Pilih Kategori Artikel

Jelajah Ragam Kue Hantaran Lamaran Pernikahan dari Berbagai Daerah yang Unik dan Khas!
Sedang mencari vendor pernikahan?,
Kunjungi WeddingMarket Fair 2024 dan
temukan ratusan vendor pernikahan terbaik

Menyelami tradisi pernikahan di Indonesia ada satu proses pendahuluan yang lekat dengan berbagai adat, di mana prosesi inilah yang akan mengawali dimulainya seluruh rencana pernikahan. Menjalankan prosesi ini ibarat membuka tirai penutup diantara dua keluarga pasangan yang ingin menikah. Prosesi apa yang dimaksud, sudah bisa ditebak, bukan? Ya, apalagi kalau bukan prosesi pertunangan atau lamaran.

Sejatinya prosesi lamaran pernikahan bukan merupakan hal yang wajib, tetapi tradisi ini hingga kini tetap dijalankan secara turun-temurun sesuai adat dan kebudayaan yang dianut. Nama atau penyebutannya pun beragam, sebagai contoh dalam tradisi adat Sunda, disebut  narosan atau ngalamar; dalam tradisi adat Bali disebut Mesedek; dalam adat Bugis tradisi disebut Madduta dan lain sebagainya

Meski berbeda dalam hal penyebutan, yang sama pada tahapan lamaran ini adalah kedua belah keluarga secara resmi saling berkenalan satu sama lain. Tak jarang berbagai hal-hal penting terkait perencanaan pernikahan pun mulai dibicarakan, termasuk penentuan besaran mahar yang akan diberikan, hingga tanggal pernikahan

Hantaran Lamaran Pernikahan 

wm_article_img

Dalam prosesi lamaran tidak hanya identik dengan pertemuan dua keluarga yang nantinya bersepakat untuk menjadi satu dalam ikatan pernikahan, atau prosesi pemakaian cincin dan perhiasan sebagai simbolis “mengikat”. Yang juga tak luput dari perhatian yaitu adanya barang-barang hantaran lamaran yang dibawa sebagai buah tangan dari kedua belah pihak. 

Dalam tradisi ini, calon pengantin pria akan memberikan sejumlah hantaran kepada calon pengantin wanita dan keluarganya sebagai tanda niat baik dan keseriusan untuk menikah. Bahkan dalam beberapa tradisi juga ada balasan hantaran lamaran dari pihak mempelai wanita untuk pihak mempelai pria, loh!

Barang-barang yang dibawa sebagai hantaran lamaran pun beragam, yang mana merupakan simbolis dari berbagai kebutuhan sehari-hari. Mulai dari pakaian, perlengkapan mandi, alat-alat make up, buah-buahan, hingga aneka jenis kue-kue atau jajanan pasar. Sering kali barang-barang tersebut dipilih karena memiliki makna dan filosofi untuk calon mempelai.

Nah, khusus dalam ulasan kali ini WeddingMarket akan mengajak kamu menjelajahi berbagai kudapan kuliner, yang dijadikan kue hantaran lamaran dari berbagai adat yang khas. Bukan sembarang makanan, sering kali jenis kue-kue yang dipilih juga mempunyai makna filosofi yang mendalam, loh! Yuk, langsung saja kita mulai mengeksplorasi kelezatannya yang menggoda!

Kue Hantaran Lamaran Adat Aceh

wm_article_img

Dalam tradisi pernikahan di Aceh, pemberian hantaran berupa makanan atau kue-kue tradisional merupakan hal yang wajib dan sudah menjadi tradisi turun-temurun. Hantaran ini disebut dengan “kue mangat” yang artinya “kue terenak”. Kue mangat diberikan oleh linto baro (pengantin pria) kepada dara baro (pengantin wanita), antara lain ada kue meuseukat, kue wajik, kue halua, kue  keukarah, dan dodoi.  

Penyebutan kue mangat sendiri muncul karena kue-kue yang dibawa sebagai hantaran tersebut sangat mahal, dan membutuhkan banyak gula untuk membuatnya, serta prosesnya memakan waktu yang lama. Tak heran, pada hari-hari biasa kue mangat jarang sekali ditemukan, karena biasanya masyarakat Aceh hanya membuatnya untuk momen-momen penting seperti pesta pernikahan atau perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha.

