Pernikahan adalah peristiwa sakral yang diidamkan oleh setiap manusia dengan seribu satu harapan dan impian. Harapan terindahnya tentu dapat merajut tali cinta dalam ikatan rumah tangga yang sah, bahagia, sejahtera, sakinah, mawaddah wa rohmah sampai akhir hayatnya.
Menikah sekali seumur hidup adalah harapan terindah setiap pasangan pengantin. Oleh sebab itu pernikahan pengantin adat Jawa sarat dengan aturan tatacara, simbol-simbol dan prosesi yang mengandung arti dan tujuan yang luhur.
Sejak zaman dahulu hingga sekarang, adat Jawa menjadi pilihan favorit pasangan yang ingin melangsungkan pernikahan. Bukan hanya untuk para pasangan dari suku Jawa, namun banyak juga pasangan dari suku lain yang melangsungkan pernikahannya dengan menggunakan adat Jawa.
Seolah-olah menjadi tren nasional bahkan tren internasional. Hal ini terbukti dari pengakuan secara internasional bahwa bukan hanya busana dan tata riasnya yang sangat modis dan elegan, namun juga mengandung nilai-nilai dan pesan luhur yang ingin disampaikan pada kedua calon mempelai.
Sebelum pengantin adat Jawa melaksanakan akad nikah atau prosesi pernikahan, ada beberapa prosesi yang penting yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan oleh calon pengantin dan keluarganya, diantaranya adalah :
Tratag dan Tarub
Tratag adalah dekorasi tenda yang dipasang di rumah orang tua mempelai pengantin perempuan untuk tempat berteduh para tamu undangan yang hadir pada acara pernikahan tersebut. Sedangkan tarub adalah hiasan anyaman janur kuning yang melengkung, dipasang di depan rumah orang tua mempelai pengantin perempuan.
Pemasangan tratag bertujuan untuk memberikan tanda bahwa keluarga tersebut akan mengadakan hajatan dan sebagai bentuk penghormatan kepada para tamu agar dapat menghadiri acara prosesi pernikahan dengan nyaman dan teduh.
Sedangkan pemasangan tarub yang terbuat dari janur dan daun kelapa sebagai simbol kemakmuran dan keberkahan dengan harapan permohonan kepada Sang Pencipta agar kedua mempelai dan keluarganya memperoleh kemudahan, kelancaran rizki, kemakmuran dan keberkahan sepanjang hidup mereka. Pemasangan tratag dan tarub biasanya dilakukan satu atau dua hari sebelum upacara akad nikah dilaksanakan.
2. Tuwuhan
Tuwuhan adalah tumbuh-tumbuhan yang diletakkan di satu tempat dimana prosesi siraman akan dilangsungkan. Bisa juga ditambahkan duah-buahan seperti setandan pisang raja dan buah-buahan lain yang ditempatkan di kanan kiri tempat siraman akan dilangsungkan.
Pemasangan tuwuhan dimaksudkan agar pernikahan tersebut dapat segera tumbuh kembang dan segera memperoleh sang buah hati yang dapat menjadi tali ikatan perkawinan yang tak akan terpisahkan sampai akhir hayat mereka.
3. Sungkeman Pertama
Sungkeman adalah sebuah ritual dimana mempelai pengantin sungkem dan berlutut kepada kedua orang tua untuk mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah membesarkannya dari lahir hingga sekarang, lalu meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah dilakukan sang mempelai kepada kedua orang tuanya.
Setelah itu sang mempelai pengantin meminta restu dan izin kepada kedua orang tuanya untuk mengakhiri masa lajangnya dan akan menikah dengan pujaan hatinya. Sungkeman pertama dilaksanakan saat kedua mempelai akan menjalankan proses siraman. Namun sungkeman bisa juga dilakukan satu atau dua hari sebelum acara akad pernikahan.
4. Siraman
Siraman dalam bahasa Jawa dapat diartikan menyiram dengan air. Pada prosesi siraman adat Jawa ini pengantin akan disiram dengan air yang berasal dari tujuh mata air yang berbeda yang disiramkan oleh tujuh orang kerabat terdekat kepada pengantin, seperti ayah ibu, saudara yang lebih tua terutama yang sudah menikah, baik dari keluarga calon pengantin laki-laki maupun perempuan.
Prosesi siraman mempunyai tujuan yang luhur yaitu membersihkan dan menyucikan jiwa dan raga kedua calon pengantin dari segala kesalahan dan hal-hal buruk yang mungkin pernah dilakukan oleh calon pengantin. Sehingga calon pengantin benar-benar bersih untuk membuka lembaran hidup baru dalam bahtera rumah tangga yang bahagia dan sejahtera.
