Memasuki usia 20-an, khususnya akhir, kita yang masih belum menikah biasanya akan sering menerima berbagai komentar mengenai hal ini. Mulai dianggap terlalu fokus mengejar karier hingga memiliki kriteria pasangan yang ketinggian. Padahal, mungkin kriteria yang kita miliki tidak muluk-muluk, tetapi memang belum bertemu saja dengan jodoh kita.
Mendengar berbagai komentar yang masuk, rasanya mungkin langsung ingin menjawab dengan jawaban-jawaban savage yang membuat mereka ikut kesal. Namun, sebenarnya ada cara yang lebih elegan untuk menjawab pernyataan perkara kriteria ini. Berikut ini beberapa caranya dan tips supaya kamu tidak terlalu baper berkelanjutan. Simak selengkapnya, yuk!
1. Tegaskan bahwa memiliki standar bukanlah kesalahan
Saat seseorang menyebut bahwa standar kriteria kamu terlalu tinggi, jawaban pertama yang bisa kamu sampaikan adalah bahwa memiliki standar bukanlah sesuatu yang salah, melainkan sebuah cara bagaimana kamu menghargai dirimu sendiri. Standar itu muncul karena kamu sudah mengenal apa yang kamu butuhkan dalam hubungan atau hidupmu. Kamu bisa mengatakan:
"Aku punya standar bukan karena sok atau pilih-pilih, tapi karena aku tahu apa yang kubutuhkan untuk menjalani hubungan yang sehat dan saling mendukung."
Jawaban ini menunjukkan bahwa kamu bukan menuntut sesuatu yang tidak masuk akal, tetapi menjaga diri dari pilihan yang salah.
2. Jelaskan bahwa kamu tidak mencari kesempurnaan, tapi kesesuaian nilai dan visi
Standar sering kali disalahartikan sebagai keinginan untuk memiliki pasangan yang sempurna, padahal sebenarnya lebih kepada mencari kesesuaian nilai, tujuan, dan gaya hidup. Kamu bisa menjawab dengan tenang bahwa:
"Standarku bukan berarti aku cari yang tanpa cela, tapi aku ingin bersama seseorang yang satu visi dalam membangun masa depan karena hubungan itu bukan cuma soal suka, tapi juga saling bertumbuh."
Pernyataan seperti ini bisa membantu orang lain memahami bahwa kamu punya alasan logis di balik kriteria tersebut.
3. Sampaikan bahwa standar bisa saja berubah, tapi tidak untuk hal yang prinsip
Standar bukanlah sesuatu yang kaku selamanya, melainkan bisa berkembang seiring pertumbuhan pribadi. Kamu bisa berkata:
"Standarku mungkin akan berubah saat aku juga berkembang, tapi ada hal-hal prinsip yang tidak bisa dikompromikan, seperti kejujuran, komunikasi yang sehat, dan rasa tanggung jawab."
Jawaban ini akan menunjukkan bahwa kamu fleksibel dalam hal-hal kecil, tapi tegas pada nilai-nilai yang penting bagi keberlangsungan hubungan yang sehat.
4. Ajukan pertanyaan balik kenapa mereka menganggap standarmu terlalu tinggi
Daripada defensif, kamu bisa merespons dengan balik bertanya secara santai tapi reflektif, seperti:
"Menurutmu, bagian mana dari standarku yang terlalu tinggi? Aku ingin tahu perspektifmu."
Cara ini bukan hanya membuatmu terlihat terbuka terhadap diskusi, tapi juga menguji apakah benar standarmu tidak realistis atau justru orang tersebut yang tidak sanggup memenuhinya. Ini juga bisa membuka ruang dialog yang sehat dan mendalam.
5. Tekankan bahwa lebih baik menunggu yang tepat daripada menyesal
Banyak orang yang menyesal karena terburu-buru atau menurunkan standar hanya demi “tidak sendiri.” Kamu bisa menjawab dengan lembut:
"Aku lebih memilih menunggu orang yang benar-benar cocok daripada menjalin hubungan yang membuatku kehilangan jati diri atau merasa tidak dihargai."
Kalimat ini menunjukkan bahwa kamu punya prinsip dan tidak mudah tergoda oleh tekanan sosial atau komentar dari luar.
6. Jelaskan bahwa standar bisa berasal dari pelajaran masa lalu
Banyak orang membentuk kriteria berdasarkan luka atau pengalaman masa lalu. Kamu bisa menjawab:
"Beberapa kriteria yang kupunya muncul karena aku pernah berada dalam hubungan yang kurang sehat, jadi sekarang aku lebih hati-hati."
Jawaban ini tidak hanya membenarkan standarmu, tapi juga menunjukkan bahwa kamu belajar dari masa lalu dan berusaha memilih lebih baik untuk masa depan.
7. Akhiri dengan menghargai pandangan mereka, tapi tetap dengan pilihanmu
Sebagai penutup, kamu bisa merespons dengan kalimat bijak seperti:
"Aku paham mungkin menurutmu kriteriaku terlihat tinggi, tapi buatku ini tentang menjaga diri dan masa depanku. Aku tetap menghargai pendapatmu."
Pernyataan ini menunjukkan bahwa kamu bukan orang yang keras kepala, tapi kamu berdiri teguh pada prinsipmu tanpa menjatuhkan orang lain. Pendekatan seperti ini mencerminkan kedewasaan dan kecerdasan emosional.