  • Kue Meuseukat - Kue ini terbuat dari tepung terigu yang dicampur telur, gula, mentega, pewangi makanan dan air. Rasanya manis dan bertekstur lembut mirip dodol. Kue meuseukat merupakan pangan khas kebanggaan masyarakat Aceh, bisa dikatakan sebagai kasta tertinggi kue di Aceh, dan disebut juga sebagai ulee atau kepala kue. Kue ini memiliki tampilan yang indah, karena dicetak dan dibentuk menjadi motif-motif yang cantik, seperti bunga, motif pintu Aceh, dan sebagainya. Tak hanya itu saja, kue meuseukat juga punya filosofi mendalam sebagai simbol penghormatan dan pemulian kepada tamu. Tak heran, ya, kue ini dijadikan sebagai rajanya kue terbaik di Aceh. 

  • Kue Halua - Dari segi rasa maupun warna, kue halua mirip seperti dodol pada umumnya yaitu manis dan legit. Namun, bahan pembuatannya adalah beras ketan yang ditumbuk kasar, alih-alih tepung ketan sehingga bertekstur lebih kasar daripada dodol.

  • Kue Wajik - Kue wajik juga merupakan salah satu jenis kue yang seringkali dibawa dalam prosesi lamaran pernikahan adat Aceh. Kue yang memiliki cita rasa manis ini, membutuhkan proses memasak yang panjang dan bertahap-tahap, mulai dari mengukus beras ketan, kemudian memasak santan dengan gula hingga matang, terakhir barulah dicampurkan dengan beras ketan yang telah dikukus tersebut.

  • Kue dodoi atau dodol - Kue dodoi juga berbahan dasar tepung ketan, kemudian dicampur dengan santan, gula dan sedikit mentega. Rasanya manis dan teksturnya lembut, kue ini juga menjadi makanan khas yang sering dibawa sebagai kue hantaran saat prosesi lamaran masyarakat Aceh.

  • Kue keukarah atau kue karah - Tak hanya kue-kue basah, masyarakat Aceh juga punya jenis kue kering yang sering dibawa sebagai hantaran lamaran. Kue keukarah ini bentuknya seperti jaring-jaring atau sarang burung yang dibentuk dengan aneka rupa, mulai dari bulat, segitiga hingga bulan sabit. Terbuat dari tepung beras yang diberi air dan gula pasir, kemudian dimasak dengan cara dicetak menggunakan batok kelapa yang telah dilubangi, agar saat digoreng adonannya membentuk jaring-jaring. Meski tampak sederhana, panganan yang satu ini memerlukan teknik yang tinggi dalam pembuatannya.

Kue Hantaran Lamaran di Tanah Melayu (Palembang, Jambi, Riau)

wm_article_img

Suku Melayu merupakan salah satu etnis yang tersebar luas di wilayah Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan bagian selatan Thailand. Di Indonesia sendiri, masyarakat Melayu banyak bermukim di Pulau Sumatera dan Kalimantan, diantaranya di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Palembang hingga Kalimantan Barat. Masyarakat suku Melayu juga punya budaya yang kaya dengan bahasa, tradisi, adat istiadat, dan makanan yang khas. 

Ngomongin soal makanan khas dari daerah-daerah yang bermukim Suku Melayu ini, ada beragam jenis kue seserahan yang sangat istimewa, dan secara khusus dikaitkan dengan acara lamaran pernikahan. Berikut beberapa diantaranya:

  • Kue Maksuba - Bagi masyarakat Palembang hingga Jambi, kue basah yang satu ini sangat identik dengan momen-momen spesial. Salah satunya adalah lamaran pernikahan, sebab selalu dijadikan hantaran untuk dibawa dalam momen tersebut. Pun, sebagai “kue penumbas” atau “kue seserahan balasan” yang diberikan oleh pihak mempelai perempuan kepada mempelai laki-laki. Kue maksuba terbuat dari telur, gula, susu dan margarin, yang adonannya dipanggang selapis demi selapis menghabiskan waktu hingga delapan jam dalam proses pembuatannya. Oleh sebab itu, kue maksuba memiliki cita rasa yang manis dan legit, dengan aroma smoky dari telur dan margarin yang lembut dan menggoda. Kue yang istimewa ini merupakan simbol penghormatan bagi yang diberikan. Jadi, itulah sebabnya mengapa kue maksuba ini wajib masuk ke dalam list kue hantaran lamaran. 

