an belum menikah
Bukan red flags, mereka biasanya memiliki alasan sendiri untuk memutuskan belum menikah hingga di usia matang. Berikut ini beberapa di antaranya:
1. Fokus pada karier dan pengembangan diri
Banyak pria mapan memilih untuk menunda pernikahan karena mereka sangat fokus pada pencapaian karier dan pembangunan diri. Mereka merasa bahwa pernikahan membutuhkan kesiapan bukan hanya secara finansial, tetapi juga mental dan emosional.
Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi terlebih dahulu, seperti menyelesaikan pendidikan, membangun usaha, atau mengejar posisi tinggi di perusahaan. Dalam pandangan mereka, pernikahan idealnya dijalani saat kondisi hidup sudah stabil agar pasangan tidak perlu menghadapi masalah-masalah yang bisa dihindari sejak awal.
2. Trauma akan pengalaman buruk di masa lalu
Pengalaman negatif di masa lalu, baik dalam hubungan asmara maupun dalam menyaksikan konflik rumah tangga orang tua atau kerabat, bisa membuat pria menjadi sangat berhati-hati ketika akan memutuskan untuk menikah. Trauma ini bisa menyebabkan ketakutan terhadap komitmen jangka panjang atau kekhawatiran akan kegagalan pernikahan.
Mereka cenderung menutup diri atau bahkan merasa skeptis terhadap konsep pernikahan itu sendiri. Meskipun mereka mungkin sadar bahwa tidak semua hubungan akan berakhir buruk, secara emosional mereka tetap merasa ragu untuk memulai sesuatu yang bisa berisiko menyakitkan.
3. Perfeksionis dalam memilih pasangan
Sebagian pria mapan cenderung lebih perfeksionis dalam memilih pasangan. Mereka menginginkan pasangan yang sesuai dengan standar tinggi yang telah mereka miliki selama bertahun-tahun. Tidak hanya dari segi penampilan, tetapi juga kecocokan visi hidup, nilai-nilai, pola pikir, dan bahkan cara berkomunikasi. Standar yang tinggi ini biasanya membuat proses pencarian pasangan menjadi sangat selektif dan memakan waktu yang lama. Mereka lebih memilih menunggu pasangan yang benar-benar klik daripada buru-buru menikah hanya karena tekanan usia atau lingkungan sosial.
4. Merasa nyaman dengan kesendiriannya
Kemapanan finansial memberi pria kebebasan untuk menikmati hidup walaupun sendiri. Mereka bisa melakukan banyak hal sendiri, seperti traveling, tinggal di tempat yang mereka suka, dan mengatur rutinitas harian tanpa perlu berkompromi dengan orang lain. Kebiasaan ini membentuk rasa nyaman yang sulit dilepas.
Tidak ada tekanan finansial atau sosial yang membuat mereka merasa perlu segera menikah. Bahkan, beberapa dari mereka merasa bahwa hidup sendiri memberikan lebih banyak ketenangan karena tidak perlu berurusan dengan drama hubungan atau permasalahan yang melelahkan.
5. Takut kehilangan kebebasan yang dimiliki selama ini
Bagi sebagian pria, pernikahan akan memberikan batasan atas kebebasan yang selama ini mereka nikmati. Jika sudah berkomitmen untuk hidup bersama seseorang berarti mereka harus mempertimbangkan banyak hal sebelum membuat keputusan, dari hal kecil seperti waktu liburan hingga keputusan besar seperti investasi dan tempat tinggal. Ketakutan kehilangan kebebasan ini membuat mereka menunda pernikahan, apalagi jika mereka masih ingin menjelajahi berbagai tempat, mengejar impian pribadi, atau sekadar menikmati hidup tanpa tanggung jawab tambahan seperti anak dan rumah tangga.
6. Circle yang juga masih banyak yang lajang
Pria mapan yang dikelilingi oleh teman-teman yang juga belum menikah tidak merasa "ketinggalan". Jika lingkaran sosial mereka seperti rekan-rekan kerja, sahabat, atau komunitas lebih mementingkan kebebasan dan pencapaian pribadi daripada membangun rumah tangga, menikah bukan menjadi hal yang mendesak. Bahkan, dalam lingkungan seperti ini, status lajang bisa dianggap sebagai pilihan hidup yang normal dan tidak perlu dipertanyakan.
7. Kewajiban terhadap keluarga atau beban finansial
Meski dari luar terlihat mapan, beberapa pria memiliki tanggung jawab besar terhadap keluarganya, seperti membiayai pendidikan adik, merawat orang tua, atau menjadi tulang punggung kehidupan keluarga besar. Hal ini membuat mereka merasa belum bisa membangun rumah tangga sendiri karena beban yang sudah mereka tanggung cukup berat. Mereka merasa bahwa menikah dalam kondisi seperti ini bisa menyulitkan pasangan dan menyebabkan ketidakstabilan dalam rumah tangga. Makanya, mereka memilih untuk menunda pernikahan sampai benar-benar yakin beban tersebut tidak akan mengganggu kehidupan bersama calon istri.
Alasan mereka justru layak dinikahi
Anggapan bahwa kita perlu waspada terhadap mereka yang sudah matang, tapi belum menikah tidak selamanya benar. Ini dia beberapa alasan kenapa mereka justru layak untuk dinikahi.
1. Kematangan emosional yang lebih baik
Pria mapan di usia 30 tahun ke atas biasanya telah mengalami berbagai fase kehidupan yang membentuk kedewasaan emosional. Mereka lebih mampu mengendalikan emosi, menyelesaikan konflik secara dewasa, dan memahami bahwa hubungan bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang tanggung jawab dan kompromi. Kedewasaan ini membuat mereka menjadi pasangan yang lebih stabil, tidak mudah terpancing, dan lebih siap menjalani suka duka dalam rumah tangga dengan bijak.