Tips agar tidak overthink memikirkan komentar orang lain
Walaupun sudah berhasil melalui komentar dengan baik dan elegan, tak bisa dimungkiri, kamu mungkin akan tetap kesal dengan pernyataan dan komentar yang diucapkan orang lain tersebut. Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa tips yang bisa kamu coba terapkan.
1. Sadari bahwa komentar orang lain belum tentu benar
Langkah pertama untuk mencegah overthinking adalah menyadari bahwa komentar seperti "standar kamu ketinggian" bukanlah hukum atau fakta mutlak, melainkan pendapat yang sangat subjektif. Orang yang berkomentar seperti itu mungkin berbicara berdasarkan pengalaman pribadinya, ketakutannya sendiri, atau bahkan dari ketidakmampuannya memahami nilai-nilai yang kamu pegang. Dengan menyadari bahwa ucapan tersebut tidak otomatis benar, kamu bisa membatasi dampaknya terhadap pikiranmu. Tidak semua suara dari luar harus diberi ruang tinggal di kepalamu.
2. Refleksikan kembali standar yang kamu miliki
Supaya tidak terus memikirkan komentar tersebut secara berlebihan, coba ajak dirimu berdialog secara jujur. Tanyakan, “Apakah standarku memang berasal dari nilai yang penting untukku? Atau hanya karena takut ditolak atau gengsi?” Jika ternyata standarmu berakar dari prinsip seperti menghargai diri sendiri atau kenyamanan emosional, maka tidak ada alasan untuk ragu. Refleksi ini akan memberimu rasa yakin yang lebih kuat dan mencegah pikiran berputar-putar tanpa arah.
3. Alihkan fokus ke hal yang membangun dirimu
Salah satu cara praktis agar tidak overthinking adalah mengalihkan perhatianmu ke aktivitas positif yang bisa memperkuat dirimu. Misalnya, membaca buku self-development, mengobrol dengan orang yang suportif, menulis jurnal, atau fokus pada hobi dan tujuan hidup. Daripada membiarkan satu komentar yang mengganggu pikiran berhari-hari, gunakan energimu untuk hal-hal yang memperkuat dirimu dan memperjelas siapa kamu sebenarnya. Saat kamu sibuk bertumbuh, komentar negatif akan tidak begitu mengganggu.
4. Bangun kepercayaan diri dengan afirmasi positif
Overthinking biasanya muncul dari perasaan tidak cukup baik atau takut salah. Untuk meredamnya, bangun rutinitas untuk memberikan afirmasi positif, seperti mengulang kalimat, “Aku punya hak untuk memilih yang terbaik untuk diriku,” atau “Standarku adalah cermin dari penghargaan diriku, bukan bentuk kesombongan.” Semakin kamu melatih self talk yang sehat, semakin kuat mentalmu menghadapi komentar yang meragukan keputusanmu. Afirmasi bukan sekadar kata-kata, tapi juga menjadi tameng dari serangan mental yang tak perlu.
5. Pahami bahwa menurunkan standar karena orang lain akan menimbulkan penyesalan
Banyak orang yang akhirnya overthinking bukan karena standarnya tinggi, tapi karena terlalu banyak mempertanyakan pilihan diri sendiri akibat komentar dari orang lain. Ingatlah bahwa menurunkan standar hanya karena merasa tidak enak atau ingin cepat-cepat cocok dengan seseorang akan membawa pada hubungan yang tidak sehat dan membuatmu kehilangan dirimu sendiri. Jadi, kalau kamu merasa terganggu oleh komentar itu, tanyakan ke dirimu, “Apakah aku akan bahagia jika menyesuaikan standar hanya agar orang lain diam?” Jawabannya biasanya tidak dan hal ini bisa menjadi penenang yang kuat.
6. Jangan merasa perlu menjelaskan semuanya ke semua orang
Salah satu sumber overthinking adalah keinginan untuk dimengerti atau diterima semua orang. Padahal, kamu tidak harus menjelaskan alasan di balik setiap keputusan hidupmu kepada siapa pun. Tidak semua orang perlu tahu mengapa kamu memilih pasangan dengan kriteria tertentu atau kenapa kamu menolak seseorang. Kamu berhak punya preferensi tanpa harus mencari persetujuan dari orang lain. Semakin kamu sadar bahwa tidak semua orang bisa dipuaskan, semakin ringan beban yang kamu rasakan.
7. Berbicara dengan orang lain yang tidak menghakimi
Saat kamu merasa terganggu dan mulai overthinking, berbicara dengan teman yang bijak dan suportif bisa sangat membantu. Ceritakan perasaanmu dan biarkan mereka mengingatkanmu pada kekuatan serta alasan-alasan baik di balik kriteria yang kamu pegang. Kadang, satu pelukan atau kalimat sederhana dari orang yang memahami kita bisa membungkam ribuan pikiran negatif di kepala. Jangan ragu untuk mencari dukungan karena kamu tidak harus memproses semuanya sendirian.
Memiliki standar kriteria pasangan bukanlah hal yang salah, asal masih realistis dan berasal dari keinginan diri sendiri. Jika sudah cukup yakin dengan kriteria yang kamu buat, komentar dari orang lain tidak perlu terlalu kamu pikirkan lagi karena mereka pun tidak akan ikut bertanggung jawab jika pilihanmu salah.
Punya kriteria bukan berarti kamu terlalu pilih-pilih—itu tandanya kamu tahu apa yang kamu butuhkan. Temukan lebih banyak insight dan inspirasi seputar hubungan dan pernikahan hanya di WeddingMarket, teman setia perjalanan cintamu.
Cover | Foto: Pexels/Jeff Vinluan