  • Kue Putri Kandis - Tak berbeda jauh dengan kue maksuba yang manis dan legit, kue putri kandis juga dibuat dari telur, margarin, dan gula dalam jumlah yang banyak, serta dipanggang selapis demi selapis hingga adonannya habis. Bedanya, kue putri kandis menggunakan santan kelapa, alih-alih susu kental manis, dan ada lapisan berwarna hijau yang menggunakan daun pandan. Bisa dibayangkan, betapa wangi dan legitnya kue hantaran lamaran khas Jambi ini, bukan? Kue ini juga punya makna di balik rasanya yang spesial, yaitu sebagai simbol penyatuan kedua keluarga dan harapan terciptanya ikatan kekeluargaan yang erat, baik dari pihak keluarga pengantin pria maupun wanita.   

  • Kue Asidah - Kue hantaran khas Melayu Riau ini, umumnya dibuat dengan menggunakan bahan seperti kayu manis, gula merah, kapulaga, dan campuran tepung, sehingga seringkali memiliki warna yang cenderung kecokelatan. Selain itu, kue asidah juga sering dibentuk dengan berbagai bentuk yang cantik dan unik, seperti bunga, menara, tanduk, dan lainnya, untuk menambah keindahan dan daya tarik visualnya. Terlebih lagi rasanya yang manis dan gurih, semakin membuatnya istimewa.  

Kue Hantaran Lamaran Adat Jawa

wm_article_img

Di Pulau Jawa hidup berdampingan berbagai etnis dan suku budaya, keberagaman yang menyumbang keunikan dan kekhasan pada tradisi pernikahan, termasuk pula dalam pemberian kue hantaran pernikahan. 

Dalam tradisi Jawa, sering kali upacara hantaran pengantin dilakukan pada malam midodareni, yaitu sehari sebelum upacara pernikahan. Namun, ada juga yang memberikan barang hantaran lamaran atau disebut seserahan pada hari lamaran sendiri. 

Hantaran yang diberikan bisa berupa beragam barang-barang kebutuhan mempelai wanita yang dikemas dengan indah dalam keranjang atau kotak seserahan. Contohnya, suruh ayu (sejenis daun yang harum), pakaian batik, kain kebaya, perlengkapan mandi dan kosmetik, hingga berbagai jenis kue kering dan kue basah.

Yuk, kita bahas lebih dalam tentang kue hantaran dalam tradisi pernikahan adat Jawa ini! Biasanya, jenis-jenis kue yang dipilih adalah yang memiliki cita rasa manis dan bertekstur lengket. Kue-kue tradisional tersebut disatukan dan diletakkan di atas tampah, yaitu nampan bundar yang terbuat dari anyaman bambu, sehingga terlihat cantik dan berwarna-warni. 

Apa saja varian kue yang biasanya dijadikan seserahan saat prosesi lamaran adat Jawa?

  • Jenang - Kue ini terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan tepung ketan, dan dimasak selama berjam-jam lamanya. Proses pembuatan kue jenang yang lama ini menyimpan filosofi bagi pasangan yang hendak menikah, bahwa dalam mengarungi rumah tangga perlu kesabaran dan kerjasama. Sementara itu teksturnya yang lengket juga menjadi harapan agar hubungan pasangan tersebut selalu lengket hingga sulit dipisahkan. 

  • Wajik - Kudapan manis yang terbuat dari beras ketan, santan kelapa dan gula merah ini juga merupakan kue wajib yang ada dalam hantaran lamaran adat Jawa. Rasanya yang manis menjadi harapan untuk rumah tangga yang manis pula, begitupun dengan teksturnya yang lengket menjadi  doa agar kedua mempelai selalu bisa menjaga hubungannya agar selalu ‘lengket’.

  • Kue lapis -  Kue lapis terbuat dari campuran tepung beras, santan, dan gula, yang dikenal dengan warna-warni lapisannya yang beragam. Proses pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama, di mana setiap lapisan harus dikukus secara terpisah hingga matang dan keras sebelum lapisan berikutnya ditambahkan secara bertahap. Dalam konteks acara lamaran, kue lapis sering kali disiapkan oleh calon pengantin pria sebagai simbol kesediaannya untuk menghadapi kehidupan pernikahan dengan kesabaran dan keteguhan hati.

  • Bugis mandi - Salah satu jenis kue hantaran lamaran adat Jawa berikutnya yang biasanya ditempatkan di atas tampah adalah bugis mandi. Bugis mandi adalah kue bugis yang direndam dengan kuah santan kental dan dibungkus menggunakan daun pisang. Gabungan rasa manis gula, gurih santan, dan parutan kelapa yang lezat membuat siapa pun yang mencicipinya akan ingin merasakannya lagi. Rasa manis yang dimiliki oleh kue bugis dalam hantaran pernikahan menyimpan sebuah filosofi, melambangkan harapan yang manis dan cita-cita dari kedua mempelai dalam memulai perjalanan pernikahan mereka.