Siraman juga dimaksudkan untuk pemberian doa dan berkah dari kedua orang tua dan saudara-saudara yang lebih tua dengan memberikan aliran air sebagai tanda sumber penghidupan sehingga kelak kedua calon mempelai dapat memperoleh rizki yang melimpah dan makmur dalam rumah tangganya.
5. Ngerik
Ngerik adalah merapikan atau memotong / mengerik rambut halus pada dahi mempelai wanita. Prosesi mengerik ini dilakukan pada malam hari sebelum akad atau pesta perkawinan. Prosesi ngerik dilakukan oleh perias kepada calon pengantin wanita untuk membentuk rambut pengantin perempuan agar mudah dirias dan dipasangi paes pada saat pernikahan nanti.
Selain itu ngerik juga bertujuan untuk membuang segala keburukan, kesialan dan hal-hal yang tidak baik yang dapat mempengaruhi ketentraman dalam rumah tangga. Secara umum perempuan yang sudah dikerik rambut halusnya pada dahi menjadi tanda bahwa perempuan tersebut sudah menikah.
6. Midodareni
Midodareni berasal dari kata widodari atau bidadari. Midodareni dilakukan oleh calon mempelai wanita pada malam hari sebelum hari pernikahan dilangsungkan. Pada prosesi midodareni, calon mempelai wanita menjalani perawatan seluruh tubuhnya yang dibantu oleh perias seperti luluran, facial, creambath, dan perawatan seluruh anggota tubuhnya agar pada saat dirias nanti sang pengantin benar-benar harum dan manglingi atau benar-benar cantik sehingga orang-orang hampir tidak mengenali karena kecantikannya yang paripurna.
Pada prosesi midodareni, calon mempelai wanita diharuskan berdiam diri dikamar bersama keluarga wanita yang lainnya dan tidak diizinkan untuk bertemu calon suaminya ataupun laki-laki lain. Proses midodareni dimulai dari pukul 18.00 sore hingga pukul 06.00 di pagi harinya di hari pernikahannya.
Setelah perawatan sang mempelai wanita selesai, dia akan keluar kamar untuk menemui sang ayah. Kemudian sang ayah akan mengadakan tantingan yaitu pertanyaan penegasan yang ditanyakan dari sang ayah kepada calon mempelai wanita apakah putrinya tersebut benar-benar sudah siap menikah lahir dan batin dengan calon suaminya atau pujaan hatinya.
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk meminta penegasan dari calon mempelai wanita agar kelak tidak ada keraguan yang dapat mengakibatkan penyesalan di kemudian hari.
7. Seserahan dan Sanggan
Seserahan atau srah-srahan adalah prosesi yang dilakukan oleh keluarga calon mempelai laki-laki dan perempuan di malam midodareni. Pada acara seserahan, keluarga calon mempelai laki-laki datang ke rumah calon mempelai perempuan untuk memberikan hadiah srah srahan berupa makanan, kue, peralatan sholat, pakaian, perhiasan dan lain-lain diwakili oleh keluarga perempuan. Karena pada acara seserahan ini, sang mempelai perempuan sedang menjalani prosesi midodareni sehingga tidak diperbolehkan menemui calon mempelai laki-laki dan keluarganya.
Seserahan dimaksudkan sebagai lambang bentuk tanggung Jawab seorang suami untuk memberikan nafkah kepada istrinya berupa pangan atau makanan, sandang atau pakaian dan papan atau tempat tinggal. Sehingga calon mempelai laki-laki dapat meyakinkan kedua orang tua dan keluarganya bahwa dia mampu memberikan kehidupan yang baik kepada calon istrinya tersebut sebelum sang ayah melepaskan putri kesayangannya kepada calon mempelai laki-laki untuk menjalani bahtera rumah tangga.
Sanggan adalah prosesi yang dilakukan oleh keluarga calon pengantin laki-laki untuk memberikan tebusan yang diberikan kepada keluarga calon pengantin perempuan sebagai bentuk tanggung Jawab keluarga calon pengantin laki-laki ketika meminta calon pengantin perempuan sebagai menantunya.
Pemberian sanggan disimbolkan dalam bentuk pemberian satu tangkap atau dua sisir pisang raja yang matang di pohon, dilengkapi dengan sirih ayu, kembang telon terdiri dari bunga mawar, bunga melati dan bunga kenanga yang diikat dengan benang lawe atau tali dari kain putih. Pemberian sanggan juga dilengkapi dengan pemberian sejumlah uang yang disepakati oleh kedua pihak keluarga untuk membantu keluarga mempelai perempuan membayar biaya pernikahan.
Demikianlah 7 makna sakral yang terkandung dalam prosesi pra pernikahan pengantin adat Jawa yang wajib anda tahu sebelum anda melaksanakannya. Tertarik untuk melaksanakan pernikahan adat Jawa?