2. Stabil secara finansial
Salah satu kelebihan utama dari pria mapan adalah kestabilan ekonomi. Mereka biasanya sudah memiliki pekerjaan tetap, penghasilan yang mencukupi, bahkan mungkin sudah punya aset seperti rumah atau kendaraan. Stabilitas ini penting dalam membangun keluarga karena bisa mengurangi stres dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Walaupun uang bukan segalanya, memiliki pondasi finansial yang kuat akan membuat pasangan merasa aman dan lebih leluasa dalam merancang masa depan bersama.
3. Memiliki visi hidup yang jelas
Di usia 30 tahun ke atas, pria mapan umumnya sudah tahu apa yang mereka inginkan dalam hidup. Mereka telah melalui fase pencarian jati diri dan sudah menetapkan arah hidupnya baik dalam karier, prinsip, maupun nilai keluarga. Hal ini memudahkan pasangan untuk menyesuaikan visi bersama karena mereka bukan lagi pribadi yang labil atau mudah berubah arah. Kejelasan visi ini juga menjadi pondasi yang kuat dalam membina rumah tangga jangka panjang.
4. Lebih menghargai waktu dan hubungan
Ketika mereka memutuskan untuk menjalin hubungan serius di usia ini, biasanya mereka akan sangat menghargainya. Mereka tidak lagi tertarik pada hubungan main-main atau sekadar HTS. Mereka tahu bahwa waktu terlalu berharga untuk dihabiskan bersama orang yang salah. Oleh karena itu, ketika mereka memilih untuk berkomitmen, mereka benar-benar menghargai keberadaan pasangan dan berusaha menciptakan hubungan yang sehat tanpa banyak drama.
5. Siap membangun kehidupan bersama, bukan sekadar hidup bersama
Pria mapan tidak hanya mencari teman hidup, tapi seseorang untuk membangun kehidupan. Mereka akan lebih memikirkan hal-hal dalam jangka panjang, bagaimana membesarkan anak, cara mengelola keuangan keluarga, mendukung pasangan dalam karier atau mimpi pribadi, hingga menyiapkan masa tua bersama. Komitmen mereka bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk perjalanan panjang ke depan. Mereka tidak hanya ingin ditemani, tetapi juga ingin menjadi rekan dalam kehidupan.
Tanda jika ia penuh red flags
Jika kamu masih ragu-ragu apakah dia termasuk pria red flag, berikut ini ciri-ciri pria yang sebaiknya dihindari walaupun mungkin dia sudah mapan.
1. Terlalu perfeksionis hingga sulit berkompromi
Jika ia punya standar tinggi yang kaku terhadap pasangan mulai dari penampilan, cara bicara, latar belakang keluarga, hingga detail kecil lainnya, dan tidak mau berkompromi sama sekali, bisa jadi ini adalah tanda red flag. Dalam hubungan, kemampuan untuk saling menyesuaikan jauh lebih penting daripada menyentang checklist sempurna.
2. Selalu menghindari pembicaraan tentang komitmen
Kalau dia terus menghindar setiap kali kamu membicarakan masa depan, pernikahan, atau arah hubungan, artinya kemungkinan besar dia belum benar-benar siap. Pria usia 30 ke atas yang mapan seharusnya sudah cukup matang untuk menjawab pertanyaan seperti "apa visi hubungan ini" tanpa banyak alasan.
3. Terlalu nyaman sendiri sampai tidak mau beradaptasi
Mandiri itu bagus, tapi jika dia menolak semua bentuk kompromi dalam gaya hidup karena terlalu nyaman hidup sendiri, misal tidak mau berbagi ruang, tidak mau terganggu rutinitasnya, atau tidak bisa adaptasi, kamu perlu waspada. Bisa jadi dia hanya ingin pasangan yang pasif dan mengikuti ritme hidupnya tanpa niat membangun kehidupan bersama.
4. Meremehkan pasangan
Pria mapan kadang merasa superior karena kekuatan finansial dan pengalaman. Jika dia sering meremehkan pendapatmu dan menganggap dirinya selalu lebih tahu, atau hanya ingin pasangan yang “ikut saja”, ini adalah red flag besar. Ingat, hubungan yang sehat dibangun di atas kesetaraan dan saling menghargai pendapat.
5. Trauma yang belum diselesaikan
Jika dia sering membahas masa lalu yang menyakitkan, mantan yang dianggap sebagai penyebab semua masalah, atau belum bisa move on dari hubungan sebelumnya, dia mungkin belum tuntas secara emosional. Pria seperti ini rentan melakukan manipulasi hubungan saat ini karena luka lama yang belum sembuh.
6. Terlalu sibuk hingga tidak punya waktu untuk hubungan
Pria yang terus-menerus sibuk dengan pekerjaan, bisnis, atau hobinya sampai tidak bisa meluangkan waktu untuk pasangan bisa menjadi red flag. Kemapanan tidak berarti banyak jika ia tidak punya waktu atau perhatian sama sekali untukmu. Hubungan sehat butuh juga menyediakan waktu, bukan hanya uang.
Pria usia 30 tahun ke atas yang sudah mapan, tapi belum menikah tidak selalu berarti pertanda buruk. Bisa jadi selama usia 20an, ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk mencapai kemapanan itu, memiliki keluarga yang harus dibiayai, mempunyai trauma masa lalu, atau memang sesimpel belum menemukan tambatan hati yang paling cocok dengannya. Yang penting, jika kamu tak menemukan tanda red flag dan bisa berkompromi dengan kekurangan masing-masing, tak ada salahnya untuk mencoba.
Cover | Foto via only.leedongwook