  • Kue jadah - Terbuat dari campuran beras ketan dan santan. Kekhasan kue ini terletak pada teksturnya yang lengket, mencirikan makanan tradisional tersebut. Proses pembuatannya yang membutuhkan waktu yang cukup lama memberikan pelajaran penting bagi kedua mempelai, mengajarkan mereka untuk tidak kehilangan semangat dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi perjalanan rumah tangga mereka.

  • Klepon - Klepon adalah kue yang terbuat dari campuran tepung beras ketan yang dibentuk menjadi bola-bola kecil berselimut dengan parutan kelapa muda. Di dalamnya terdapat gula merah, menghasilkan kombinasi rasa manis dan gurih yang khas dari kelapa. Selain memiliki cita rasa yang enak, klepon juga memiliki makna positif yang dapat diambil oleh calon pengantin. Bahan-bahannya yang sedikit dan proses pembuatannya yang sederhana adalah simbol dari kesederhanaan. Pesan yang ingin disampaikan adalah agar kedua mempelai dapat menjalani kehidupan yang sederhana namun tetap damai dan bahagia.

Kue Hantaran Lamaran Adat Betawi

wm_article_img

Dalam tradisi pernikahan adat Betawi, penggunaan simbolisme untuk penyampaian pesan atau nilai-nilai kehidupan juga diterapkan dalam barang-barang hantaran atau seserahan yang dibawa saat proses lamaran. Pada acara lamaran yang dilakukan setelah prosesi ngedelengin atau masa pendekatan ini, biasanya calon mempelai laki-laki dan keluarganya akan memberikan beragam seserahan kepada calon mempelai wanita, begitu pun sebaliknya. 

Istilah “kue bacot” digunakan untuk memaknai pemberian berupa seserahan lamaran ala masyarakat Betawi. Kue bacot ini adalah sebuah metafora, karena bukan merupakan jenis kue sebenarnya. Istilah “kue bacot” merupakan penyebutan untuk barang-barang bawaan seserahan yang diberikan oleh pihak laki-laki ketika melamar sang perempuan. Isi seserahan tersebut antara lain berupa sirih lamaran, sirup, makanan dan kue-kue tradisional.

  • Roti buaya - Sudah menjadi rahasia umum, roti dengan bentuk mirip buaya ini adalah barang bawaan “wajib” dalam hantaran lamaran adat Betawi. Filosofi  roti buaya dipercaya terinspirasi oleh tingkah laku buaya yang hanya melakukan perkawinan sekali selama hidup mereka, dan roti ini diyakini melambangkan kesetiaan pasangan yang akan menikah. Selain itu, buaya sebagai hewan yang kuat dan mampu bertahan di dua alam, dijadikan simbol harapan agar rumah tangga menjadi kuat dan mampu bertahan dalam berbagai situasi. Roti berbentuk buaya juga mengandung makna keandalan, karena roti dianggap sebagai makanan masyarakat kalangan atas.

  • Pisang raja - Dalam seserahan adat Betawi, pisang raja melambangkan harapan agar kehidupan setelah pernikahan menyerupai kehidupan para raja dalam cerita rakyat, yang dikenal memiliki kekayaan dan keberlimpahan.

  • Buah-buahan - Menurut kepercayaan masyarakat Betawi, pemberian buah-buahan dengan berbagai rasa seperti apel, anggur, dan buah asam manis lainnya adalah simbol harapan bahwa kedua calon pengantin, baik pria maupun wanita, dapat menjalani kehidupan pernikahan mereka dengan baik, melewati segala pahit dan manisnya hidup bersama.

Kue Hantaran Lamaran Adat Bugis - Makassar

wm_article_img

Cita rasa kue hantaran lamaran yang unik dan legit juga ada dari Provinsi Sulawesi Selatan. Masyarakat Suku Bugis-Makassar memiliki aneka ragam kue-kue dan jajanan pasar yang jarang absen dalam momen Mappettuada atau lamaran. 

