Your Smart Wedding Platform

Tenang Bersamanya: Kriteria Pasangan yang Membawa Kedamaian dalam Pernikahan

07 Nov 2025 | By Nurma Arum Wedding Market | 51

Tak bisa dimungkiri, pasangan akan memengaruhi kehidupan kita dalam pernikahan. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, kita akan menghadapi orang yang sama. Berbagai permasalahan yang datang pun harus dihadapi berdua. Oleh sebab itu, sebaiknya kita mencari pasangan yang bisa membawa kedamaian. Meskipun belum tahu sepenuhnya, kamu bisa memerhatikan tanda-tanda apakah kehidupanmu ke depannya akan lebih damai jika bersamanya.

Beberapa kriteria pasangan berikut ini bisa kamu perhatikan. Selain itu, kamu juga sebaiknya mengetahui pasangan seperti apa yang akan mencuri kedamaianmu di kehidupan pernikahan kelak. Untuk selengkapnya, simak penjelasan berikut ini, yuk!

Kriteria pasangan yang membawa kedamaian

Foto: Pexels/ Alexander Mass

Jika pasanganmu memiliki beberapa karakter berikut ini, ia bisa jadi akan membawamu ke dalam pernikahan yang penuh dengan kedamaian walaupun masalah akan selalu datang.

1. Mampu mengendalikan emosi

Pasangan yang membawa kedamaian adalah seseorang yang tidak mudah tersulut amarah atau bereaksi secara impulsif saat menghadapi perbedaan. Ia tahu kapan harus diam, kapan harus bicara, dan bagaimana mengekspresikan ketidaksetujuan tanpa menyakiti orang lain. Kemampuan mengelola emosi ini membuat rumah tangga terasa tenang karena setiap konflik bisa diselesaikan dengan kepala dingin. Dalam hubungan jangka panjang, kemampuan seperti ini sangat berharga sebab masalah pasti muncul, tetapi bagaimana cara menghadapi masalahlah yang menentukan apakah pernikahan tetap damai atau justru berantakan.

2. Memiliki empati dan peka terhadap perasaan

Empati adalah pondasi kedamaian dalam hubungan. Pasangan yang penuh empati akan berusaha memahami perasaan kita tanpa menghakimi atau meremehkan. Ia mampu membaca suasana hati pasangannya dan tahu kapan harus memberi ruang atau dukungan. Dengan empati, komunikasi menjadi lebih lembut dan penuh kasih, bukan penuh tuntutan atau kecurigaan. Dalam rumah tangga, kepekaan seperti ini membuat setiap pihak merasa dihargai sehingga konflik bisa lebih cepat mereda sebelum berkembang menjadi pertengkaran besar.

3. Komunikatif dan terbuka

Keterbukaan adalah tanda pasangan yang dewasa dan akan menumbuhkan kedamaian. Pasangan seperti ini tidak menyembunyikan masalah, perasaan, atau rencana hidupnya, melainkan membicarakannya secara jujur sambil tetap penuh rasa hormat. Mereka tidak menggunakan kata-kata untuk menyerang, tetapi untuk menjelaskan dan menyelesaikan. Dengan komunikasi yang sehat, rasa curiga, salah paham, dan prasangka dapat diminimalkan. Pasangan yang komunikatif juga cenderung lebih mudah berkompromi dan mencari titik tengah dalam setiap perbedaan pendapat.

4. Tidak suka mendominasi

Foto: pexels/terence b
Kedamaian dalam pernikahan tidak akan tercipta jika salah satu pihak merasa selalu harus “menang”. Pasangan yang membawa ketenangan memahami bahwa hubungan adalah kerja sama dua arah, bukan kompetisi siapa yang lebih benar atau lebih kuat. Ia menghargai pendapat, memberi ruang bagi pasangannya untuk berkembang, dan tidak merasa terancam oleh keberhasilan orang yang ia cintai. Dalam suasana yang saling menghormati seperti ini, kedua pihak bisa menjadi versi terbaik dari diri masing-masing tanpa rasa tertekan.

5. Memiliki nilai hidup dan prinsip yang sejalan

Kedamaian tidak melulu tentang tidak bertengkar, tapi bisa juga tentang keselarasan visi dan nilai hidup. Pasangan yang memiliki prinsip sejalan, baik dalam hal keuangan, keluarga, maupun keyakinan akan lebih mudah menyatu saat harus mengambil keputusan. Ketika nilai-nilai dasar seperti kejujuran, kesetiaan, dan tanggung jawab sama-sama dijunjung tinggi, hubungan menjadi lebih stabil. Tidak banyak konflik besar yang muncul karena keduanya berjalan ke arah yang sama serta saling mendukung dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

6. Mendukung pertumbuhan dan ketenangan jiwa

Pasangan yang membawa kedamaian akan membuat hidup terasa nyaman dan menenangkan. Ia tidak menuntut berlebihan, tidak membuat pasangannya merasa kecil, dan justru mendorong untuk berkembang. Dukungan ini bisa berupa motivasi untuk belajar hal baru, menjaga kesehatan mental, atau mengejar cita-cita pribadi. Ketika seseorang merasa aman untuk menjadi dirinya sendiri tanpa takut dihakimi, pernikahan pun menjadi ruang yang menumbuhkan dan menenangkan.

7. Memiliki kedewasaan spiritual dan emosional

Kedewasaan spiritual bukan hanya soal agama, tetapi termasuk tentang cara seseorang menghadapi kehidupan dengan penuh kesadaran dan ketenangan batin. Pasangan seperti ini tidak mudah panik, tidak egois, dan tahu bagaimana menempatkan diri dalam situasi sulit. Ia percaya bahwa setiap masalah bisa diselesaikan dengan sabar dan doa, bukan dengan kemarahan. Kedewasaan emosional dan spiritual ini menciptakan atmosfer penuh rasa syukur dan keikhlasan dalam rumah tangga yang menjadi sumber utama kedamaian.

8. Konsisten dalam perbuatan dan perhatian

Kedamaian juga muncul dari rasa aman yang lahir dari konsistensi. Pasangan yang damai bukan yang romantis sesaat, tetapi yang tetap hadir dan dapat diandalkan setiap hari. Ia menepati janji, menjaga kepercayaan, dan tidak berubah sikap hanya karena keadaan sulit. Konsistensi seperti ini membangun rasa tenang dalam diri pasangan karena tidak ada ketakutan akan pengkhianatan atau ketidakpastian. Dalam suasana yang stabil, cinta bisa tumbuh lebih dalam dan tenang.

Kriteria pasangan yang merusak kedamaian

Foto: Pexels/Timur Weber

Sementara itu, sebaiknya berhati-hati dengan beberapa kriteria berikut ini karena kamu bisa jadi akan memiliki kehidupan pernikahan yang jauh dari kata damai.

1. Sering meledak-ledak dan sulit mengontrol emosi

Pasangan yang mudah marah, meledak-ledak, atau selalu ingin menang dalam setiap perdebatan akan membuat hubungan penuh ketegangan. Ia mungkin menggunakan nada tinggi, kata-kata kasar, atau sikap agresif untuk menekan pasangannya agar patuh. Hubungan seperti ini membuat suasana rumah tidak pernah tenang karena salah satu pihak selalu merasa harus berhati-hati agar tidak memicu kemarahan. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menimbulkan luka emosional, kelelahan mental, dan bahkan trauma karena perasaan aman dan dihargai tidak lagi ada.

2. Tidak mau mendengarkan atau sering mengabaikan perasaan pasangan

Seseorang yang hanya ingin didengarkan tanpa mau mendengarkan balik sulit menciptakan kedamaian. Ia akan terlihat acuh, sibuk dengan ego sendiri, atau selalu memotong pembicaraan. Ketika pasangan merasa tidak pernah dipahami, hubungan menjadi timpang dan penuh rasa frustrasi. Dalam jangka panjang, hal ini menimbulkan jarak emosional karena satu pihak merasa tidak dianggap penting. Padahal, pernikahan yang sehat membutuhkan komunikasi dua arah di mana kedua hati saling memahami dan saling memberi ruang untuk mengekspresikan diri.

3. Suka mengontrol dan mengatur secara berlebihan

Pasangan yang terlalu dominan dan ingin mengatur segala hal, mulai dari cara berpakaian, berteman, bekerja, hingga berpikir sebenarnya sedang membangun hubungan yang tidak seimbang. Meskipun kadang dikemas sebagai “perhatian”, kontrol berlebihan bisa membuat pasangan kehilangan kebebasan dan jati diri. Lama-kelamaan, hubungan seperti ini terasa menyesakkan karena semua keputusan harus mendapat “izin” dari satu pihak. Bukannya tenang, rumah tangga malah penuh tekanan dan ketakutan akan disalahkan setiap kali melakukan sesuatu.

4. Manipulatif

Salah satu tanda paling berbahaya dari pasangan yang tidak membawa kedamaian adalah kebiasaan memanipulasi perasaan. Misalnya, menggunakan kata-kata halus untuk membuat pasangannya merasa bersalah atau berpura-pura menjadi korban agar tidak disalahkan. Pola ini dikenal sebagai emotional manipulation atau gaslighting. Akibatnya, pasangan bisa kehilangan rasa percaya diri dan mulai meragukan realitasnya sendiri. Dalam jangka panjang, hubungan seperti ini menghancurkan kesehatan mental karena tidak ada ruang untuk kejujuran dan keadilan emosional.