Ketika ingin melamar seorang wanita, pihak mempelai pria akan membawa uang belanja atau uang panaik dan aneka seserahan (erang-erang) yang di dalamnya juga terdapat berbagai jenis kue-kue tradisional khas Makassar. Dan diantara kue-kue tersebut, biasanya menyimpan filosofi yang begitu mendalam, sehingga hanya disajikan pada momen-momen spesial. Ini dia beberapa contoh kue hantaran khas Bugis-Makassar tersebut:

  • Kue Cantik Manis Pandan atau Kue Nona Manis - Berbentuk bulat kecil, berwarna hijau lembut dan putih di tengahnya, sesuai dengan namanya kue unik ini tampak cantik dan rasanya pun manis. Karena rasa manisnya yang pas, berpadu dengan aroma pandan yang wangi serta gurihnya santan, nggak heran kue cantik manis ini adalah salah satu jenis jajanan pasar dipilih untuk mengisi baki hantaran lamaran dalam tradisi adat Bugis-Makassar. Konon katanya, nama kue ini pun terinspirasi dari paras cantik wanita-wanita Indonesia.

  • Kue Kembang Seruni - Kue yang satu ini dari tampilannya saja sudah menggoda, berbentuk seperti kuntum bunga seruni atau bunga krisan yang berwarna-warni. Bahan pembuatannya adalah tepung ketan, santan kelapa dan gula pasir, dengan isian yang terbuat dari kentang dan gula pasir. Untuk penyajiannya, kuntum-kuntum kue seruni ini dilumuri dengan saus santan yang kental.   

  • Kue Katirisala - kue khas Bugis yang satu ini merupakan hidangan yang terbuat dari kombinasi gula merah dan ketan. Dalam tradisi masyarakat Bugis Makassar, kue ini sering dihidangkan dalam acara keluarga seperti pesta pernikahan atau hajatan. Di kalangan masyarakat setempat, kue katirisala juga dikenal dengan sebutan “Cella Ulu”. Dalam bahasa Bugis, kata "katirisala" itu sendiri memiliki arti 'salah tumpah'.

  • Kue Barongko - Kue Barongko adalah salah satu kue tradisional khas dari Sulawesi Selatan yang dibuat dari bahan dasar pisang. Salah satu alasan Barongko sering dihadirkan dalam acara perjamuan adalah makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Ketika tuan rumah menyuguhkan Barongko kepada tamu, terdapat pesan bahwa tuan rumah menunjukkan kejujuran dalam menyajikan apa yang ada di luar sama dengan di dalam. Seperti Barongko, bagian dalamnya terbuat dari pisang dan bagian luarnya dibungkus daun pisang yang juga merupakan bagian dari pisang. Meskipun filosofinya benar atau tidak, Barongko memang memiliki cita rasa yang khas. Rasanya gurih, manis, dan lezat adalah sensasi pertama yang menggoyang lidah saat mencicipi kue tradisional khas Bugis ini.

  • Kue Sikaporo - Terdiri dari campuran tepung beras, santan, dan telur, makanan ringan berwarna kuning-hijau ini terkenal dengan rasa manisnya dan sering disebut sebagai "kue Bugis". Sikaporo mewakili warisan kuliner yang kaya dari Sulawesi Selatan. Di zaman dahulu, kudapan ini hanya dinikmati oleh golongan bangsawan. Tetapi seiring berjalannya waktu, Sikaporo sekarang telah menjadi favorit di kalangan masyarakat umum. Meskipun begitu, makanan ini tetap memiliki nilai istimewa karena jarang ditemukan sehari-hari. Bahkan, seringkali masyarakat lokal hanya menyajikannya dalam acara-acara spesial, seperti perayaan pernikahan atau saat menyambut tamu istimewa yang berkunjung ke rumah.

Nah, tadi kita sudah menjelajahi aneka jenis kue-kue tradisional dari berbagai daerah di Indonesia yang kerap dijumpai dalam hantaran atau seserahan pernikahan. Dengan keunikan rasanya yang autentik dan filosofi ceritanya yang menarik, tentu kue-kue tersebut tak luput mengisi baki atau kotak hantaran. 

Namun, apabila kamu kesulitan menemukan kue-kue tradisional tersebut di tempatmu, memilih aneka dessert kekinian sebagai kue hantaran lamaran modern pun juga tidak masalah. Dengan demikian tidak mengurangi makna dan kesakralan dari momen indahmu itu.

Sedang mencari vendor pernikahan?,
Kunjungi WeddingMarket Fair 2024 dan
temukan ratusan vendor pernikahan terbaik

Article Terkait

Loading...

Article Terbaru

Loading...

Media Sosial

Temukan inspirasi dan vendor pernikahan terbaik di Sosial Media Kami

Loading...