5. Tidak konsisten dan sulit dipercaya

Foto: pexels/Alexander Mass

Kedamaian lahir dari rasa aman, tetapi bagaimana bisa merasa aman jika pasangan sering ingkar janji, berubah-ubah sikap, atau menyembunyikan sesuatu? Pasangan yang tidak konsisten membuat hubungan penuh ketidakpastian. Hari ini mungkin manis, besok dingin, dan lusa tiba-tiba marah tanpa alasan. Ketidakpastian ini menimbulkan rasa cemas dan was-was yang konstan. Dalam jangka panjang, pasangan yang tidak bisa dipercaya akan membuat hubungan terasa seperti berjalan di atas tanah rapuh yang bisa runtuh kapan saja.

6. Tidak mau mengakui kesalahan

Pasangan yang sulit mengakui kesalahan biasanya lebih sibuk mencari pembenaran. Ia cenderung menyalahkan situasi, orang lain, bahkan pasangannya sendiri. Padahal, kemampuan untuk meminta maaf dengan tulus adalah bentuk kedewasaan yang sangat penting dalam menjaga kedamaian. Tanpa itu, konflik kecil bisa berubah menjadi masalah besar karena tidak ada yang mau menurunkan ego. Akibatnya, hubungan dipenuhi dendam dan rasa sakit hati yang menumpuk karena tidak pernah benar-benar diselesaikan.

7. Merendahkan dan tidak menghargai pasangan

Kedamaian tidak akan pernah tumbuh dalam hubungan yang dipenuhi kritik tajam, sindiran, atau perlakuan merendahkan. Pasangan yang seperti ini biasanya ingin menunjukkan superioritasnya, baik secara intelektual, sosial, maupun ekonomi. Ia membuat pasangannya merasa tidak cukup baik, bahkan dalam hal-hal kecil. Sikap seperti ini akan menghancurkan kepercayaan diri dan menciptakan luka batin yang dalam. Hubungan yang seharusnya menjadi tempat pulang malah berubah menjadi sumber kecemasan.

8. Tidak mau berkompromi dan selalu ingin menang

Kedamaian membutuhkan keseimbangan, tetapi pasangan yang keras kepala dan selalu ingin menang akan membuat semua diskusi menjadi ajang adu ego. Dalam setiap keputusan, ia tidak mau mendengar pendapat pasangannya, bahkan untuk hal-hal sederhana seperti pengaturan rumah atau keuangan. Sikap seperti ini membuat satu pihak merasa tidak memiliki suara dalam hubungan. Dalam jangka panjang, situasi ini bisa menciptakan ketegangan yang terus menerus karena tidak ada ruang untuk saling menghormati dan berkompromi.

9. Suka membawa masalah keluar

Pasangan yang tidak bisa menjaga privasi hubungan, misalnya dengan menceritakan masalah rumah tangga kepada orang lain atau keluarga besar tanpa izin, bisa menciptakan konflik yang lebih luas. Hal ini menimbulkan rasa malu, kehilangan kepercayaan, dan memperburuk hubungan karena pihak ketiga ikut terlibat dalam urusan pribadi. Pasangan yang membawa kedamaian seharusnya mampu menjaga batas dan menyelesaikan masalah secara dewasa di antara mereka berdua, bukan dengan memperluas lingkaran konflik.

10. Tidak peduli dengan keseimbangan emosi pasangan

Kedamaian juga lahir dari rasa saling menjaga. Jika seseorang terus mengabaikan kebutuhan emosional pasangannya, tidak peduli ketika pasangannya sedih, lelah, atau stres, maka hubungan menjadi dingin dan kosong. Ketidakpedulian semacam ini perlahan mengikis cinta karena salah satu pihak merasa tidak lagi diperhatikan. Dalam pernikahan yang damai, pasangan saling mengisi dan memahami bahwa kebahagiaan juga tentang keseimbangan batin yang harus dijaga bersama.

Di tengah banyaknya kabar kurang menyenangkan tentang pernikahan, masih ada hal yang bisa kamu lakukan bersama pasangan untuk membuat hubungan penuh dengan kedamaian. Mulai sekarang, kamu bisa memperhatikan apakah kriteria-kriteria tersebut ada di pasanganmu. 

Untuk artikel seputar tips pernikahan dan kehidupan rumah tangga lainnya, jangan lupa untuk selalu mengecek artikel bermanfaat di WeddingMarket.


Cover | Foto: Pexels/ Cup of Couple


Artikel Terkait



Artikel Terbaru